Pemahaman Membaca
Riset dalam pemahaman membaca
memperoleh lebih banyak perhatian dalam lima belas tahun terakhir daripada enam
dekade sebelumnya. Dalam pengantar untuk Becoming a Nation of Readers : The
Report of the Commission on Reading, Robert Glaser menyatakan bahwa riset yang
kini tersedia pada proses membaca dapat membantu mengidentifikasi praktek mengajar
yang efektif dan membedakan strategi yang efektif dari yang kurang berguna (Anderson,
Heibert, Scott dan Wilkinson, 1985) Bab ini meringkas riset terpilih dalam
bidang pemahaman membaca dan menjelaskan cara-cara dimana hasilnya seharusnya,
mampu, dapat, dan pasti mempengaruhi praktek pengajaran.
Timbulnya Riset
Pemahaman Membaca
Berkembangnya jumlah buku mengenai pemahaman membaca
(misal : Cooper, 1986; Duffy, Roehler, dan Mason, 1984; Garner, 1987; McNeil,
1987; Oransanu, 1985; Pearson, 1984a; Spiro, Bruce, dan Brewer, 1980) dan
bab-bab dalam karya kesarjanaan yang lebih umum dalam kognisi (misalnya :
Mandl, Stein, dan Trabasso, 1984) dan pendidikan (misal : Wittrock, 1985)
membuktkan kepentingan yang berasal pada proses pemahaman membaca.
Minat kita pada proses pemahaman sebenarnya dapat dilacak
kembali pada abad ketika sarjana seperti Huey (1908), Cattell (1986), dan
Thorndike (1917) menganggap membaca sebagai proses berharga dari riset yang
luas dan intensif. Ini adalah periode psikologi Gestalt dengan penekanan pada
proses mental holistik. Ia pertama kali populer di Eropa, dan kemudian di
Amerika Serikat. Milieu (lingkungan) tersebut mengundang penelitian mengenai
riset pemahaman membaca sebagai sebuah peristiwa mental yang menyatu.
Riset dari era ini secara pasti mendukung : riset yang
meneliti proses mental holistik seperti persepsi cetakan (Cattell, 1986) dan
pengaruh susunan mental, atau pengetahuan sebelumnya (Huey, 1908). Riset awal
ini menempa urutan awal riset pemahaman membaca. Pada kenyataannya, Psikology
and Pedagogy of Reading dari Huey (1908) mungkin menyebabkan para peneliti modern
menjadi malu karena kita nampak sedikit maju diluar tingkat pemahamannya.
Langkah maju perlahan dari 1915 sampai 1970 mencerminkan
pengaruh yang berkelanjutan dari tradisi behavior yang mendominasi psikologi
selama waktu itu. Behaviorisme menekankan penelitian pada tingkah laku atau
periode bisa diteliti. Karena proses membaca dianggap sebagai peristiwa mental,
ia dipandang sebagai fenomena diluar ruang lingkup psikologi eksperimental.
Untungnya, saat ini kita menangani masalah pemahaman
membaca, bidang psikologi yang telah melarang pemahaman membaca sebagai bidang
penelitian yang menggembar-gemborkan hasilnya. Hanya pada saat ini yang lebih
muncul adalah psikologi kognitif dari pada behaviorisme (Pearson, 1986).
Membaca, yang dianggap sebagai salah satu bentuk pemecahan masalah, mulai
diteliti oleh ahli psiklogi, ahli bahasa dan antropologis, di samping pendidik bacaan.
Model baru mengenal membaca mulai berkembang selama periode ini. Bough (1972) dan
LaBerge dan Samuels (1974) mengusulkan model bottom-up yang menekankan saluran informasi
dari teks untuk memori visual, memori pendengaran, untuk membentuk perwakilan akustik ke dalam
kata-kata untuk memori semantik dan akhirnya: pemahaman. Smith (1971, 1978) dan
Goodman (1976), sebaliknya mengembangkan model yang berorientasitop-down yang menekankan
pengaruh hipotesis yang berkembang secara internal mengenai kemungkinan arti bagian
teks, proses tingkat yang lebih tinggi, pada proses tingkat yang lebih rendah
(misalnya pengenalan kata).
Tak bisa disangkal, para peneliti yang lain (Remelhart,
1977; Stanovich, 1980) menyusun model interaktif yang memungkinkan arus
informasi berganti dari bottom-up ke topdown yang tergantung pada karakteristik
teks, konteks, dan pembaca. Lebih lanjut, sifat penilaian dalam membaca perlu
dipertanyakan, dengan para peneliti yang memperdebatkan pendekatan interaktif
yang dengan lebih baik mencerminkan pengetahuan kita mengenai proses membaca
(Pearson dan Valencia, 1987; Lipson dan Wixson, 1986). Beberapa definisi
pemahaman membaca telah diajukan (untuk tindakan definisi yang luas, lihat
Johson, 1983).
Definisi yang telah kita ambil untuk tujuan pembahasan
riset pemahaman membaca mencerminkan pandangan interaktif mengenai membaca,
dimana “membaca merupakan proses menyusun makna melalui interaksi dinamis
diantara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang dinyatakan oleh
bahasa tulis, dan konteks situasi membaca”. Definisi ini diajukan oleh Wixson
dan Peters (1983) dan dikembangkan untuk Michigan State Board of Education
dalam hubungannya dengan Michigan Reading Association.
Pemahaman membaca melibatkan interprestasi teks dan
menyusun makna dengan latar belakang, dan dalam konteks sosial yang membantu
menentukan tujuan, cita-cita dan harapan pembaca.
Perkembangan Proses
Pemahaman : Dasar-dasar Riset
Karena membaca adalah sebuah proses interaktif, maka
perlu dipahami faktor-faktor interaksi yang membantu perkembangan strategi
membaca yang efektif dan keinginan membaca siswa. Dengan kata lain, perlu
dipahami konteks dimana membaca terjadi.
Karakteristik
Karakteristik pelajar melibatkan faktor-faktor seperti
latar belakang pengetahuan, pengetahuan metakognitif, latar belakang
sosio-kultural, kemampuan, pengetahuan kosakata, motivasi, SES, jenis kelamin,
dan tingkat perkembangan. Beberapa dari ini semua bisa mendukung perubahan
melalui pengajaran, dan yang lainnya tidak. Dalam bagian ini kita meneliti
riset dalam tiga bidang yang secara khusus relevan dengan masalah pengajaran
dan bersifat responsif untuk intervensi yang dirancang untuk mendukung
tanggapan pada pemahaman membaca : pengetahuan latar belakang, pengetahuan
kosakata, dan pengetahuan metakognitif.
Pengetahuan Latar
Belakang
Salah satu karakteistik
pelajar yang paling diteliti adalah pengetahuan latar belakang. Maka tak
mengejutkan jika tema dominan dari karya ini adalah pengaruhnya atas pemahaman membaca.
Riset ini dihasilkan dari perkembangan dalam psikologi kognitif sebagai
kemajuan teori schema yang memberikan perubahan konsep dalam riset dan praktek
dalam membaca (Anderson dan Pearson, 1984). Teori schema didasarkan pada
pemikiran bahwa pengetahuan individu yang tersimpan, yang sering kita sebut
memori jangka panjang, adalah organisasi personal yang sistematis dari total
pengalaman individu. Informasi yang masuk dipengaruhi oleh apa yang telah kita ketahui.
1 comment:
ini sangat bermanfaat.
terimakasih.
salam,
carmudian
Post a Comment