Beberapa jenis tes yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur
kemampuan membaca dapat dikemukakan
seperti berikut :
1)
Tes cloze
merupakan salah satu tes yang dapat
dimanfaatkan untuk mengetes kemampuan
membaca (Oller, 1979; Djiwandono, 1988). Tes cloze yang pertama kali diperkenalkan oleh Taylor (1953) semula
dimanfaatkan untuk mengukur tingkat keterbatasan teks dalam bahasa ibu, namun selanjutnya
digunakan untuk mengukur kemampuan membaca,
baik dalam bahasa ibu maupun dalam bahasa kedua atau asing. Secara
keseluruhan tes cloze dapat dimanfaatkan
untuk: penilaian tingkat keterbacaan dan tingkat kesulitan teks, penilaian kemampuan membaca pemahaman, penelaahan
kendala - kendala yang ada dalam teks, penilaian kelancaran berbahasa, dan penialian
efektivitas pengajaran. Komentar yan
gdapat dikemukakan sehubungan dengan pemakaian tes cloze untuk mengukur kemampuan membaca dapat dikemukakan
seperti berikut. Jika diamati apa yang dilakukan
oleh testi dalam mengerjakan tes, tampaknya apa yang dikerjakan testi kurang mencerminkan kegiatan membaca yang
sebenarnya. Proses yang terjadi dalam diri testi sewaktu mengerjakan tes cloze lebih bersifat
kognitif. Anderson (1976) menyatakan bahwa tes cloze lebih tepat digunakan untuk keperluan
eksperimen testi sangat dipengaruhi oleh kemiripan gaya bahasanya dengan gaya bahasa yang terdapat
dalam teks. Keberhasilan testi dalam mengerjakan tes cloze juga sangat dipengaruhi oleh
skemata testi terhadap isi teks.
2)
Menceritakan kembali ;
dapat dimanfaatkan untuk mengukur
kemampuan pemahaman (baik lisan maupun
tulisan). Kekurangan dari prosedur ini terletak pada ketidakekonomisannya sebagai alat ukur, apalagi jika testi diminta
untuk menceritakan kembali dalam bentuk tulis.
Selain itu, tes ini cenderung menjadi tes ingatan. Dan menceritakan
kembali cenderung mengaburkan kemampuan
testi yang sebenranya. Prosedur ini dipandang cocok untuk melatih testi dalam bahasa asing, sebab dapat
mengakibatkan motivasi testi (Hidayat, 1990).
3)
Tes meringkas ;
sering kali juga dipakai untuk
mengukur kemampuan pemahaman testi yang
bersifat global, sebab tes ini banyak melibatkan skemata dalam sebuah teks. Tes
ini menuntut testi untuk dapat memahami
secara rinci dan mengungkapkan kembali pemahamannya secara ringkas. Dalam proses meringkas testi
membutuhkan kerangka berfikir tertentu, sehingga meringkas teks yang strukturnya lazim
memerlukan waktu yang relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan yang strukturnya asing. Dengan menggunakan tes ini
sulit untuk dipastikan apakah buruk atau
baiknya hasil yang diperoleh testi disebabkan oleh kesalahpahamannya ataukah oleh ketidakmampuan dalam memproduksi
kalimat (Hidayat, 1990).
4) Tes subjektif ;
merupakan tes yang banyak digunakan dalam mengukur kemampuan membaca. Tes subjektif yang dimaksud adalah
tes jawabannya berupa uraian, dan penyekorannya
dilakukan dengan mempertimbangkan benar salahnya uraian yang diberikan testi. Ciri penanda tes subjektif, antara
lain: (1) jumlah soal yang disusun tidak terlalu banyak. (2) hasil yang diperolah kurang mewadahi
karena jangkauan bahannya tidak terlalu luas, (3) banyak dipengaruhi oleh faktor: bahasa yang
digunakan oleh testi, kerapihan tulisan yang dibuat oleh testi, sikap penilai terhadap terhadap
testi, penyekoran bersifat relatif, jawaban sangat penting, dipengaruhi oleh emosi pemeriksa,
pertanyaan yang diajukan luas dan rumit, sedangkan waktu yang tersedia terbatas. Tes subjektif
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: ingatan sederhana (simple recall), jawaban pendek
(short answer), dan bentuk diskusi.
Kelebihan tes subjektif
terletak pada: mudah dalam penyusunan, mudah disesuaikan dengan bahan pelajaran yang dikehendaki, baik untuk mengukur
kemampuan kognisi yang membutuhkan proses berpikir atau bernalar tingkat tinggi. Kekurangan tes
subjektif dapat dilihat dari segi: isi/bahan (jumlah butir soal biasanya terbatas), pemeriksa
(korektor sering kali terpengaruhi oleh faktor
subjektivitas), testi (dapat mengelabui korektor dengan memberikan
jawaban yang panjang), pemeriksaan
(sangat banyak memakan waktu) (Harris, 1969; Lado, 1962; Valute, 1967). Komentar tentang pemanfaatan tes subjektif
untuk mengukur kemampuan membaca dapat dikemukakan
seperti berikut. Apa yang dikerjakan testi dalam tes subjektif dapat dikatakan mendekati kegiatan membaca, yakni diawali
dengan upaya penggalian informasi dan diikuti
dengan pengungkapan hasil penggalian informasi (pemahaman). Akan tetapi,
jika pengungkapan pemahaman dilakukan
melalui bentuk diskusi, ada kemungkinan kemampuan pemahaman yang sebenarnya akan dikaburkan oleh kemampuan
mengungkapkan hasil pemahaman. Artinya, ada
kemungkinan bahwa testi memiliki kemampuan yang baik dalam memahami isi
teks; tetapi karena kemampuannya
mengungkapkan tidak baik, maka hasil yang diperoleh menjadi tidak baik. Oleh sebab itu, ada baiknya jika bentuk
jawaban pendek dimanfaatkan untuk mengetes
kemampuan membaca.
5) Tes Objektif ;
juga merupakan tes yang banyak dipakai untuk mengukur
kemampuan membaca. Tes objektif yang
dimaksud adalah tes yang cara pemerikasannya dapat dilakukan secara objektif yang dilakukan dengan cara
mencocokkan kunci jawaban dengan hasil pekerjaan testi. Tes objektif ini terdiri atas butir -
butir tes yang dapat dijawab dengan sepatah atau beberapa patah kata atau memilih alternatif
jawaban yang telah disediakan. Tes objektif
memungkinkan testi untuk menjawab banyak pertanyaan dalam waktu yang
relatif singkat. Sehingga bahan atau
materi yang diajukan dapat menjangkau sebagian besar bahan yang akan diujikan. Tes objektif dapat dibedakan
menjadi 4 (empat) macam, yaitu : penyempurnaan,
benar salah, penjodohan, dan pilihan ganda. Kelebihan yang dimiliki oleh
tes objektif, antarea lain: diskor
secara objektif dan mekanis, jangkauan bahayanya cukup luas, mudah dalam pemeriksaannya. Kelemahan tes objektif,
antara lain : sulit dalam pembuatannya, dalam
pengertian banyak menyita waktu tenaga, dan biaya, tidak dapat mengukur
kemampuan proses berfikir tingkat
tinggi, memberi kesempatan bagi testi untuk berspekulasi (Harris, 1969; Lado, 1962; Valette, 1967). Tes objektif dengan
berbagai ragamnya, tampaknya kurang mirip dengan kegiatan membaca dengan sebenarnya. Namun
demikian, tes ini memudahkan testi untuk
mengungkapkan jawabannya. Artinya ia tidak perlu menyusun kalimat
sendiri, sehingga kemampuannya memahami
teks tidak tersamar oleh kemampuan lain.
No comments:
Post a Comment