Kata-kata atau leksem-leksem yang berada dalam satu
kelompok lazim dinamai kata-kata atau
leksem-leksem yang berada dalam satu medan makna atau satu medan leksikal, sedangkan usaha untuk menganalisis kata-kata
atau leksem-leksem terhadap unsurunsur makna
yang dimilikinya dinamakan analisis komponen makna atau analisis ciri-ciri makna, atau analisis ciri-ciri leksikal. Sebagai contoh, kata-kata atau leksem-leksem
dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan
atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik yang dimiliki kata-kata atau leksem-leksem
tersebut. Misalnya, kata-kata kuning, merah,
hijau, biru, dan ungu berada dalam satu kelompok, yaitu
kelompok warna atau namanama warna, atau
jenis warna.
Sebaliknya, setiap kata atau leksem dapat dianalisis unsur-unsur maknanya sehingga dapat diketahui
perbedaan makna antara kata tersebut dengan
kata yang lainnya yang berada dalam satu kelompok. Misalnya, kata mayat dan bangkai berada dalam satu kelompok
yaitu sesuatu yang sudah mati, tetapi perbedaan
maknanya terletak pada bahwa kata mayat dipakai untuk manusia
yang meninggal, sedangkan kata bangkai
digunakan untuk hal yang telah mati, yang bukan manusia. Secara singkat di bawah ini akan dipaparkan
mengenai medan makna dan komponen makna
sebagai berikut.
1.
Medan Makna
Medan makna (semantic domain,
semantic field) atau medan leksikal adalah
seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena
menggambarkan bagian dari bidang
kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya, nama-nama warna, nama-nama perabot rumah
tangga, atau nama-nama perkerabatan, yang
masing-masing merupakan satu medan makna (Chaer, 1994: 315-316). Kata-kata atau leksem-leksem yang
diklasifikasikan dalam satu medan makna berdasarkan
sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi dan medan set.
Medan kolokasi menunjukkan pada
hubungan yang sintagmatik yang terdapat
di antara kata-kata atau leksem-leksem atau unsur-unsur leksikalnya, misalnya kata-kata layar, perahu, nelayan, badai,
ombak, dan tenggelam merupakan kata-kata dalam satu kolokasi yaitu satu tempat atau
lingkungan yang sama yang berkenaan dengan
lingkungan kelautan. Sementara itu, medan set menunjukkan pada hubungan yang paradigmatig karena kata-kata atau
leksem-leksem yang berada dalam satu kelompok
medan set bisa saling disubstitusikan.
Sekelompok kata yang merupakan satu set biasanya mempunyai kelas kata yang sama,
dan merupakan satu kesatuan. Setiap kata
dalam medan set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota set yang lainnya. Misalnya, kata remaja dan
sejuk, kata remaja merupakan tahap perkembangan dari kanak-kanak menuju dewasa,
sedangkan kata sejuk merupakan suhu
di antara dingin dan hangat.
2.
Komponen Makna
Sama halnya dengan medan makna,
setiap kata, leksem, atau butir leksikal tentu
mempunyai makna. Makna yang dimiliki oleh setiap kata, leksem, atau
butir leksikal itu terdiri dari sejumlah
komponen yang dinamakan komponen makna, yang membentuk keseluruhan makna kata, leksem, atau butir
leksekal tersebut. Komponen makna ini dapat
dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu berdasarkan
“pengertian-pengertian” yang dimilikinya
(Chaer, 1994: 318).
Analisis komponen makna dapat
dimanfaatkan sebagai berikut. Pertama, untuk mencari perbedaan dari bentuk-bentuk yang
bersinonim, misalnya, kata ayah dan bapak adalah dua kata yang bersinonim, dua buah
kata yang bersinonim maknanya tidak persis
sama, tentu ada perbedaan makna. Kalau dianalisi kata ayah dan bapak
dari segi komponen makna, maka kata ayah
dan bapak sama-sama memiliki komponen makna manusia, dewasa, dan sapaan kepada orang tua
laki-laki, bedanya, kata ayah tidak
memiliki komponen sapaan kepada orang yang dihormati, sedangkan kata bapak
memiliki komponen makna sapaan
kepada orang yang dihormati.
Sehingga antara kata ayah dan bapak memiliki beda makna yang hakiki
yang menyebabkan keduanya tidak dapat dipertukarkan. Kedua, berguna untuk membuat prediksi
makna-makna gramatikal afiksasi, reduplikasi,
dan komposisi. Misalnya, dalam proses afiksasi dengan prefiks me- pada nomina yang memiliki komponen makna ‘alat’
akan mempunyai makna gramatikal ‘melakukan
tindakan dengan alat dalam kata dasarnya’, seperti pada kata menggergaji, memahat, menombak, mengail, dan
sebagainya.
Proses afiksasi dengan prefiks meterhadap nomina yang memiliki komponen makna ‘sifat
atau ciri khas’ akan mempunyai makna
gramatikal ‘menjadi atau berbuat seperti yang disebut pada kata dasarnya’,
seperti pada kata membeo, mematung,
membaja, membatu, dan sebagainya. Proses afiksasi dengan prefiks me- pada nomina yang
memiliki komponen makna ‘hasil olahan’ akan
mempunyai makna gramatikal ‘membuat yang disebut kata dasarnya’, seperti
pada kata menyate, menggulai,
menyambal, dan sebagainya.
Dalam proses komposisi, atau proses penggabungan leksem dengan leksem, terlihat
bahwa komponen makna yang dimiliki oleh
bentuk dasar yang terlibat dalam proses itu menentukan makna gramatikal yang dihasilkannya. Misalnya, makna gramatikal
‘milik’ hanya dapat terjadi apabila konstituen
kedua dari komposisi itu memiliki komponen makna manusia atau dianggap
manusia. Ketiga, bermanfaat untuk
meramalkan makna gramatikal, dapat juga dilihat pada proses reduplikasi dan proses komposisi.
Dalam proses reduplikasi, yang terjadi pada
dasar verba yang memiliki komponen makna ‘sesaat’ dapat memberi makna
gramatikal ‘berulang-ulang’, seperti
pada kata memotong-motong, memukul-mukul, menendangnendang, dan sebagainya. Pada verba yang memiliki
komponen makna ‘bersaat’ akan memberi
makna gramatikal ‘dilakukan tanpa tujuan’, seperti pada kata membaca-baca, mandi-mandi, duduk-duduk, dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment