Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Thursday, May 10, 2012

Medan Makna dan Komponen Makna


            Kata-kata atau leksem-leksem yang berada dalam satu kelompok lazim dinamai kata-kata  atau leksem-leksem yang berada dalam satu medan makna atau satu medan leksikal,  sedangkan usaha untuk menganalisis kata-kata atau leksem-leksem terhadap unsurunsur  makna yang dimilikinya dinamakan analisis komponen makna atau analisis ciri-ciri  makna, atau analisis ciri-ciri leksikal.  Sebagai contoh, kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap bahasa dapat  dikelompokkan atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik  yang dimiliki kata-kata atau leksem-leksem tersebut. Misalnya, kata-kata kuning, merah,  hijau, biru, dan ungu berada dalam satu kelompok, yaitu kelompok warna atau namanama  warna, atau jenis warna.
            Sebaliknya, setiap kata atau leksem dapat dianalisis  unsur-unsur maknanya sehingga dapat diketahui perbedaan makna antara kata tersebut  dengan kata yang lainnya yang berada dalam satu kelompok. Misalnya, kata mayat dan  bangkai berada dalam satu kelompok yaitu sesuatu yang sudah mati, tetapi perbedaan  maknanya terletak pada bahwa kata mayat dipakai untuk manusia yang meninggal,  sedangkan kata bangkai digunakan untuk hal yang telah mati, yang bukan manusia.  Secara singkat di bawah ini akan dipaparkan mengenai medan makna dan  komponen makna sebagai berikut. 
1.    Medan Makna 

            Medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah  seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan  bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya,  nama-nama warna, nama-nama perabot rumah tangga, atau nama-nama perkerabatan,  yang masing-masing merupakan satu medan makna (Chaer, 1994: 315-316).  Kata-kata atau leksem-leksem yang diklasifikasikan dalam satu medan makna  berdasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi  dan medan set.

            Medan kolokasi menunjukkan pada hubungan yang sintagmatik yang  terdapat di antara kata-kata atau leksem-leksem atau unsur-unsur leksikalnya, misalnya  kata-kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak, dan tenggelam merupakan kata-kata  dalam satu kolokasi yaitu satu tempat atau lingkungan yang sama yang berkenaan  dengan lingkungan kelautan. Sementara itu, medan set menunjukkan pada hubungan  yang paradigmatig karena kata-kata atau leksem-leksem yang berada dalam satu  kelompok medan set bisa saling disubstitusikan.
            Sekelompok kata yang merupakan satu  set biasanya mempunyai kelas kata yang sama, dan merupakan satu kesatuan. Setiap  kata dalam medan set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota set  yang lainnya. Misalnya, kata remaja dan sejuk, kata remaja merupakan tahap  perkembangan dari kanak-kanak menuju dewasa, sedangkan kata sejuk merupakan suhu  di antara dingin dan hangat.  
2.    Komponen Makna 

            Sama halnya dengan medan makna, setiap kata, leksem, atau butir leksikal tentu  mempunyai makna. Makna yang dimiliki oleh setiap kata, leksem, atau butir leksikal itu  terdiri dari sejumlah komponen yang dinamakan komponen makna, yang membentuk  keseluruhan makna kata, leksem, atau butir leksekal tersebut. Komponen makna ini dapat  dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu berdasarkan “pengertian-pengertian”  yang dimilikinya (Chaer, 1994: 318).
            Analisis komponen makna dapat dimanfaatkan sebagai berikut. Pertama, untuk  mencari perbedaan dari bentuk-bentuk yang bersinonim, misalnya, kata ayah dan bapak  adalah dua kata yang bersinonim, dua buah kata yang bersinonim maknanya tidak persis  sama, tentu ada perbedaan makna. Kalau dianalisi kata ayah dan bapak dari segi  komponen makna, maka kata ayah dan bapak sama-sama memiliki komponen makna  manusia, dewasa, dan sapaan kepada orang tua laki-laki, bedanya, kata ayah tidak  memiliki komponen sapaan kepada orang yang dihormati, sedangkan kata bapak memiliki  komponen makna sapaan kepada orang yang dihormati.
            Sehingga antara kata ayah dan  bapak memiliki beda makna yang hakiki yang menyebabkan keduanya tidak dapat  dipertukarkan.  Kedua, berguna untuk membuat prediksi makna-makna gramatikal afiksasi,  reduplikasi, dan komposisi. Misalnya, dalam proses afiksasi dengan prefiks me- pada  nomina yang memiliki komponen makna ‘alat’ akan mempunyai makna gramatikal  ‘melakukan tindakan dengan alat dalam kata dasarnya’, seperti pada kata menggergaji,  memahat, menombak, mengail, dan sebagainya.
            Proses afiksasi dengan prefiks meterhadap  nomina yang memiliki komponen makna ‘sifat atau ciri khas’ akan mempunyai  makna gramatikal ‘menjadi atau berbuat seperti yang disebut pada kata dasarnya’, seperti  pada kata membeo, mematung, membaja, membatu, dan sebagainya. Proses afiksasi  dengan prefiks me- pada nomina yang memiliki komponen makna ‘hasil olahan’ akan  mempunyai makna gramatikal ‘membuat yang disebut kata dasarnya’, seperti pada kata  menyate, menggulai, menyambal, dan sebagainya.
            Dalam proses komposisi, atau proses  penggabungan leksem dengan leksem, terlihat bahwa komponen makna yang dimiliki  oleh bentuk dasar yang terlibat dalam proses itu menentukan makna gramatikal yang  dihasilkannya. Misalnya, makna gramatikal ‘milik’ hanya dapat terjadi apabila konstituen  kedua dari komposisi itu memiliki komponen makna manusia atau dianggap manusia.  Ketiga, bermanfaat untuk meramalkan makna gramatikal, dapat juga dilihat pada  proses reduplikasi dan proses komposisi. Dalam proses reduplikasi, yang terjadi pada  dasar verba yang memiliki komponen makna ‘sesaat’ dapat memberi makna gramatikal  ‘berulang-ulang’, seperti pada kata memotong-motong, memukul-mukul, menendangnendang,  dan sebagainya. Pada verba yang memiliki komponen makna ‘bersaat’ akan  memberi makna gramatikal ‘dilakukan tanpa tujuan’, seperti pada kata membaca-baca,  mandi-mandi, duduk-duduk, dan sebagainya.  


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment