Pada kegitan belajar II ini akan dibahas hal-hal sebagai berikut :
a. Pendekatan bottom-up dan top-down dalam membaca
b. Teori skema dan pengaruhnya pada teori dan praktek membaca
c. Pengaruh latar belakang pengetahuan terhadap proses membaca
d. Membaca sebagai proses sosial
e. Karakteristik pelajaran membaca yang efektif
2. Pandangan bottom-up
dan top-down dalam membaca
Bottom-up dalam membaca pada dasarnya adalah menguraikan
simbol tertulis ke dalam bahasa lisan, dengan arus bagan seperti ini: Cetakan –
perbedaan setiap kata – fonem dan grafem dicocokkan – memadukan – ucapan – arti.
Pembentukan arti merupakan proses akhir bahasa itu diterjemahkan ke dalam
simbol yang lain (tulisan – lisan). Pendekatan ini tetap bertahan karena
penjelasannya yang logis bahwa untuk memahami bacaan harus mengenali huruf. Pendekatan
ini ditentang oleh ahli lain terutama bangsa Inggris dengan alasan bahwa :
dalam ucapan tidak selalu sama dengan tulisan, proses merangkaikan setiap huruf
akan memperlambat proses membaca sehingga dapat mengganggu pemahaman.
Karena adanya kelemahan dalam pendekatan ini maka
diusulkan pendekatan lain yang disebut top-down atau pendekatan psikolinguistik.
Cambourne memberikan skema top-down sebagai berikut: Pengalaman masa lalu –
aspek cetakan yang selektif makna – suara/pelafalan. Pendekatan ini lebih
menekankan pada rekonstruksi dari pada menguraikan bentuk. Kunci proses ini
adalah adanya interaksi antara pembaca (adanya pengalaman masa lalu) dengan
teks, faktor psikologis dan linguistik juga perlu dipertimbangkan. Pendekatan
ini ada kelemahannya : tidak memikirkan pembaca pemula dan pembaca lanjut. Karena
kelemahan ini maka Stanovich mengusulkan untuk memadkukan pendekatan bttom-up dan
top-down yang disebut ‘interactive-compensatory’
3. Teori Skema dan
Membaca
Pertama kali teori ini diusulkan oleh Barlett, dengan
pandangan bahwa pengetahuan di kepala mengorganisir dan menghubungkan dan
mengarahkan kearah proses pemahaman terhadap pengalaman baru yang ada dalam
bacaan. Dengan pengetahuan yang ada ini membantu pembaca untuk menebak bagian
berikutnya. Widdoson menginterprestasikan teori skema dengan perspektif
linguistik. Ada dua tingkatan yakni sistematik (yang berkaitan dengan fenologi)
dan skematik (latar belakang pengetahuan pembaca). Skema harus ada pada setiap
pembaca agar mudah mengikuti bacaan dan dapat menggunakan skema tersebut.
4. Penelitian membaca dalam bahasa kedua
Aslanian
(1985) menyatakan : pengetahuan skematik dapat membantu atau bahkan mengganggu
pemahaman terhadap bacaan. Numan (1985) meneliti apakah hubungan tekstual
dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan. Kaitan tekstual ini dibagi tiga
yakni kaitan logis, referensial, leksikal. Stefensen (1981) persepsi
penelitiannya : hubungan tekstual lintas kultural mungkin membantu atau membantu
pemahaman pembaca. Walter (1982) dalam penelitiannya mengusulkan strategi menghadapi
teks yang sulit, 1) membaca teks secara perlahan, 2) membaca kembali teks tersebut,
3) membuat ringkasan garis besar isi yang dibaca. Pembaca dengan strategi ini
banyak mengingat poin umum. Ini dicobakan untuk pembaca yang baik.
5. Membaca dan Konteks Sosial
Konteks
sosial akan menentukan dan motivasi membaca. Dalam konteks sosial yang maju, banyak
media tulis maka anggota kelompok masyarakat tersebut akan termotivasi untuk membaca.
Sebaliknya masyarakat yang terpencil, tanpa media tulis yang harus dibaca maka anggota
kelompok tersebut tidak termotivasi untuk membaca.
6. Jenis Teks Membaca
Bahasa
ada untuk memenuhi fungsi tertentu dan fungsi ini yang akan menentukan struktur
teks dan isi bacaan. Bermacam bacaan akan kita temui dalam konteks sosial.
Skema kita perlukan untuk memahami dan memperoleh informasi baru dari teks
tersebut.
7. Pelajaran Membaca
Peran
guru dikelas akan banyak mempengaruhi minat dan kemauan siswa membaca. Peran itu
dapat difokuskan ketrampilan membuat kesimpulan, pengembangan kelancaran
membaca, kosakata, membaca ekstensif. Prinsip-prinsip yang mengacu pada
pengajaran efektif: 1) Tujuan pengajaran digunakan untuk mengarahkan dan
mengorganisir pelajaran, 20 Teori yang luas tentang membaca B2 3) Waktu dikelas
untuk belajar, 4) Aktivitas di kelas untuk pengajaran bukan tes, 5) Struktur pengajaran
jelas, 6) Variasi aktivitas membaca, 7) kesempatan umpan balik atas membaca
siswa, 8) wacana yang nyata, 9) pengajaran berpusat pada siswa.
1 comment:
terimakasih sharing ilmunya.
semoga berkah untuk penulis.
salam,
carmudi
Post a Comment