Sebelum mempelajari morfem dan kata, Anda akan
mempelajari dahulu tentang satuansatuan gramatik.
Jika kita mendengarkan tuturan seseorang dengan saksama ternyata bahwa ada satuan-satuan yang berulang-ulang dapat kita
dengar, misalnya sepatu, bersepatu, bersepatu hitam, Ia membeli sepatu dari toko. Satuan-satuan
yang mengandung arti, baik arti leksikal
maupun arti gramatikal seperti tersebut di atas disebut satuan gramatik,
atau disingkat satuan.
Satuan gramatik atau satuan itu mungkin berupa morfem,
misalnya ber-, ke, ke-an, -wan, jalan,
akan, rumah, datang, sedang, baca, baru, dsb., mungkin berupa kata,
misalnya rumah, membawa, diketahui,
lempar lembing, mereka, dari, dsb., mungkin berupa frase, seperti akan datang, ke rumah teman, akan minum, sudah
sehat, baik sekali, usaha yang baik, dsb., mungkin berupa klause, misalnya ia berkunjung
ke rumah teman, mungkin berupa kalimat seperti Ia sedang berkunjung ke rumah teman., dan
mungkin juga berupa wacana. Jika
diurutkan dari atas, satuan gramatik itu dapat berupa:
Wacana
Kalimat
Klausa
Frase
Kata
Morfem
Satuan gramatik yang
akan kita pelajari pada Bahan Belajar Mandiri ini hanya terbatas pada morfem dan kata. Anda perhatikan satuan-satuan ber-, ke-an,
meN-, -wan, dsb., serta satuan-satuan pohon, rumah, datang, sejuk, bawa, tahu, mereka,
dsb. Satuan pertama baru mempunyai arti bila dirangkaikan dengan satuan-satuan lain,
misalnya ber- dengan jalan menjadi berjalan, ke-an dengan manusia menjadi kemanusiaan,
me- dengan lukis menjadi melukis, -wan dengan sastra menjadi sastrawan, arti yang
terkandung dalam satuan-satuan itu (ber-, ke-an, meN-, -wan, dsb.) disebut arti gramatik.
Berbeda dengan satuan-satuan terakhir (pohon, rumah,
datang, sejuk, bawa, tahu, mereka)
yang sudah mempunyai arti, yaitu arti leksikal. Sebenarnya bukan hanya morfem-morfem afiks saja yang
mempunyai arti gramatikal. Morfem-morfem seperti ke, atau, itu, tetapi, dan, yang, untuk, dsb. -
yang disebut partikel atau kata tugas – juga mempunyai arti gramatikal saja. Satuan-satuan ber-, ke, ke-an, meN-, di-,
-wan, jalan, rumah, maha-, juang, lah, dan
sebagainya masing-masing satu morfem, sedangkan satuan berjalan terdiri
dari dua morfem, yaitu morfem ber- dan
morfem jalan; satuan kemanusiaan terdiri dari dua morfem, yaitu
morfem ke-an dan manusia.
Morfem itu ada yang mempunyai satu
struktur fonologik, seperti morfem jalan, yang fonem-fonemnya, banyak fonem, dan urutan
fonemnya selalu begitu, yaitu terdiri lima fonem, ialah /j, a, l, a, dan n/ dengan
urutan fonem: /j/ dimuka, diikuti /a/, diikuti /l/, diikuti
/a/, diikuti /n/. Ada pula
morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologik, misalnya morfem meNdengan struktur fonologik berikut:
mem- : membuat, membeli
men- : mendidih, mendapat
meny- : menyaring, menyita
meng- : mengganti, menggali
menge- : mengebom, mengebor
me- : melamar, melayang
Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan
me- pada contoh di atas masingmasing
disebut morf, yang semuanya merupakan alomorf dari morfem meN-.
Atau dengan kata lain: morf mem-,
morf men-, morf meny-, morf meng-, morf menge-, dan
morf me-, merupakan alomorf dari
morfem meN-.
Begitu
pula morf-morf pem-, pen-, peny-, peng-, penge-,
dan pe- merupakan alomorf dari
morfem peN-, dalam contoh:
pem- : pembuat, pembeli
pen- : pendidik, pendapat
peny- : penyaring, penyita
peng- : pengganti, penggali
penge- : pengelas, pengebom
pe- : pelamar, pelawak
Contoh lain, misalnya
morfem ber-. Morfem ini terdiri dari morf ber- misalnya pada berjalan,
morf be-, misalnya pada bekerja, dan morf bel- pada belajar.
Morf ber-, be-, dan bel-, ketiganya merupakan alomorf morfem
ber-. Morfem-morfem di atas merupakan contoh morfem yang mempunyai
beberapa wujud fonologis. Berbeda dengan morfem di-, misalnya pada dibeli,
dilempar, dimakan, dsb., hanya terdiri dari morf di-, dan
merupakan alomorf morfem di-, morfem semacam itu hanya mempunyai
satu wujud fonologis. Yang dimaksud kata dalam pembicaraan ini ialah
satuan gramatik bebas yang terkecil, atau dengan kata lain, setiap satu satuan
bebas merupakan kata. Misalnya pohon, lari, pelari, pelarian, sastra,
sastrawan, adil, ketidakadilan, pemimpin, kepemimpinan, ruang, ruangan, dan
sebagainya.
Kata merupakan dua macam satuan, yaitu satuan fonologik
dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau
beberapa suku kata, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Contohnya:
kata kecenderungan terdiri dari lima suku, yaitu ke, cen, de, rung,
dan an. Suku ke terdiri dari dua fonem, suku cen terdiri
dari tiga fonem, suku de terdiri dari dua fonem, suku rung terdiri
dari tiga fonem, dan suku an terdiri dari tiga fonem. Jadi kata kecenderungan
terdiri dari dua belas fonem, yaitu /k, ¶, c, ¶,
n, d, ¶, r, u, h, a, n/. Kata instruktur terdiri
dari tiga suku, yaitu in, struk, dan tur. Suku in terdiri
dari dua fonem, suku struk terdiri dari lima fonem, dan suku tur terdiri
dari tiga fonem sehingga kata instruktur terdiri dari sepuluh fonem
yaitu /i, n, s, t, r, u, k, t, u, r/. Sebagai satuan gramatik, kata
disusun satu atau beberapa morfem.
Kata bermorfem satu disebut kata monomorfemis,
sedangkan kata bermorfem lebih dari satu disebut kata polimorfemis.
Dalam kalimat Ia mempersunting gadis desa misalnya, terdapat tiga kata monomorfemis,
yaitu ia, gadis, dan desa, dan satu kata polimorfemis, yaitu mempersunting.
Kata polimorfemis dapat dilihat sebagai hasil proses morfologik yang berupa
perangkaian morfem, misalnya kata mempersunting, membeli, bersepeda,dan
sebagainya, sedangkan kata ia, gadis, dan desa tidak mengalami
proses morfologik. Satuan-satuan yang tidak termasuk satuan bebas, jika secara
gramatik memiliki sifat bebas, itu termasuk golongan kata. Misalnya
satuan-satuan dari, kepada, sebagai, tentang, karena, meskipun, lah, dan
sebagainya. Begitu juga satuan-satuan jalan raya, rumah sakit keras
hati, panjang tangan, mata pelajaran, dan sebagainya, walaupun terdiri dari
dua satuan bebas, itu termasuk golongan kata karena satuan-satuan itu memiliki
sifat sebagai kata, yang membedakan dirinya dari frase.
No comments:
Post a Comment