A. HAKIKAT MEMBACA
Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua
bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca
sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca
sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat
membaca. Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa
aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Proses membaca
terdiri dari beberapa aspek.
Aspek - aspek tersebut (1) aspek sensori, yaitu
kemampuan untuk memahami simbol - simbol tertulis, (2) aspek perseptual, yaitu
kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol, (3) aspek
skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur
pengetahuan yang telah ada, (4) aspek berpikir, yaitu kemampuan
membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (5) aspek
afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengalaman
terhadap kegiatan membaca.
Interaksi antara kelima aspek tersebut secara harmonis
akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya komunikasi
yang baik antara penulis dengan pembaca. Membaca merupakan suatu kesatuan
kegiatan yang terpadu mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan
kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, dan menarik kesimpulan
mengenai maksud bacaan.
Pada waktu membaca mata mengenali kata, sementara pikiran
menghubungkan dengan maknanya. Makna kata dihubungkan satu sama lain menjadi
makna frase, klausa, kalimat dan akhirnya makna seluruh bacaan. Pemahaman akan
makna bacaan ini tidak mungkin terjadi tanpa pengetahuan yang telah dimiliki
dahulu, misalnya tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam bacaan, tentang
bentuk kata-kata, struktur kalimat, ungkapan, dan sebagainya. Dengan singkat pada
waktu membaca, pikiran sekaligus memproses informasi grafonik yang menyangkut hubungan
antara tulisan dengan bunyi bahasa, informasi sintaksis yaitu yang berhubungan dengan
struktur kalimat serta informasi semantik yang menyangkut aspek makna.
Informasi grafonik hanya dapat diperoleh bila seseorang
telah mampu mengenali huruf sebagai lambing bunyi bahasa dalam kaitannya dengan
kata dan kalimat. Di SD kemampuan itu dikembangkan melalui kegiatan membaca
permulaan. Dalam kegiatan itu siswa belajar menyuarakan huruf, membaca
kata-kata dalam kalimat/wacana dengan lafal dan intonasi yang tepat. Informasi
semantik berhubungan erat dengan pengalaman individu.
Kalimat “Pagi-pagi ia pergi berbelanja ke pasar”
misalnya, akan mengingatkan pembaca pada keadaan pasar seperti yang pernah
dikenal. Ini berarti bahwa makna suatu bacaan akan ditafsirkan oleh pembaca menurut
latar belakang pengetahuan serta pengalamannya masing-masing. Perbedaan latar belakang
seperti itulah yang sering kali menimbulkan salah paham. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa membaca merupakan proses penerjemahan tandatanda dan
lambing-lambang ke dalam maknanya serta pemanduan makna baru ke dalam system kognitif
dan afektif yang telah dimiliki pembaca.
No comments:
Post a Comment