Perkembangan makna mencakup segala hal tentang makna yang berkembang, baik berubah maupun bergeser. Di
dalam hal ini perkembangan meliputi
segala hal tentang perubahan makna baik yang meluas, menyempit, atau yang bergeser maknanya. Bahasa mengalami
perubahan dirasakan oleh setiap orang,
dan salah satu aspek dari perkembangan makna (perubahan arti) yang menjadi objek telaah semantik historis.
Perkembangan bahasa sejalan dengan perkembangan
penuturnya sebagai pemakai bahasa. Kita ketahui bahwa penggunaan bahasa diwujudkan dalam kata-kata
dan kalimat.
Pemakai bahasa yang
menggunakan kata-kata dan kalimat, pemakai itu pula yang menambah, mengurangi atau mengubah kata-kata atau
kalimat. Jadi, perubahan bahasa merupakan
gejala yang terjadi di dalam suatu bahasa akibat dari pemakaian yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Gejala perubahan makna sebagai akibat dari
perkembangan makna oleh para pemakai
bahasa. Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan pikiran manusia. Sejalan dengan hal tersebut karena
manusia yang menggunakan bahasa maka
bahasa akan berkembang dan makna pun ikut berkembang. Faktor-faktor yang dapat menjadikan suatu bahasa bisa
berubah, antara lain:
(1) Bahasa
berkembang seperti yang dikatakan Meilet, “this continuous way from one generation
to another".
(2) Makna kata
itu samar (bisa ‘dapat’ atau bisa ‘racun’ tanpa konteks tak jelas maknanya).
(3) Kehilangan
motivasi (loss of motivation).
(4) Adanya makna
ganda.
(5) Karena
ambigu (ketaksaan) "amoiguos context" .
(6) Struktur kosakata.
Faktor-faktor yang
disebutkan merupakan hal yang dapat mengakibatkan perubahan makna, perluasan makna, pembatasan
makna, dan pergeseran makna, yang
terangkum di dalam perkembangan makna.
1. Perubahan
Makna
Faktor-faktor yang mengakibatkan
perubahan makna antara lain sebagai akibat
perkembangan bahasa. Perubahan makna dapat pula terjadi akibat:
(1)
faktor kebahasaan (linguistic causes),
(2)
faktor kesejarahan (historical causes),
(3)
sebab sosial (social causes),
(4)
faktor psikologis (psychological causes) yang berupa: faktor emotif,
kata-kata tabu: (1) tabu karena takut, (2) tabu karena kehalusan, (3) tabu
karena kesopanan,
(5)
pengaruh bahasa asing
(6)
karena kebutuhan akan kata-kata baru
Sebab lain linguistis berhubungan dengan faktor
kebahasaan, baik yang ada hubungannya
dengan fonologi, morfologi, atau sintaksis. Kata sahaya pada mulanya dihubungkan dengan budak tetapi
dengan perubahan menjadi saya, maka
kata tersebut selalu mengacu kepada pronomina pertama netral (tidak ada unsur tidak hormat/hormat), dan bila
dibandingkan dengan aku, maka aku
mengandung unsur intim. Pronomina persona pertama jamak bahasa Indonesia kita menjadi kita-kita 'meremehkan'
atau 'menganggap enteng'. Sebab historis
adalah hal-hal yang berhubungan dengan faktor kesejarahan perkembangan kata. Misalnya, kata negosiasi
berasal dari kata Inggris negotiation 'perundingan'.
Kata tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia pada waktu perang Inggris dengan Argentina. Demikian pula, kata
seni yang makna asalnya adalah 'air
kencing', tetapi sekarang berubah maknanya menjadi 'segala sesuatu yang indah'.
Download Isi Lengkap dari Makalah Ini :
No comments:
Post a Comment