Berkaitan dengan
pelaksanaan pengajaran membaca, Burns (1982) mengemukakan 14 prinsip pengajaran membaca. Prinsinsi-prinsip
yang dikemukakan didasarkan pada generalisasi
hasil penelitian tentang pengajaran membaca dan pada hasil observasi
praktik membaca. Prinsipprinsip ini
diharapkan dapat mengarahkan guru dalam merencanakan pengajaran membaca. Berikut dipaparkan keempat belas prinsip
tersebut.
Prinsip 1 Membaca
adalah tindakan kompleks dengan banyak faktor yang harus dipertimbangkan
Guru harus memahami
semua aspek yang berkaitan dengan proses membaca sehingga dia dapat merencanakan pengajaran membaca secara
bijaksana. Adapun aspek-aspek yang berkaitan
dengan proses membaca adalah sebagai berikut.
1. Memahami sebuah
simbol tertentu (aspek sensori)
2. Menerjemahkan apa
yang mereka lihat dari simbol-simbol atau kata-kata (aspek persepsi)
3. Mengikuti alur
(linear), logika, dan pola tata bahasa dari kata yang ditulis (aspek sekuensi)
4. Menghubungkan
kata-kata sebelumnya yang disesuaikan dengan pengalaman langsung untuk memberi makna terhadap kata
yang dibaca (aspek pengalaman)
5. Membuat kesimpulan
dan evaluasi sebuah material (aspek berpikir)
6. Mengingat apa yang
telah mereka pelajari di waktu lampau dan menghubungkan ide baru dan fakta (aspek pembelajaran)
7. Memahami hubungan
antara simbol dan bunyi, antara kata dengan apa yang mereka maksudkan (aspek asosiasional)
8. Berhubungan dengan
ketertarikan personal atau individu dan sikap yang memengaruhi tugas membaca (aspek afektif)
Melihat semua aspek di
atas, jelas bahwa proses membaca merupakan proses yang sangat kompleks. Dengan demikian, dalam membaca
siswa harus menguasai aspek-aspek di atas.
Prinsip 2
Membaca merupakan proses interpretasi terhadap makna dari simbol-simbol yang
tertulis
Jika seseorang tidak
memahami sebagian makna dari teks, maka ia belum membaca, bahkan jika seseorang itu melafalkan setiap
kata dengan tepat.
Prinsip 3 Membaca
melibatkan kegiatan mengkonstruksi makna dari passage makna dari bagian yang tertulis
Di samping untuk
memahami informasi dari huruf-huruf dan kata-kata dalam teks, membaca melibatkan kegiatan memilih dan
menggunakan pengetahuan tentang orang, tempat,
sesuatu, dan pengetahuan tentang teks dan organisasi teks. Sebuah teks tidak banyak mengandung makna
seperti sumber dari informasi yang memungkinkan
pembaca untuk melibatkan pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga dapat menentukan makna yang terkandung di dalam
teks (Anderson dalam Burns, 1992:23).
Pembaca mengkonstruksi
makna dari bagian teks yang mereka baca dengan
menggunakan dua informasi yang berkaitan dengan teks dan pengetahuan
awal mereka, yang didasarkan pada
pengalaman masa lalu mereka. Cara pembaca dalam mengkonstruksi makna berbeda-beda bergantung pada latar belakang
pengetahuan dan pengalaman mereka yang bervariasi.
Beberapa pembaca tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup untuk memahami teks, dan yang lainnya merasa gagal
untuk memanfaatkan pengetahuan yang telah
mereka miliki.
Prinsip 4 Tidak ada
satu cara yang paling tepat untuk mengajarkan membaca
Beberapa metode
pengajaran membaca lebih cocok bagi beberapa siswa dari pada siswa lainnya. Sebagian siswa merupakan individu
yang belajar dengan cara mereka sendiri. Beberapa siswa merupakan pebelajar yang visual,
beberapa lainnya merupakan pebelajar auditor dan yang lainnya merupakan pembelajar yang kinestetik.
Guru harus membedakan
pengajaran sesuai dengan kebutuhan anak. Tentu saja, beberapa metode akan tepat bagi beberapa guru. Guru
memerlukan pemahaman mengenai variasi metode
sehingga mereka dapat menolong semua muridnya.
Prinsip 5 Belajar
membaca merupakan proses yang berkelanjutan
Anak-anak belajar
membaca dalam beberapa periode waktu yang panjang, memperoleh kemampuan membaca lanjutan setelah mereka
menguasai keterampilan prasyarat. Bahkan
setelah mereka menguasai semua jenis membaca, latihan membaca masih
harus terus berlanjut. Dengan tidak
memandang seberapa tua usia atau seberapa lama mereka telah meninggalkan bangku sekolah, mereka tetap melanjutkan
meningkatkan kemampuan membacanya. Keterampilan
membaca membutuhkan latihan yang terus-menerus. Jika seseorang tidak berlatih, maka kemampuan membacanya tidak
berkembang. Oleh karena itu, latihan membaca
perlu dikembangkan secara terus-menerus.
Prinsip 6 Siswa harus
diajari pengenalan kata yang memungkinkan mereka dapat mengenali pelafalan dan makna kata-kata sulit
secara independen
Siswa tidak dapat
mengingat semua kata yang mereka baca dalam teks. Oleh karena itu mereka membutuhkan untuk mempelajari
teknik-teknik untuk memahami kata-kata yang tidak dikenal sehingga mereka dapat memahami isi
bacaan meskipun tanpa bantuan guru, orang tau,
atau teman.
Prinsip 7 Guru harus
mendiagnosis kemampuan membaca siswa dan menggunakan hasil diagnosisi tersebut sebagai dasar untuk
merencanakan pengajaran
Mengajari semua siswa
dengan bahan ajar dan metode yang sama serta berharap dapat menangani kesulitan siswa yang berbeda dalam
waktu yang bersamaan adalah hal yang perlu
dihindari. Setiap siswa mempunyai kesulitan yang berbeda, sehingga
penanganannya pun tidak akan sama. Guru
perlu mengecek kelemahan membaca siswa dan kelebihannya. Selanjutnya dapat menentukan kelompok siswa yang
melakukan bimbingan dan yang tidak
Prinsip 8 Membaca dann
keterampilan berbahasa lainnya sangat berkaitan
Membaca – interaksi
antara pembaca dan bahasa tulis saat dimana pembaca berusaha untuk merekonstruksi pesan penulis – sangat
berhubungan erat dengan keterampilan berbahasa
lainnya (menyimak, berbicara, dan menulis). Hubungan erat antara menulis
dan membaca adalah keduanya merupakan
kemampuan berbahasa reseptif, yang bertolak belakang dengan dua keterampilan membaca ekspresif
yaitu berbicara dan menulis. Kemampuan menyimak yang baik sangat penting dalam meningkatkan kemampuan
membaca. Hubungan antara membaca dan
menulis sangat kuat, keduanya merupakan proses yang konstruktif. Pembaca harus mengkonstruksi
pesan dibalik teks yang tertulis, sementara itu
menulis merupakan kegiatan untuk menyampaikan ide dan mengekspresikan
gagasan yang disampaikan secara
tertulis. Pesan yang disampaikan lewat tulisan, dikodekan oleh pembaca melalui kegiatan membaca. Dengan demikian
keempat keterampilan berbahasa tersebut saling
berkaitan.
Prinsip 9 Membaca
merupakan bagian integral dari semua area isi pengajaran dalam program pendidikan.
Guru harus
mempertimbangkan hubungan antara membaca dengan mata pelajaran lain dalam kurikulum sekolah dasar. Untuk memahami
semua materi pelajaran dibutuhkan keterampilan
membaca. Bahan ajar yang dikembangkan dalam mata pelajaran lain menjadi area isi dalam teks yang harus dibaca siswa.
Dengan demikian, membaca menjadi bagian integral dalam pembelajaran di sekolah dasar.
Prinsip 10 Siswa perlu
untuk mengetahui mengapa membaca itu penting
Anak-anak yang tidak
bisa melihat keuntungan yang akan diperoleh dalam belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar
membaca. Belajar membaca memerlukan usaha,
dan siswa yang melihat nilai lebih membaca sebagai aktivitas personal
akan lebih cenderung bekerja keras dalam
membaca dari pada siswa yang tidak melihat manfaat tersebut. Guru harus menekankan kepada siswa tentang kebutuhan
membaca di masa depan.
Prinsip 11 Kesenangan
membaca harus dianggap sebagai hal yang penting
Membaca merupakan
kegiatan yang bisa menghibur dan juga informatif. Guru harus dapat membantu siswa menyadari fakta ini
melalui kegiatan memberi contoh kegiatan membaca yang dapat mereka amati. Guru dapat melakukan
kegiatan membaca rekreatif seperti membaca
cerita atau puisi. Pemodelan seperti ini sangat penting bagi siswa.
Prinsip 12 Kesiapan
membaca harus dipertimbnagkan dalam semua level pembelajaran
Kesiapan membaca siswa
tidak hanya dilihat saat pengajaran membaca dimulai, tetapi selama proses pengajaran membaca berlangsung
dan pada semua jenjang kelas. Hal ini dapat
dilakukan melalui kegiatan tanya jawab dengan siswa.
Prinsip 13 Membaca
harus diajarkan melalui cara yang menngarahkan siswa untuk mengalami kesuksesan
Meminta siswa untuk
belajar membaca dari bahan yang terlalu sulit bagi mereka merupakan langkah menuju kegagalan yang
sangat besar. Guru harus memberi pengajaran
kepada siswa sesuai dengan level masing-masing, sesuai dengan penempatan
tingkatannya. Jika siswa diberi tugas
membaca yang mengarahkan mereka pada kesuksesan, mereka akan dengan percaya diri melaksanakan tugas-tugas membaca
yang mengarah pada kesuksesan. Guru harus
menyesuaikan tingkat keterbacaan teks dengan level atau jenjang kelas
yang tepat.
Prinsip 14 Pentingnya
dorongan untuk mengarahkan dan memantau diri dalam proses membaca
Pembaca yang baik
mengarahkan sendiri kegiatan membacanya, membuat keputusan untuk menentukan pendekatan yang tepat untuk
memahami isi teks, menetukan kecepatan membacanya,
dan menentukan tujuan membacanya. Mereka memiliki kemampuan untuk memutuskan kapan mereka menemukan kesulitan
untuk memahami isi teks dan dapat mengambil
langkah untuk meremisi kesulitan membacanya.
Pada saat mengajarkan membaca, dengan tidak mempermasalahkan pendapat
apa yang dipakai atau pola pengajarn
yang dipakai, prinsip-prinsip di atas harus diaplikasikan. Selain keempat belas prinsip yang dikemukakan
Burns di atas, terdapat 17 prinsip pengajaran
membaca yang dikemukakan Heilman. Ketujuh belas prinsip tersebut disusun dan dikembangkan berdasarkan pandangan-pandangan
psikologi, psikologi pendidikan, dan perencanaan
kurikulum. Juga disusun berdasarkan hasil kajian pertumbuhan dan perkembangan anak, serta psikologis klinisnya.Adapun
ketujuh belas prinsip tesebut adalah sebagai berikut.
No comments:
Post a Comment