Membaca biasanya dipergunakan
sebagai langkah awal untuk memahami text yang dibaca. Sekarang, film dan
televisi menantang kemampuan membaca untuk ditempatkan pada tempat yang
istimewa dalam kehidupan para orang tua. Di sekolah, bagaimanapun, membaca
mulai kehilangan fungsi utamanya sebagai alat manakala guru dan murid telah
melibatkan diri dalam kesusastraan. Bagimana para murid membaca, tiada lain
bergantung pada perhatian yang diberikan para guru sewaktu berkesusastraan. Kira-kira
lima belas tahun yang lalu, para peneliti diguncangkan oleh
perkembanganperkembangan pandangan dalam bidang psikologi kognitif dan
temuan-temuan dalam pemerolehan bahasa, para peneliti dibidang “membaca”
mengalihkan perhatian mereka dari pemerolehan hasil suatu instruksional membaca
ke aktivitas membaca itu sendiri.
Mereka mempertanyakan bagaimana para pembaca dari
berbagai tingkatan mampu menyimak/memahami berbagai jenis sumber wacana.
Jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diberikan pembaca menjadi kurang begitu
penting dibandingkan dengan bagaimana proses memperoleh atau mendapatkan
jawaban-jawaban itu. Beberapa jawaban yang diberikan pembaca, khususnya
jawaban-jawaban yang diluar dugaan atau perkiraan, telah memicu para peneliti
untuk segera bertindak atau melangkah lebih jauh dalam kegiatan penelitiannya,
atau mencocokkan dengan hasil-hasil penelitian atau teori-teori yang
berhubungan denga hal-hal apa yang terjadi sewaktu para pembaca memahami pesan
tertulis.
Penelitian model baru dalam membaca ini, pelik/teliti dan
mahal, bahkan lebih menyerupai penelitian yang dilakukan oleh case studi jika
dibandingkan denganpenelitian yang menggunakan “statistik” sebagai pembuktiannya.
Kenyataannya, banyak sekali hal-hal yang harus terjadi sewaktu seseorang berkosentrasi
melakukan aktivitas membaca. Sekalipun demikian, tanpa harus berpihak, pengamatan
peneliti dalam proses membaca telah mampu menyegarkan pemahaman para guru tentang
bagaimana para murid membaca kesusastraan khususnya yang berkaitan pengambilan kesimpulan
dan penguatan intuisi dari pengalaman mereka sendiri dan dari pengetahuan
mereka yang berkaitan dengan teori kesusastraan.
Para guru kesusastraan mengemukakan bahwa penelitian
model baru dalam membaca banyak memberikan sumbangan pemikiran kepada mereka
selama mereka mau memanfaatkan hasil-hasil temuannya. Pada saat yang bersamaan,
saran titik penekanan, keragaman, perubahan petunjuk/perintah dalam kegiatan
membaca merupakan salah satu ciri pembaharuan dan penyegaran. Jika tidak hal
ini dianggap sebagai suatu yang mengejutkan, kendati para peneliti membaca dan
para guru kesusastraan jarang meggunakan gagasan secara keseluruhan, tapi mereka
telah menunjukkan keragaman.
Sebagai contoh, sewaktu pengajar membaca membicarakan
tentang “urutan pandangan umum”. Para guru kesusastraan kemungkinan akan membeicarakan
“keterkaitan dari masing-masing bagian seting”, atau “unsur imaginasi”. Dimana kedua
hal itu akan diarahkan untuk membantu murid pada apa yang telah mereka ketahui (pengetahuan
bawaan) yang dihubungkan pada bahan bacaan baru. Sebagai peneliti membaca
banyak mempelajari tentang bagaimana para pembaca menyimak, mereka akan lebih
menyadari, juga bagaimana penulis membagi aktivitas membaca, dan para peneliti
mempertanyakan “bagaimana pertimbangan pembaca terhadap text. Sekarang para
guru juga, menjadi lebih berhati-hati dalam menyatakan bagaimana kemampuan
membaca si Joni.
Membaca tentang apa, dan kondisi-kondisi apa yang
mempengaruhinya. Oleh karenanya para peneliti telah menambahkan bagian “konteks”
untuk mempelajari para pembaca dan text. Dalam kelas, sekolah, komunitas, dan
ragam interaksi apa para siswa belajar? Bagaimana para guru memberikan seruan,
petunjuk, pengecualian yang mempengaruhi bagaimana para pembaca menyimak? Dalam
bab ini, akan dibicarakan tiga masalah yang menjadi objek penelitian membaca, yaitu:
pembaca, text dan konteks. Disini tidak akan menyajikan ulang tentang hasil
penelitian, namun beberapa kutipan akan berhasil dipilih dan dianggap layak. Di
samping itu kami akan menyajikan dasar-dasar umum penelitian, yang secara luas
banyak dipergunakan para pelajar dalam membaca pada dekade ini, yang mana hal
itu berpengaruh pada bagaimana kita mengajarkan kesusastraan.
1 comment:
terimakasih evania.
salam,
carmudian
Post a Comment