Siswa MTs. Mathlaul Ulum Cikalong Kab. Tasikmalaya yang menjadi korban bencana tsunami tentunya mengalami trauma tsunami, karena tsunami merupakan suatu bencana yang sangat merugikan bagi dirinya. Mereka sangat sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, apalagi mengikuti pelajaran bahkan sulit untuk memahaminya. Jika kondisi traumatis ini terus dibiarkan maka akan menghambat perkembangan berikutnya.
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya mencari solusi dalam memecahkan masalah sindrom trauma tsunami, yang tujuan utamanya untuk mengetahui efektivitas Cognitive-Behavior Therapy (CBT) dalam mereduksi sindrom trauma tsunami pada siswa MTs. Mathlaul Ulum yang terkena dampak tsunami pada tanggal 17 Juli 2006.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode yang dipergunakan yaitu quasi experimental. Sementara itu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui instrumen berupa angket mengenai tingkat traumatik yang dialami oleh siswa dengan menggunakan skala sikap.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik sindrom trauma tsunami siswa MTs. Mathlaul Ulum tinggi pada aspek cognitive (82,92%), behavior (81%), dan emosi (77,35%). Sedangkan aspek fisik (67,5%) dan sosial (59,17%) berada di bawah rata-rata skor total (73,24%). Reduksi tertinggi terjadi pada aspek behavior (40,5%), emosi (33,82%), dan cognitive (32,92%). Sedangkan aspek fisik (25,71%) dan aspek sosial (21,11%) berada di bawah rata-rata reduksi (30,57%).
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu setelah satu tahun bencana tsunami terjadi, masih banyak korban yang mengalami trauma terutama siswa MTs. Mathalaul Ulum. Selain itu, CBT sangat efektif untuk mereduksi sindrom trauma tsunami terutama untuk aspek cognitive, behavior serta emosi. Bila CBT dijadikan sebagai teknik utama dalam melakukan terapi sindrom trauma tsunami, maka diperlukan penyerta teknik lain yang lebih memfokuskan terapi pada aspek fisik dan sosial. Oleh karena itu rekomendasi yang diberikan kepada siswa untuk dapat memiliki komitmen melanjutkan terapi dengan metode self help secara berkesinambungan. Kemudian bagi konselor atau terapis lainnya yang peduli terhadap reduksi sindrom trauma tsunami, direkomendasikan untuk memahami baik secara teoritis maupaun praktis Cognitive-Behavior Therapy.
Daftar Isi | s_ppb_033424_table_of_content(1).pdf |
Bab I | s_ppb_033424_cahpter1.pdf |
Bab II | s_ppb_033424_chapter2(1).pdf |
Bab III | s_ppb_033424_chapter3(1).pdf |
Bab IV | |
Bab V | s_ppb_033424_chapter5(1).pdf |
Daftar Pustaka | s_ppb_033424_bibliography(1).pdf |
No comments:
Post a Comment