Plastisitas lempung sangat berpengaruh dalam pembuatan keramik dengan metode badan plastis, supaya tidak timbul keretakan, cacat, atau perubahan bentuk ketika proses pembuatan keramik. Plastisitas terutama disebabkan adanya lapisan air yang mengelilingi butiran silika. Keberadaan abu layang yang melimpah sangat merugikan karena mengandung berbagai logam berat, namun abu layang memiliki kandungan silika sebagai salah satu komponen mayor, sehingga dimungkinkan dapat digunakan sebagai zat imbuh dalam pembuatan keramik. Salah satu jenis keramik tradisional adalah gerabah. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh penambahan abu layang terhadap indeks plastisitas (PI) lempung untuk pembuatan gerabah, kemudian memperbandingkannya dengan plastisitas campuran lempung-CMC dan lempunggliserol. Metode pengukuran indeks plastisitas adalah metode Atterberg, sedangkan karakterisasi menggunakan SEM, Mikroskop Optik, XRD dan XRF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lempung memiliki PI 27,22. Penambahan CMC meningkatkan PI, sedangkan penambahan gliserol menurunkan PI.
Penambahan abu layang sebanyak 2 %, 4 %, 6 %, 8 %, 10 %, 12 %, 14 % dan 16 % menurunkan PI, dengan masing-masing bernilai 27,32; 26,08; 23,34; 25,30; 22,17; 23,97; 22,56; dan 20,74. Partikel lempung berupa lempengan berukuran 1 μm – 6 μm dan distribusi pori yang longgar, sedangkan distribusi partikel semua campuran lempung-abu layang hampir tidak ada perbedaan. Penambahan 16 % abu layang memiliki perbedaan PI terbesar, disebabkan kadar silika pada campuran yang semakin kecil. Jenis mineral penyusunnya adalah cristobalite dan anorthite. Kadar unsur silika dalam lempung sebesar 40 %, sedangkan dalam abu layang sebesar 20,6 %.
No comments:
Post a Comment