Penerepan Pendekatan Kosntruktivistik dengan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak di SMK NU 1 Kedungpring Lamongan | ||
Penulis | : | |
Tahun | : | 2010 |
Fakultas | : | Tarbiyah |
Jurusan | : | Pendidikan Agama Islam |
Pembimbing | : | 1) Dr. Hj. Suti’ah, M.Pd.. |
Kata Kunci | : | Pendekatan Konstruktivistik, Problem Based Learning, Pembelajaran Aqidah Akhlak. |
Selama ini pelaksanaan pendidikan agama yang berlangsung di sekolah masih mengalami banyak kelemahan. Kegagalan ini disebabkan karena praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan.
Secara substansial mata pelajaran Aqidah-Akhlak di SMK memiliki kontribusi dalam memberikan pengalaman kepada siswa untuk mempelajari dan mempraktikkan aqidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela yang mana terdapat beberapa permasalahan dikehidupan sehari-hari. Al-Akhlaq alkarimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh siswa dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. Untuk dapat memaksimalkan praktik pembelajaran aqidah akhlak diperlukan pembelajaran yang tidak hanya melatakkan dasar kognitif siswa untuk dapat mempelajari suatu materi pembelajaran. Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoretik konstruktivisme. Dalam model Problem Based Learning, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berfikir kritis.
Berdasarkan pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu, bagaimanakah penerapan pendekatan konstruktivistik dengan problem based learning, apakah penerapan pendekatan konstruktivistik dengan problem based learning mampu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak? Apakah kendala dalam penerapan pendekatan konstruktivistik dengan problem based learning?
Penelitian ini dilaksanakan di SMK NU 01 Kedungpring Lamongan. Dengan desain tindakan kelas (Classroom Action Research). Yaitu penelitian yang melalui tahapan-tahapan, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi pada setiap siklusnya. Penelitian tindakan ini dibagi menjadi II siklus dengan II kali pertemuan pada masing-masing siklus. Teknik-teknik pegumpulan data yang digunakan yaitu: (1) observasi; (2) interview; dan (3) dokumentasi. Prosedur analisis data yakni, data yang diperoleh melalui tindakan dianalisis, data yang bersifat kualitatif seperti observasi, interview dan dokumentasi (data guru, latar belakang sekolah). Sedangkan data yang didapatkan melalui dokumentasi yang berupa angka atau data kuantitatif (pretest, siklus I dan siklus II) menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan sajian visual.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan konstruktivistik dengan problem based learning mampu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SMK NU 01 Kedungpring Lamongan. Peningkatan dapat dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam klarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, merumuskan masalah, menganalisa masalah, menata gagasan, memformulasikan tujuan pembelajaran dan mencari informasi tambahan dari sumber lain. Selain itu dari data kuantitatif yakni dengan meningkatnya nilai ujian dari pada saat pretest, siklus I dan siklus II. Jumlah nilai rata-rata pada pelaksanaan pretest adalah 74, kemudian setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I jumlah nilai rata-rata meningkat menjadi 76,8 atau meningkat menjadi 3,01 % atau sekitar 79% keberhasilan. Sedangkan pada pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II 6,5% atau sekitar 95% keberhasilan.
Dari hasil penelitian tindakan ini peneliti memberikan saran sebagai pertimbangan. Perkembangan pembelajaran berbasis masalah perlu dikembangkan guna meningkatkan kegiatan-kegiatan belajar mengajar, untuk dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah siswa memerlukan banyak latihan, guru memerlukan pendekatan untuk memberikan motivasi terhadap setiap siswa agar dalam pelaksnaannya siswa dapat memahami instruksi guru dan terbentuk rasa percaya diri.
Secara substansial mata pelajaran Aqidah-Akhlak di SMK memiliki kontribusi dalam memberikan pengalaman kepada siswa untuk mempelajari dan mempraktikkan aqidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela yang mana terdapat beberapa permasalahan dikehidupan sehari-hari. Al-Akhlaq alkarimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh siswa dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. Untuk dapat memaksimalkan praktik pembelajaran aqidah akhlak diperlukan pembelajaran yang tidak hanya melatakkan dasar kognitif siswa untuk dapat mempelajari suatu materi pembelajaran. Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoretik konstruktivisme. Dalam model Problem Based Learning, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berfikir kritis.
Berdasarkan pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu, bagaimanakah penerapan pendekatan konstruktivistik dengan problem based learning, apakah penerapan pendekatan konstruktivistik dengan problem based learning mampu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak? Apakah kendala dalam penerapan pendekatan konstruktivistik dengan problem based learning?
Penelitian ini dilaksanakan di SMK NU 01 Kedungpring Lamongan. Dengan desain tindakan kelas (Classroom Action Research). Yaitu penelitian yang melalui tahapan-tahapan, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi pada setiap siklusnya. Penelitian tindakan ini dibagi menjadi II siklus dengan II kali pertemuan pada masing-masing siklus. Teknik-teknik pegumpulan data yang digunakan yaitu: (1) observasi; (2) interview; dan (3) dokumentasi. Prosedur analisis data yakni, data yang diperoleh melalui tindakan dianalisis, data yang bersifat kualitatif seperti observasi, interview dan dokumentasi (data guru, latar belakang sekolah). Sedangkan data yang didapatkan melalui dokumentasi yang berupa angka atau data kuantitatif (pretest, siklus I dan siklus II) menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan sajian visual.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan konstruktivistik dengan problem based learning mampu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SMK NU 01 Kedungpring Lamongan. Peningkatan dapat dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam klarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, merumuskan masalah, menganalisa masalah, menata gagasan, memformulasikan tujuan pembelajaran dan mencari informasi tambahan dari sumber lain. Selain itu dari data kuantitatif yakni dengan meningkatnya nilai ujian dari pada saat pretest, siklus I dan siklus II. Jumlah nilai rata-rata pada pelaksanaan pretest adalah 74, kemudian setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I jumlah nilai rata-rata meningkat menjadi 76,8 atau meningkat menjadi 3,01 % atau sekitar 79% keberhasilan. Sedangkan pada pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II 6,5% atau sekitar 95% keberhasilan.
Dari hasil penelitian tindakan ini peneliti memberikan saran sebagai pertimbangan. Perkembangan pembelajaran berbasis masalah perlu dikembangkan guna meningkatkan kegiatan-kegiatan belajar mengajar, untuk dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah siswa memerlukan banyak latihan, guru memerlukan pendekatan untuk memberikan motivasi terhadap setiap siswa agar dalam pelaksnaannya siswa dapat memahami instruksi guru dan terbentuk rasa percaya diri.
No comments:
Post a Comment