Untuk memenuhi kebutuhan informasi dan
komunikasi masyarakat modern saat ini, layanan pada segmen perumahan dan
Small Office Home Office (SOHO) sangatlah terbatas pada ketersediaan
jaringan kabel Digital Subscriber Line (DSL). Oleh karena itu WiMAX
dengan segala keunggulanya layak diaplikasikan untuk „last mile‟
broadband connections sebagai solusi DSL. Sehingga ketersediaan Base
Transceiver Station (BTS) sebagai gerbang utama untuk akses tersebut
sangat penting. Namun banyaknya pertumbuhan BTS yang merambat menjadi
hutan menara merupakan permasalahan sendiri bagi tata ruang suatu
wilayah. Penelitian ini melakukan simulasi penempatan BTS WiMAX dengan
menggunakan sebuah sistem yang dibuat berdasarkan adopsi perhitungan
model propagasi Stanford University Interm (SUI). Diawali dengan
menghitung nilai Pathloss Allowable dari data perangkat untuk mengetahui
radius BTS pada tiap sel. Dari luas cakupan tiap sel berdasarkan
radius, diketahui jumlah BTS yang dibutuhkan tergantung luas wilayah
perencanaan. Selanjutnya proses simulasi penempatan yang
mempertimbangkan keberadaan BTS existing dengan algoritma brute force
closest pair. Dengan perencanaan frekuensi operasi 3300 MHz sesuai
regulasi MENKOMINFO, ketinggian BTS 40 meter dan sisi penerima 5 meter.
Hasil uji coba simulasi yang dilakukan di wilayah urban Kota Pontianak
seluas 107,82 Km2, direkomendasikan 14 BTS yang dapat mencakup 99,6 %
wilayah tersebut. Dari proses simulasi penempatan yang dimulai dari
sebuah BTS WiMAX On Air untuk 13 BTS selanjutnya, sistem
merekomendasikan kolokasi 1 BTS existing. Jadi total BTS yang
disimulasikan terdiri dari 12 BTS baru dan 2 BTS kolokasi.
No comments:
Post a Comment