Kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang menjadi bahan baku
banyak makanan. Kedelai banyak mengandung protein nabati, lemak, vitamin dan
mineral. Di samping itu juga kedelai dapat menjadi obat dari berbagai macam
penyakit. Kebutuhan kedelai yang semakin meningkat dan produksi dalam negeri
tidak mencukupi, menyebabkan pemerintah harus mengimpor kedelai. Untuk
menekan laju impor kedelai, dapat dilakukan dengan perluasan areal tanam di
lahan-lahan suboptimal yang salah satu sifatnya adalah kandungan Fe yang sangat
tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian dilakukan dengan tujuan
untuk (1) mengetahui genotipe kedelai yang memiliki sifat toleran terhadap
keracunan Fe, dan (2) mengetahui genotipe kedelai yang mampu me-recovery diri
pada kondisi cekaman Fe tinggi.
Penelitian terdiri dari dua kegiatan yaitu skrining plasma nutfah kedelai
yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2007 dan menguji kemampuan
recovery diri pada genotipe-genotipe kedelai yang tercekam Fe tinggi,
dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2007 di rumah kaca Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Penelitian pertama
menggunakan rancangan petak terbagi yang terdiri dari dua faktor yang disebut
petak utama dan anak petak, petak utama terdiri dari dua perlakuan yaitu kontrol
(Fe 0 ppm) dan keracunan (Fe 375 ppm), anak petak terdiri dari 190 genotipe.
Penelitian kedua menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, faktor
pertama terdiri dari kontrol (Fe 0 ppm) dan keracunan (Fe 375 ppm) sedangkan
faktor kedua terdiri dari enam genotipe (MLGG 0799, MLGG 0492, Lawit,
MLGG 0915, MLGG 0768 dan MLGG 0169).
Data yang diperoleh dari penelitian skrining plasma nutfah dianalisis
dengan analisis ragam dan untuk mengetahui toleransi kedelai terhadap cekaman,
data dianalisis dengan indeks adaptasi. Sedangkan data yang diperoleh dari
penelitian respon genotipe pada periode recovery dianalisis dengan analisis ragam
dan bila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji BNT 5% untuk fakor
tunggal Fe dan uji duncan (DMRT) 5 % untuk genotipe dan interaksi antara Fe
dengan genotipe. Hasil penelitian skrining plasma nutfah menunjukkan bahwa
genotipe yang toleran berdasarkan jumlah tanaman hidup, berat kering tanaman
dan didukung oleh karakter lain yaitu genotipe MLGG 0201, MLGG 0492,
MLGG 0712, MLGG 0756, MLGG 0738, MLGG 0737 dan MLGG 0799. Hasil
penelitian respon genotipe pada periode recovery menunjukkan bahwa genotipe
MLGG 0492 memiliki kemampuan me-recovery diri lebih baik dibanding
genotipe lain.
banyak makanan. Kedelai banyak mengandung protein nabati, lemak, vitamin dan
mineral. Di samping itu juga kedelai dapat menjadi obat dari berbagai macam
penyakit. Kebutuhan kedelai yang semakin meningkat dan produksi dalam negeri
tidak mencukupi, menyebabkan pemerintah harus mengimpor kedelai. Untuk
menekan laju impor kedelai, dapat dilakukan dengan perluasan areal tanam di
lahan-lahan suboptimal yang salah satu sifatnya adalah kandungan Fe yang sangat
tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian dilakukan dengan tujuan
untuk (1) mengetahui genotipe kedelai yang memiliki sifat toleran terhadap
keracunan Fe, dan (2) mengetahui genotipe kedelai yang mampu me-recovery diri
pada kondisi cekaman Fe tinggi.
Penelitian terdiri dari dua kegiatan yaitu skrining plasma nutfah kedelai
yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2007 dan menguji kemampuan
recovery diri pada genotipe-genotipe kedelai yang tercekam Fe tinggi,
dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2007 di rumah kaca Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Penelitian pertama
menggunakan rancangan petak terbagi yang terdiri dari dua faktor yang disebut
petak utama dan anak petak, petak utama terdiri dari dua perlakuan yaitu kontrol
(Fe 0 ppm) dan keracunan (Fe 375 ppm), anak petak terdiri dari 190 genotipe.
Penelitian kedua menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, faktor
pertama terdiri dari kontrol (Fe 0 ppm) dan keracunan (Fe 375 ppm) sedangkan
faktor kedua terdiri dari enam genotipe (MLGG 0799, MLGG 0492, Lawit,
MLGG 0915, MLGG 0768 dan MLGG 0169).
Data yang diperoleh dari penelitian skrining plasma nutfah dianalisis
dengan analisis ragam dan untuk mengetahui toleransi kedelai terhadap cekaman,
data dianalisis dengan indeks adaptasi. Sedangkan data yang diperoleh dari
penelitian respon genotipe pada periode recovery dianalisis dengan analisis ragam
dan bila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji BNT 5% untuk fakor
tunggal Fe dan uji duncan (DMRT) 5 % untuk genotipe dan interaksi antara Fe
dengan genotipe. Hasil penelitian skrining plasma nutfah menunjukkan bahwa
genotipe yang toleran berdasarkan jumlah tanaman hidup, berat kering tanaman
dan didukung oleh karakter lain yaitu genotipe MLGG 0201, MLGG 0492,
MLGG 0712, MLGG 0756, MLGG 0738, MLGG 0737 dan MLGG 0799. Hasil
penelitian respon genotipe pada periode recovery menunjukkan bahwa genotipe
MLGG 0492 memiliki kemampuan me-recovery diri lebih baik dibanding
genotipe lain.
No comments:
Post a Comment