Kapas merupakan salah satu bahan sandang di Indonesia. Kurang lebih
78% bahan baku sandang berasal dari serat kapas alam, namun kapas di Indonesia
berkembang tidak sesuai dengan harapan. Salah satu kendala budidaya tanaman
kapas adalah cekaman kekeringan. Dalam mendapatkan varietas yang toleran
terhadap kekeringan ini dengan melakukan evaluasi pada koleksi plasma nutfah
disimulasikan menggunakan PEG (Polietilena Glikol). PEG merupakan senyawa
kimia yang bersifat mampu menghambat imbibisi dan hidrasi benih kapas
sehingga dapat menurunkan potensial air dalam benih. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui respon beberapa aksesi kapas terhadap cekaman
kekeringan dan menetukan aksesi yang toleran terhadap cekaman kekeringan.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Malang pada bulan Juli-September
2007. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Pengumpulan data
diperoleh dengan menghitung: daya berkecambah, panjang hipokotil, panjang
akar, jumlah akar lateral, berat basah akar dan hipokotil serta berat kering akar
dan hipokotil. Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan menggunakan
sidik ragam dan untuk mengetahui aksesi yang lebih berpotensi terhadap cekaman
kekeringan dilakukan uji BNT dengan menggunakan signifikan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 aksesi memberikan respon yang
berbeda terhadap cekaman kekeringan (PEG). Berdasarkan nilai indeks
sensitivitas kekeringan (S) aksesi yang tergolong toleran adalah (351x268)4,
(135x182)10, Reba B 50, MCU 9, Auburn 200, Albar G 501 dan Stoneville 302.
78% bahan baku sandang berasal dari serat kapas alam, namun kapas di Indonesia
berkembang tidak sesuai dengan harapan. Salah satu kendala budidaya tanaman
kapas adalah cekaman kekeringan. Dalam mendapatkan varietas yang toleran
terhadap kekeringan ini dengan melakukan evaluasi pada koleksi plasma nutfah
disimulasikan menggunakan PEG (Polietilena Glikol). PEG merupakan senyawa
kimia yang bersifat mampu menghambat imbibisi dan hidrasi benih kapas
sehingga dapat menurunkan potensial air dalam benih. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui respon beberapa aksesi kapas terhadap cekaman
kekeringan dan menetukan aksesi yang toleran terhadap cekaman kekeringan.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Malang pada bulan Juli-September
2007. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Pengumpulan data
diperoleh dengan menghitung: daya berkecambah, panjang hipokotil, panjang
akar, jumlah akar lateral, berat basah akar dan hipokotil serta berat kering akar
dan hipokotil. Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan menggunakan
sidik ragam dan untuk mengetahui aksesi yang lebih berpotensi terhadap cekaman
kekeringan dilakukan uji BNT dengan menggunakan signifikan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 aksesi memberikan respon yang
berbeda terhadap cekaman kekeringan (PEG). Berdasarkan nilai indeks
sensitivitas kekeringan (S) aksesi yang tergolong toleran adalah (351x268)4,
(135x182)10, Reba B 50, MCU 9, Auburn 200, Albar G 501 dan Stoneville 302.
No comments:
Post a Comment