BAB I
A. Latar BelakangPenelitian
Berkembangnya dunia usaha dewasa ini membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat terutama untuk perusahaan yang sejenis, terlebih perusahaan manfaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan dituntut untuk melakukan pengelolaan yang baik dan benar atas semua sumber daya yang dimiliki.
Keadaan perekenomian dunia yang mengalami ketidak stabilan pada periode tahun 2008-2009 menjadi sebuah fenomena yang sangat luar biasa sehingga berdampak kepada terjadinya krisis global yang pada akhirnya menjadi ancaman terhadap dunia usaha dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Dampak krisis global ini sangat dirasakan oleh perusahaan-perusahaan lokal dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat yang berimbas kepada menurunnya pendapatan perusahaan dari hasil penjualan barang produksinya.
Penjualan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan tunai dan kredit yang disertai dengan persyaratan tertentu.Pada saat perusahaan menjual barang dagangannya maka diperoleh pendapatan sejumlah yang dibebankan kepada pembeli untuk barang dagangan yang diserahkan, dan itu merupakan pendapatan bagi perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan tentunya akan lebih menyukai transaksi penjualan yang dilakukan secara tunai karena akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera digunakan untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Namun pada kenyataannya, penjualan yang sering terjadi adalah penjualan kredit. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa alasan yaitu besarnya nilai penjualan sementara pembeli tidak memiliki kecukupan kas dan ada juga yang memang dengan sengaja ingin mengambil keuntungan dari penjualan kredit tersebut misalnya dengan memanfaatkan diskon yang ditawarkan jika dapat membayar pada waktu yang telah ditentukan. Disisi lain penjualan secara kredit juga akan menguntungkan penjual karena akan memperluas pasar.
Penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang usaha yang merupakan jumlah yang terutang oleh pelanggan pada perusahaan akibat penjualan barang atau jasa. Dilihat dari urutannya dalam laporan keuangan, piutang usaha berada di urutan kedua setelah kas. Itu artinya bahwa piutang merupakan aset yang liquid. Perusahaan harus melakukan pengelolaan yang tepat atas piutang karena pada saat-saat tertentu piutang usaha juga dapat menjadi biaya bagi perusahaan yaitu pada saat perusahaan tidak dapat melakukan penagihan kepada pelanggan. Piutang usaha hendaknya memiliki jangka waktu pengembalian yang tidak terlalu lama sehingga kas dapat segera direalisasikan.
Dalam setiap aktivitasnya perusahaan sering menghadapai keadaan dimana tidak dapat membayar secara tunai untuk semua manfaat ekonomi yang telah dinikmatinya. Seperti halnya penjualan, sering kali perusahaan juga melakukan pembelian dengan cara kredit baik karena alasan ketidaktersediaan kas maupun karena ingin memanfaatkan diskon. Hal-hal seperti ini akan menimbulkan kewajiban perusahaan. Kewajiban ini dikelompokkan menjadi kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.
Kewajiban lancar atau disebut juga kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang pelunasannya harus dilakukan dalam jangka waktu paling lama satu tahun atau satu periode akuntansi. Kewajiban lacar terdiri atas utang dagang, utang wesel, pendapatan diterima dimuka, kewajiban akrual, dan utang jangka panjang yang jatuh tempo pada periode berjalan.
Dikarenakan jangka waktu pelunasannya yang cukup singkat, maka perusahaan harus dapat memastikan ketersediaan dana atau aset untuk melakukan pembayaran atas kewajiban lancar ini. Aset yang dimaksud adalah aset lancar yang memiliki sifat yang liquid yang dapat dikonversi menjadi kas dengan cepat. Untuk mengevaluasi kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya dengan menggu nakan aktiva lancar yang dimiliki, dapat digunakan perhitungan rasio likuiditas. Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu rasio yang membandingkan sumber-sumber kas dengan total utang lancar dan rasio yang memabndingkan arus kas dengan utang lancar (White, 2002). Semakin tinggi rasio likuiditas menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan perusahaan melunasi kewajiban lancarnya.
Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan di dalam menghadapi persaingan ekonomi yang semakin ketat, maka penjualan harus dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Hal ini terkait dengan tingkat likuiditasnya, semakin tinggi tingkat petumbuhan penjualan produk, dengan asumsi lancar konsntan, maka likuiditas akan semakin tinggi dikarenakan penjualan mencakup kas dan piutang yang termasuk kategori aktiva lancar merupakan komponen dalam menghitung tingkat likuiditas.
Pada masa krisis ekonomi global, menurunnya tingkat perekonomian negara menimbulkan dampak yang besar. Imbas dari krisis global yang langsung menimpa pasar modal di Indonesia yang ditandai merosotnya IHSG yang diikuti nilai tukar rupiah yang terus menurun menyebabkan terjadinya inflasi yang berdampak pada berbagai sektor ekonomi.
Hal paling nyata terlihat dari menurunnya daya beli masyarakat yang diakibatkan meningkatnya berbagai kebutuhan hidup sebagai pengaruh langsung kenaikan harga BBM kemudian menyebakan kerugian bagi pihak produsen. Rendahnya daya beli masyarakat sebagai konsumen menyebakan perusahaan sebagai produsen mengalami penurunan pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang produksi yang berimbas kepada tingkat likuiditas perusahaan. Krisis global ini juga menyebabkan meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dalam memproduksi barang produksinya. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya harga minyak dunia yang berdampak kepada tingginya biaya distribusi barang produksi dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen baik konsumen dalam negeri maupun konsumen di luar negeri.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penjualan adalah salah satu kegiatan utama perusahaan salah satunya perusahaan yang bergerak di sektor industri makanan dan minuman. Dalam melaksanakan aktivitasnya adanya kemungkinan gagalnya pencapaian target penjualan dapat terjadi karena berbagai faktor. Hal ini juga berkaitan dengan penjualan yang lebih sering dilakukan perusahaan adalah penjualan kredit yang kemudian akan memunculkan piutang usaha. Piutang usaha merupakan aset dengan tingkat likuiditas kedua setelah kas yang akan digunakan untuk melunasi kewajiban lancar perusahaan.
Bursa Efek Indonesia adalah sebuah bursa saham di Indonesia. Bursa Efek Indonesia merupakan bursa yang merupakan hasil penggabungan dua bursa saham yang ada di Indonesia yang dilakukan pada tahun 2007, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada penelitian sebelumnya, Paula (2008) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat likuiditas, sedangkan Muhailil (2009) meneliti bahwa tingkat perputaran piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat likuiditas.
Dalam penelitian yang dilakukan Muhailil (2000), objek penelitian dilakukan pada sebuah perusahaan yang berkedudukan di Surabaya. Dalam penelitian kali ini, peneliti tertarik untuk membandingkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan melakuka n penelitian dengan objek yang berbeda, yaitu perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk mengetahui apakah hasil penelitian sebelumnya dapat digeneralisasi secara umum.
Berdasarkan penelitian terdahulu, Paula (2008) memberikan saran untuk menambah variabel independen dalam penelitian berikutnya. Selain itu, adanya perbedaan hasil penelitian oleh kedua peneliti terdahulu menjadi suatu alasan bagi penulis untuk melakukan penelitian ulang terhadap penelitian terdahulu dengan menambahkan tingkat perputatan piutang sebagai variabel independen. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul ”pengaruh tingkat pertumbuhan penjualan dan tingkat perputaran piutang terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka penulis membuat perumusan masalah yaitu “apakah tingkat pertumbuhan penjualan dan tingkat perputaran piutang berpengaruh terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur makan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun secara parsial?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk menguji adakah pengaruh tingkat perputaran piutang terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini yakni berguna bagi peneliti, peneliti lainnya, dan bagi para praktisi.
1. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini memperluas wawasan peneliti mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh tingkat pertumbuhan penjulan dan tingkat perputaran piutang terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Untuk mendownload skripsi "Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Dan Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia" silahkan klik link dibawah ini:
Bab IV | |
Bab V | |
Daftar Pustaka | |
Lampiran |
No comments:
Post a Comment