Abstract
INDONESIA:
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui harga pokok jasa rawat inap di rumah sakit dengan menggunakan perhitungan dengan Activity Based Costing (ABC) System dan mengetahui hasil perbandingan harga pokok jasa rawat inap dengan Activity Based Costing (ABC) System dan metode biaya tradisional.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana tujuannya adalah menggambarkan secara sistematis tentang perhitungan harga pokok jasa rawat inap pada Rumah Sakit Lawang Medika. Analisis data melalui tiga tahap: Mengkalkulasi harga pokok jasa rawat inap sistem tradisional, menghitung harga pokok jasa rawat inap dengan ABC system, kemudian membandingkan perhitungan harga pokok jasa rawat inap berdasarkan sistem ABC system dengan tradisional.
Hasil perhitungan harga pokok jasa rawat inap dengan menggunakan ABC system apabila dibandingkan dengan sistem tradisional, maka ABC system memberikan hasil yang lebih kecil untuk Kelas VIP, Kelas I, dan Kelas II. Sedangkan Kelas III+, Ruang anak, dan Kelas III ABC system memberikan hasil yang lebih besar. Konsep ABC telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kelas kamar rawat inap secara lebih tepat. Aktivitas pemakaian air diukur dengan jumlah pemakaian air. Aktivitas kebersihan dan pemeliharaan diukur dengan luas lantai yang berbeda sesuai kelasnya. Aktivitas penyusutan inventaris diukur dengan jumlah hari rawat inap dan berdasarkan perbedaan inventaris. Aktivitas penyusutan kamar diukur dengan luas lantai masing-masing kamar.
ENGLISH:
This study aims to determine the main cost of inpatient services in hospitals using calculations with Activity Based Costing (ABC) system and know the comparison result of inpatient services main cost with Activity Based Costing (ABC) System and method of traditional cost.
This study uses a descriptive qualitative approach where the objective is to describe systematically calculating the main cost of inpatient services in Medika Hospital of Lawang. The data analysis is through three stages: Calculating the main cost of inpatient services of the traditional system, calculating the main cost of inpatient services by the ABC system, then comparing the calculation of the main cost of inpatient services based on ABC system with traditional system.
The calculation results of the main cost of inpatient services using the ABC system when compared to traditional systems are; the ABC system gives smaller results for VIP Class, Class I and Class II. While for Class III +, Kids room, and Class III, ABC system gives greater results. ABC concept has been able to allocate the activity cost to each class room hospitalization more precisely. The activity of water use was measured by the amount of the water use. Cleanliness and maintenance activities were measured with different floor area corresponding to the class. Inventory shrinkage activity was measured by the number of days of hospitalization and based on the inventory differences. The shrinkage room activity was measured with a floor area of each room.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia memasuki kawasan
perdagangan bebas Asia. Maka dari itu masa kompetitif saat ini sedang menjadi
topik perekonomian, dimana perusahaan harus bisa bersaing dengan perusahaan
lain. Memasuki perdagangan bebas, perusahaan di Indonesia mempunyai tingkat
persaingan yang tidak hanya dari dalam negeri tetapi meliputi persaingan dengan
negara lain. Persaingan bisnis tidak hanya terjadi di bidang perusahaan
manufaktur atau industri tetapi juga di bidang pelayanan jasa, termasuk
pelayanan jasa kesehatan.
Rumah sakit sebagai lembaga usaha yang bergerak dibidang pelayanan
jasa kesehatan tidak lepas dari persaingan tersebut. Hal ini terbukti semakin
banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Menurut
Direktorat Kesehatan pada tahun 2013 jumlah rumah sakit di Indonesia berjumlah
2.228, pada tahun 2012 berjumlah 2.083, dan pada tahun 2011 berjumlah 1.150.
(buk.depkes.go.id). Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka rumah sakit
dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi dan tenaga-tenaga ahli di bidang
kesehatan, bidang komunikasi, informasi, dan bidang transportasi yang dapat
mendukung jasa pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik. Pemanfaatan berbagai teknologi dan
tenaga-tenaga ahli di bidang kesehatan, bidang komunikasi, informasi, dan
bidang transportasi yang 2 dapat mendukung jasa pelayanan kesehatan sehingga
rumah sakit mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik.
Pemanfaatan berbagai teknologi dan tenaga-tenaga ahli membuat biaya
operasional yang dikeluarkan rumah sakit menjadi besar yang akan berdampak pada
tarif rawat inap yang tinggi (Pelo, 2012: 1). Kondisi ini menjadikan pihak
rumah sakit yang bertanggungjawab untuk menentukan strategi perusahaan,
memerlukan manajer yang handal dalam mengambil keputusan-keputusan strategik
yang berorientasi untuk menjadikan perusahaannya yang terdepan. Salah satu
konsep manajemen yang tepat adalah mengakuratkan biaya. Keakuratan pembebanan
biaya pada objek biaya juga sangat penting bagi para pemakai informasi biaya.
Keakuratan tidak sama dengan “kebenaran”. Keakuratan adalah konsep relatif yang
didasarkan atas kelogisan dan kepantasan metode yang digunakan dalam pembebanan
biaya (Supriyono, 2007: 259). Dalam arti luas, Mulyadi (2005: 8) menyebutkan
biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang
telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Menurut Carter (2009: 30) akuntan telah mendefinisikan biaya
sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan pada tanggal akuisisi
dicerminkan oleh penyusutan atas kas atau aset lain yang terjadi pada saat ini
atau di masa yang akan datang. Supriyono (1994: 16) menyatakan bahwa pengertian
biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan. Jadi menurut pengertian di atas, 3 dapat disimpulkan bahwa biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang yang memberikan
manfaat pada saat ini atau di masa yang akan datang. Tidak banyak orang yang
memahami bahwa harga pokok produksi dan jasa merupakan refleksi kemampuan suatu
organisasi dalam memproduksi barang dan jasa. Semakin tinggi kemampuan mengelola
biaya (cost), maka akan semakin baik produk dan jasa yang ditawarkan pada
pelanggan baik dari sisi harga maupun kualitas (Akbar, 2011:1).
Harga Pokok Produksi (HPP)
menurut Soemarso (2002: 272) adalah biaya barang yang telah diselesaikan selama
satu periode. Sementara itu menurut Hansen dan Mowen (2000: 48) harga pokok
produksi mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tersebut.
Satu-satunya biaya yang diberikan pada barang yang diselesaikan adalah biaya
produksi dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya lain-lain.
Kesimpulannya adalah Harga Pokok Produksi merupakan semua biaya, baik langsung
maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang selama
periode tertentu. Perhitungan harga pokok produksi pada awalnya diterapkan
dalam perusahaan manufaktur, akan tetapi dalam perkembangannya perhitungan
harga pokok produksi telah diadaptasi oleh perusahaan jasa, perusahaan dagang,
dan sektor nirlaba. Dalam pasal 3 Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003
tentang Pola Tarif Perjan Rumah Sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dari
setiap jenis pelayanan dan kelas 4 perawatan, yang perhitungannya memperhatikan
kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya dan atau benchmarking dari rumah
sakit yang tidak komersil.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah telah menyadari
pentingnya perhitungan harga pokok produksi termasuk dalam sektor pelayanan
kesehatan. Menurut Mulyadi (2007: 10) perhitungan harga pokok produksi
berkaitan dengan sistem akuntansi biaya yang digunakan oleh perusahaan. Untuk
mengelola biaya, pihak rumah sakit memerlukan sistem akuntansi yang tepat,
khususnya metode penghitungan penentuan biaya guna menghasilkan informasi biaya
yang akurat berkenaan dengan biaya aktivitas pelayanannya.
Selama ini pihak rumah sakit dalam menentukan harga pokok produknya
hanya menggunakan sistem akuntansi tradisional yang penentuan harga pokok
produknya tidak lagi mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya
kategori yang bersifat tidak langsung dan cenderung tetap (fixed). Hal ini
dapat menimbulkan kesenjangan antara informasi yang disediakan dengan yang
diperlukan manajemen untuk menghadapi persaingan global dan perubahan
lingkungan. Sistem akuntansi biaya tradisional memberikan informasi yang
terdistorsi karena ketidakakuratan dalam pembebanan biaya sehingga
mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan dan
pengendalian terhadap pelayanan jasa (Hasbie, 2009: 3). Suatu sistem yang
sampai saat ini diyakini perhitungan untuk menentukan HPP lebih akurat adalah
Activity Based Costing System (ABC). ABC telah diadopsi oleh banyak perusahaan
agar tidak terjadi distorsi penentuan HPP per unit (Hermawan, 2010: 1). 5
Mulyadi (2003: 20) mengatakan ABC adalah pengembangan dari akuntansi biaya yang
radikal. Awal tahun 1990-an, akuntansi biaya baru dikembangkan oleh Consortium
of Advanced Manufacturing International (CAMI). Pengembangan itu kemudian
dikenal dengan nama activity based costing (ABC).
Pada tahap awal perkembangannya,
ABC didesain untuk menghasilkan kos produk secara akurat, yang digunakan untuk
menggantikan full costing sebagai metode penentuan kos produk. ABC menggunakan
aktivitas sebagai basis penggolongan biaya untuk menghasilkan informasi
activity cost. Activity cost ini dimanfaatkan untuk menyediakan informasi bagi
personel dan memberdayakn personel dalam melaksanakan pengurangan biaya melalui
pengelolaan terhadap aktivitas. ABC membebankan activity cost ini ke
produk/jasa berdasarkan konsumsi produk/ jasa atas aktivitas, sehingga dapat
menghasilkan informasi kos produk yang akurat.
ABC tidak hanya mencakup
biaya tahap produksi, namun mencakup biaya seluruh value chain biaya sejak
tahap desain, pengembangan, produksi, sampai dengan tahap pemasaran, distribusi,
dan layanan-costumer. Sehingga sistem ABC dapat menyediakan informasi
perhitungan biaya lebih baik dan dapat membantu manajemen mengelola perusahaan
secara efisien serta memperoleh pemahaman yan lebih baik atas keunggulan
kompetitif, kekuatan, dan kelemahan perusahaan. Dalam lingkungan yang memiliki
keanekaragaman produk, sistem ABC menjanjikan keakuratan yang lebih baik, dan
keputusan dibuat berdasarkan fakta yang benar (Hansen dan Mowen, 2000:153). 6
Rumah Sakit (RS) Lawang Medika adalah objek yang dijadikan fokus penelitian
yang terletak di kabupaten Malang. RS Lawang Medika adalah sebuah perusahaan
yang bergerak di bidang jasa dan beroperasi di bidang rumah sakit yang
mempunyai pelayanan di bidang bedah dan bersalin. Pelayanan rawat inap juga terdapat
di rumah sakit ini.
Terdapat rawat inap bernama Seruni dan Edelwis yang masing-masing
mempunyai beberapa tipe kamar yang ditawarkan sesuai dengan tingkat pasien,
yaitu kelas III, kelas II, kelas I, VIP, anak, dan isolasi. Rumah Sakit Lawang
Medika menghitung harga pokok jasa rawat inap atas dasar cost unit dan profit
unit. Cost unit didasarkan pada unit penunjang umum dan profit unit didasarkan
pada unit kamar rawat inap.
Perusahaan tidak memiliki perhitungan baku pelayanan yang menjadi
dasar dalam penyusunan harga pokok jasa rawat inap. Penentuan dengan cara
tersebut akan menghasilkan informasi yang kurang akurat dalam menentukan harga
pokok jasa rawat inap yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Sebelum
penelitian ini terlebih dahulu terdapat penelitian yang hampir serupa, yang
pertama adalah penelitian oleh Nurmillati Hasbie (2009), meneliti tentang
penerapan metode activity based costing dalam menentukan harga jasa rawat inap
(Studi pada Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang).
Hasil ini menunjukkan bahwa
terdapat hasil perhitungan harga pokok per unit antara ABC system dengan
alokasi secara tradisional. Perbedaaan tersebut menimbulkan overstate ataupun
understate. Oversate terjadi pada ruang VIP, I dan II A dengan selisih
masing-masing Rp. 18.294,87. Sedangkan understate terjadi pada ruang II B, anak
II, anak III, perinatologi, III, ROI dan KABER dengan selisih masing- 7 masing
Rp. 61.040,98, Rp. 60.7041,19, Rp. 72.868,22, Rp. 48.064,63, Rp. 56.882,22, Rp.
6.620,98 dan Rp. 300.757,77. ABC system sebagian besar menunjukkan harga pokok
yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode tradisional.
Akan tetapi ABC system sudah dapat memberikan keakuratan yang lebih
baik karena telah melakukan perhitungan sesuai dengan sumber daya yang
dikonsumsi. Tingkat persaingan di lokasi RS Lawang Medika juga cukup ketat,
karena terdapat beberapa perusahaan rumah sakit yang serupa. Seperti RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat, RSUD Lawang, dsb. Dengan adanya tingkat persaingan itu
dan penentuan harga pokok jasa rawat inap, memaksa RS Lawang Medika untuk
melakukan langkah-langkah strategi guna menjamin eksisitensinya di masa yang
akan datang. Pada titik inilah sistem alternatif ABC dapat menjadi salah satu
alternatif yang dapat dipilih sebagai strategi di RS Lawang Medika.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis mengajukan penelitian
yang berjudul ALTERNATIF ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM SEBAGAI PENENTUAN
HARGA POKOK JASA RAWAT INAP RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana perhitungan harga pokok jasa
rawat inap di Rumah Sakit Lawang Medika ketika menggunakan perhitungan dengan
Activity Based Costing (ABC) System?
2. Bagaimana perbandingan perhitungan harga
pokok jasa rawat inap di Rumah Sakit Lawang Medika dengan biaya tradisional dan
Activity Based Costing (ABC) System?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah ditulis, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui harga pokok jasa rawat inap di
Rumah Sakit Lawang Medika ketika menggunakan perhitungan dengan Activity Based
Costing (ABC) System.
2.
Mengetahui hasil perbandingan perhitungan harga pokok jasa rawat inap di Rumah
Sakit Lawang Medika dengan metode biaya tradisional dan Activity Based Costing
(ABC) System.
1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang
diharapkan dari penelitian dengan ABC System ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini
maka peneliti dapat mengetahui penerapan atas penentuan biaya berdasarkan
Activity Based Costing (ABC) System dan perbandingan dengan metode tradisional.
2.
Bagi Pembaca Penelitian ini bisa menjadi salah satu masukan yang memberikan
informasi mengenai activity based costing terutama pada penerapan usaha jasa
yang orientasinya utamanya adalah jasa rumah sakit.
3. Bagi
Perusahaan Diharapkan bisa menjadi alternatif dalam menentukan harga pokok jasa
rawat inap dan sebagai alat pembanding dengan harga yang ditetapkan saat ini.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Alternatif activity based costing (ABC) system sebagai penentuan harga pokok jasa rawat inap Rumah Sakit Lawang Medika." silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment