Abstract
INDONESIA:
Dalam era pembangunan ini banyak sekali alternatif pilihan untuk berinvestasi, mulai dari investasi asset riil hingga investasi di pasar modal mulai dari saham BUMN maupun saham swasta. Namun yang menjadi pilihan utama seseorang dalam berinvestasi adalah bagaimana return yang ditawarkan hingga seberapa risk yang mungkin terjadi. Sektor perbankam merupakan salah satu sektor saham yang ada dalam jajaran BEI yang mempunyai kinerja cukup baik. Dan saham-saham dalam LQ-45 merupakan kumpulan saham yang liquid yang ada di BEI.
Risk dan return antara saham BUMN dan swasta merupakan sesuatu yang perlu untuk diketahui terutama bagi investor di Indonesia. Kemudian bagaimana perbandingannya risk dan return antara saham BUMN dengan saham swasta. Hal tersebut dapat dianalisis secara sederhana melalui return bulanan saham tersebut dan standar deviasi sebagai risiko dengan mengunakan uji T Test Independent. Kemudian didapatkan dua sampel dari saham BUMN dan dua sampel juga dari saham swasta dan diambil data bulanan harga saham dan juga deviden selama tahun 2011-2014.
Hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata return bulanan saham BUMN lebih besar dibandingkan dengan saham swasta, begitu juga dengan risk saham BUMN lebih besar dibandingkan dengan saham swasta. Secara uji statistik dengan menggunakan uji T Test Independent dengan taraf signifikan 5% didapatkan hasil 0.429 > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan secara signifikan risk dan return antara saham BUMN dengan saham swasta dalam artian bahwa risk dan return antara saham BUMN dan swasta adalah sama.
ENGLISH:
In this time of development, a lots of alternative options to invest, ranging from investment real assets to invest in the stock market from the stock BUMN or private stock. However, the main choice of someone in investing is how the return on offer to how risk that may occur. Financial sector is one sector of the existing shares in the ranks of the Stock Exchange that have a fairly good performance. And shares in LQ45 is a collection of liquid shares in BEI.
Risk and return between private and BUMN stock shares is something that needs to be known primarily for investors in Indonesia. Then how the comparison of risk and return between BUMN shares to private shares. It can be analyzed via the monthly returns of the stock and the standard deviation as a risk by using the T Test Independent testing. Then obtained two samples of BUMN shares and two samples are also taken from private equity and stock prices and the monthly report also dividends during 2011-2014.
The analysis found that the average monthly stock return of BUMN stock is greater than the private equity, so does the risk of BUMN stock is greater than the private share. In statistical test by using Independent T test with significance level of 5% showed 0.429 > 0.05 which means there is no significant difference between the risk and return of BUMN stock to private equity in the sense that risk and return between private and BUMN stock are the same.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam era pembangunan ini banyak sekali alternatif pilihan untuk
berinvestasi, mulai dari investasi asset riil hingga investasi dalam bentuk
pasar modal. Kedua investasi ini banyak macam pilihannya, di dalam bentuk
investasi pasar modal sendiri diantaranya investasi dalam bentuk saham,
reksadana, dan obligasi. Kita perlu berinvestasi terutama masyarakat yang
memiliki dana lebih. Karena dengan berinvestasi maka harta yang kita miliki
tidak diam serta dapat menghasilkan keuntungan bagi kita serta juga dapat
bermanfaat bagi pihak lain. Salah satu ciri negara sedang berkembang adalah
tingkat tabungan masyarakat masih rendah, sehingga dana untuk investasi menjadi
tidak mencukupi. Meskipun disadari tabungan masyarakat di negara berkembang
masih rendah dibanding dengan negara-negara maju, akan tetapi yang lebih
penting dalam era pembangunan ini adalah mengusahakan efektivitas pengerahan
tabungan masyarakat itu kepada sektor-sektor yang produktif. Dalam rangka
meningkatkan pengerahan tabungan masyarakat itu, lembaga keuangan perbankan
maupun non-perbankan perlu dituntut bekerja keras lagi untuk meningkatkan
penarikan dana masyarakat. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu
Negara yang dasarnya mempunyai kesamaan antara satu Negara dengan Negara yang
lain (Sunariyah, 2011), sebagai fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan
fasilitas 2 untuk memindahkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak
yang membutuhkan dana, pada umumnya perusahaan yang mulai berkembang sangat
membutuhkan tambahan modal. Keadaan pasar modal di Indonesia sendiri dari tahun
ke tahun memang mengalami peningkatan, itu ditandai dengan membaiknya tingkat
perekonomian Indonesia. Adapun grafik-grafik berikut ini menggambarkan kondisi
perekonomian di Indonesia, Grafik 1.1 menggambarkan perkembangan PDB Indonesia
dari tahun 2004-2014. Grafik 1.1 Perkembangan PDB Indonesia Tahun 2004-2014
(sumber data diolah melalui www.bps.go.id) Dari grafik 1.1 diatas diketahui
bahwa produk domestik bruto (PDB) di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan, tercatat mulai dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 terus
mengalami peningkatan dari 1.657 trilyun di tahun 2004 menjadi 2.770 trilyun di
tahun 2013 dan tumbuh 5,211% ditahun 2014. Adapun pada grafik 1.2 menggambarkan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 0 1000 2000 3000 4000 Perkembangan PDB
Perkembangan PDB 3 Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2005-2014
(sumber data diolah melalui www.bps.go.id) Grafik 1.2 ini menunjukkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013, di
grafik terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami kenaikan
maupun penurunan, akan tetapi dihitung dari tahun 2005-2013 Indonesia masih
mengalami pertumbuhan ekonomi dari 5,69% di tahun 2005 mengalami kenaikan
menjadi 5,78 di tahun 2013. Pasar modal yang diyakini sebagai wahana penghimpun
dana jangka panjang merupakan alternatif sumber dana bagi perusahaan swasta,
BUMN, maupun perusahaan daerah. Saling ketergantungan ini mengisi antara
peranan pasar modal dan perbankan dalam menarik dana dari perusahaan-perusahaan
itu sendiri.
Umumnya, perbankan mengalokasikan kreditnya sebagai modal kerja
(jangka pendek) karena mereka memang memiliki dana jangka pendek lebih banyak.
Dari beberapa instrumen yang terdapat di pasar modal, saham merupakan instrumen
pasar modal yang sangat diminati oleh investor dari pada instrumen lain. Saham
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan
usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Bambang, 0 1 2 3 4 5 6 7
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%)
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%) 4 2009), dalam pasar modal saham dapat
memberikan keuntungan (return) yang jauh lebih tinggi dari pada instrumen lainya,
tapi tingkat risikonya juga lebih tinggi. Untuk mendapatkan return sesuai yang
diharapkan, maka investor harus mempunyai memahami, mengamati, dan mencermati
setiap informasi yang tersedia. Karena informasi-informasi tersebut sangat
berguna bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Saham bersifat
high return-high risk, jika suatu saham memiliki risiko tinggi, maka return
yang diharapkan juga tinggi (Samsul, 2006) investor akan menahan sahamnya untuk
meminimalisir risiko dan memperoleh return yang diinginkan. Banyak sekali
pilihan berinvestasi, hal utama yang menjadi penilaian dalam berinvestasi
adalah risk dan return dari investasi itu sendiri. Pada dasarnya, tujuan orang
melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang, ada tiga hal yang
perlu dipertimbangkan dalam melakukan investasi, yaitu: tingkat pengembalian
yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko (rate of risk) dan
ketersediaan jumlah dana yang akan di investasikan (Abdul Halim, 2005:4), risk
merupakan risiko atau penyimpangan dari return yang diharapkan dengan return
yang sesungguhnya, sedangkan return merupakan keuntungan atau tingkat
pengembalian dari investasi itu sendiri. Suatu investasi yang mengandung risiko
lebih tinggi seharusnya memberikan return yang diharapkan juga lebih tinggi.
Semakin tinggi risiko semakin tinggi pula return yang diharapkan (Samsul,
2006), sedangkan menurut (Jones, 2009:9) mengatakan “pursue higher returns,
investor must assume larger 5 risk” yang berarti mengejar keuntungan yang lebih
tinggi, investor harus menanggung risiko yang lebih besar. Risk merupakan
risiko atau penyimpangan dari return yang diharapkan dengan return yang
sesungguhnya, sedangkan return merupakan keuntungan atau tingkat pengembalian
dari investasi itu sendiri. Risiko juga didefinisikan sebagai suatu pendekatan
yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian,
sedangkan return menurut (Jones, 2000:124), didefinisikan “return is yield and
capital gain or loss”, yield yaitu cash flow yang dibayarkan secara periodik
kepada pemegang saham (dalam bentuk dividen), Capital gain (loss), yaitu
selisih antara harga saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat
penjualan. Islam mengajarkan kepada kita untuk berinvestasi, dan mengembangkan harta
kita namun tetap dalam aturan-aturan yang tidak bertentangan dengan Al- quran
dan Al-hadist. Diantaranya adalah larangan adanya riba serta larangan
berinvestasi pada investasi yang sistem pengelolaannya tidak sesuai dengan
syariat Islam karena jika kita menginvestasikan sesuatu yang tidak sesuai
dengan prinsip syariah Islam maka hasil yang kita peroleh nantinya akan
diragukan kehalalannya dan jauh dari barokah Allah swt. ç m÷YÏB (#q ã _Ì÷tGó¡n@ur $w ÌsÛ $V Jóss9 ç m÷ZÏB (#q è = à 2ù'tGÏ9 tóst7ø9$# t ¤ y Ï% © !$# uq è dur ¾Ï&Î#ôÒsù ÆÏB (#q ä ótFö7tFÏ9ur ÏmÏù tÅz#uqtB ù= à ÿø9$# ts?ur $ygtRq Ý¡t6ù=s? Z puù=Ïm ÇÊÍÈ cr ã ä3ô±s? öN à 6 ¯ =yès9ur 6
Artinya: dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan
itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan
supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
(QS 16:14) Kutipan ayat di atas mengajarkan kepada kita bagaimana cara mencari
keuntungan yang baik (return) serta mensyukurinya. Allah SWT telah menyiapkan
segala sesuatu kebutuhan manusia di muka bumi ini, tinggal bagaimna manusia itu
mendapatkan keuntungan tersebut dengan cara yang baik agar mendapatkan
karunia-Nya serta tidak lupa untuk bersyukur. (#q è =ÏJtãur (#q ã ZtB#uä tûïÏ% © !$# wÎ) ÇËÈ Aô£ ä z Å"s9 z`»|¡SM}$# ¨ bÎ) ÇÊÈ ÎóÇyèø9$#ur ÇÌÈ Îö9 ¢ Á9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÏM»ysÎ=» ¢ Á9$# Artinya:
demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(QS
103) Ayat di atas mengajarkan kepada kita bagaimana agar kita tidak mendapatkan
kerugian (Risk) yaitu dengan mentaati kebenaran serta menasehati supaya
menetapi kebenaran.
Hal tersebut juga dapat kita praktekkan dalam berinvestasi saham
misal dengan menghindari short selling karena short selling bukan merupakan
suatu kebenaran. Selain itu waktu juga menjadi hal pokok untuk tidak terjerumus
dalam suatu kerugian, lebih-lebih dalam berinvestasi saham waktu sangatlah
diperhitungkan dan menjadi sesuatu yang mahal. Obyek yang akan dijadikan
peneliti sendiri yaitu dari saham-saham yang terdaftar dalam LQ-45, karena
saham tersebut sudah termasuk dalam saham- saham unggulan hal tersebut dapat
dibuktikan dengan return yang dihasilkan oleh 7 saham-saham LQ-45 lebih tinggi
daripada saham-saham yang tidak masuk dalam daftar LQ-45, saham LQ-45 sendiri
hanya ada 45 perusahaan, yang mana saham tersebut dinilai yang paling liquid
dari beberapa perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Perusahaan
yang tercatat dalam indeks LQ-45 memiliki kriteria khusus dan diseleksi dengan
beberapa pertimbangan yaitu: telah tercatat di BEI minimal 3 bulan, aktivitas
transaksi berada di jajaran tertinggi, kapitalisasi pasar berada di jajaran
tertinggi dari rata-rata kapitalisasi pasar tahunan, memiliki jumlah hari
perdagangan dan prospek perusahaan yang baik. Dari kriteria dan pertimbangan
tersebut, saham perusahaan yang tercatat dalam Indeks LQ-45 dipilih karena
saham tersebut merupakan saham unggulan yang telah diseleksi dan memiliki nilai
kapitalisasi yang besar serta paling aktif diperdagangkan. Dalam daftar saham
LQ-45 ini saham-saham dari BUMN juga turut banyak menyumbang emitennya, dari
data yang ada di bursa efek Indonesia saham BUMN yang masuk dalam jajaran saham
LQ-45 sampai dengan periode 2014 ini ada 12 perusahaan dari 20 perusahaan BUMN
yang terdaftar di bursa efek Indonesia. BUMN di Indonesia diharapkan dapat
berkontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia Adapun tabel berikut ini
menunjukkan perkembangan jumlah BUMN beberapa tahun terakhir. 8 Tabel 1.1
Perkembangan jumlah perusahaan BUMN Tahun 1990-2014 Tahun Jumlah (perusahaan)
1990–1995 184 1996-2000 136 2001-2005 158 2006-2010 139 2011–2014 138 (diolah
dari berbagai sumber) Dari 138 perusahaan BUMN yang sudah berdiri di Indonesia
tersebut, ada 20 perusahaan BUMN yang telah mencatatkan diri sebagai perusahaan
go public dan cikal bakal pertama perusahaan yang go public sendiri diawali
oleh PT Semen Gresik Tbk, yang pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat
di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sehingga menjadikannya BUMN
pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat
(wikipedia). Sepanjang tahun 2011 hingga tahun 2014 ini Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) telah berhasil mencetak kenaikan sebesar 435,67 poin atau
sekitar 11,40%. Kenaikan tersebut didukung oleh menguatnya saham-saham sektor
tertentu yang pastinya berbeda antara yang satu dengan yang lain, di tahun 2013
ini sektor keuangan sejak awal tahun mengalami kenaikan sebesar 21,83 persen,
(Koran–Jakarta). Dan disepanjang tahun 2014, kinerja saham sektor keuangan
menjadi urutan kedua pertumbuhan terbesar setelah sektor properti dan real
estate. Hal tersebut ditandai dengan kenaikan harga saham sektor keuangan
sekitar 20,46% selama Januari-Juni 2014. Kenaikan indeks sektor keuangan
terutama didorong oleh lonjakan harga saham perbankan, (http://vibiznews.com).
9 Oleh karena itu, dalam hal membandingkan risk dan return antara saham BUMN
dengan saham Swasta peneliti ingin menggunakan sampel saham yang berasal dari
sektor keuangan sub-sektor perbankan. Karena pada sektor tersebut terdapat
saham-saham unggulan yang kepemilikannya merupakan badan usaha milik negara
(BUMN), dan pada sektor tersebut juga terdapat saham unggulan kepemilikan pihak
swasta. Adapun Tabel berikut ini menunjukkan perkembangan jumlah perbankan bumn
maupun swasta yang go public beberapa tahun terakhir. Tabel 1.2 Perkembangan
Jumlah Perbankan BUMN dan swasta yang Go Public Tahun 1990-2014 Tahun Jumlah
(Perusahaan) 1990-1995 7 1996-2000 14 2001-2005 22 2006-2010 31 2011-2014 39
(sumber: www.sahamok.com) Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokan dalam
dua bentuk yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. Sistem
lembaga keuangan (perbankan) di Indonesia dibedakan berdasarkan fungsinya yang
terdiri dari bank sentral, bank umum, dan bank perkreditan rakyat (BPR). Bank
Umum, dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito berjangka, lalu menyalurkan kepada masyarakat
terutama dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Bank umum dalam
kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara itu,
Bank Perkreditan Rakyat, berdasarkan peraturan perundang-undangan, dalam 10
pelaksanaan kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima tabungan dan deposito
berjangka, namun tidak diperkenankan menerima simpanan giro dan tidak
diperkenankan memberi jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan jenis
lembaga keuangan bukan bank dapat berupa lembaga pembiayaan, perusahaan model
ventura, perusahaan anjak piutang, perusahaan pembiayaan konsumen, perusahaan
kartu kredit, dana pensiun, pegadaian, pasar modal dan lain-lain. Adapun gambar
grafik 1.3 berikut ini menunjukkan perkembangan jumlah lembaga keuangan berdasarkan
jumlah perbankan dari tahun 2007–2013. Grafik 1.3 Jumlah Perbankan Indonesia
Tahun 2007-2013 (sumber: www.ojk.go.id) Dari hasil karekteristik jumlah
perkembangan perbankan di Indonesia di atas, yang semakin meningkat dari tahun
ke tahun, kemudian juga diikuti oleh perkembangan perbankan baik dari pihak
bank pemerintahan, maupun pihak bank swasta, yang mana selama tahun 2011 sampai
tahun 2014 ini, terus mengalami peningkatan di sektor usahanya. Ditandai dengan
bermunculan bank-bank syariah hasil anak usaha bank-bank tersebut, dan
bank-bank syariah sendiri mengalami 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
2000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Bank Umum BPR 11 kenaikan yang cukup
pesat di tahun 2011 ini, ditandai dengan pertumbuhan asset bank-bank syariah
yang tumbuh sebesar 49,2% (republika.). Selain dari itu perbankan di Indonesia
juga menyatatkan kinerja keuangan yang terus membaik itu ditandai dengan return
on assets (ROA) yang mengalami kenaikan sebesar 0,06% dari tahun 2011 sebesar
3,03% dan di penghujung akhir 2014 sebesar 3,09% (bi.go.id). Maka dari itu
penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait perbandingan risk dan
return saham-saham perbankan yang merupakan kepemilikan dari pemerintah maupun
non-pemerintah, apakah terdapat perbedaan apa tidak di dalam usahanya tersebut.
Adapun pada penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi acuan peneliti yaitu
penelitian dilakukan oleh Tampubolon, Supriyono, Gomulya (2002) yang mana hasil
bahwa return dari bumn lebih tinggi dibandingkan dengan return dari non-bumn di
Bursa Efek Jakarta, Saltian (2006) yang mana hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa kinerja reksa dana syariah berimbang lebih baik daripada reksa dana
Anggrek, kemudian yang dilakukan oleh Hayati, Haruman (2006) menyatakan terdapat
perbedaan tingkat hasil antara reksadana Saham, reksadana pendapatan tetap, dan
reksadana campuran, kemudian tidak terdapat perbedaan tingkat hasil antara
reksadana pendapatan tetap syariah dan reksadana campuran syariah.
Kemudian yang dilakukan oleh Munte (2009) menyatakan bahwa:
Variabel inedependent Rasio Lancar, ROE, Cash Flow From Operation to Debt,
price book value (PBV), dan total Asset secara simultan berpengaruh signifikan
terhadapat rate of return yang diterima secara keseluruhan. Dan secara parsial
faktor yang 12 berpengaruh signifikan terhadap perubahan rate of return adalah
return on equity, sedangkan variabel lain berupa Rasio Lancar, cash flows from
operation to debt, price book value (PBV), dan total asset tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap besarnya perubahan rate of return, selanjutnya
penelitian Thrisye, Simu (2010) menyatakan bahwa Current ratio (cr), total
asset turnover (tato), debt to equity ratio (der), return on assets (roa)
secara simultan tidak berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan yang
dilakukan oleh Fitriani (2011) dimana data yang diperoleh Return saham syariah
dan konvensional pada sektor industri barang konsumsi di tahun 2011 cukup
memuaskan, Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji T dengan menggunkan taraf
signifikan sebesar 5% diperoleh hasil 0.736 > 0.05 sehingga H0 diterima.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah (2012) Menghasilkan
penelitian bahwa Jakarta Islamic Indek walaupun merupakan jenis indeks islam
namun keberadaanya tidak diragukan di pasar modal, hal ini terbukti bahwa
Jakarta Islamic Index mampu bersaing dengan index LQ45 pada periode bullish dan
bearish. Penelitian yang dilakukan Nirwani, Dzulfikrom, Topowijono (2012)
dimana hasil yang diperoleh dari Hasil uji T menunjukkan bahwa secara parsial
variabel market value dan dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap
holding period saham biasa dengan signifikansi 0,000. Variabel bid-ask spread
dan risk of return berpengaruh tidak signifikan terhadap holding period saham
biasa. Signifikansi untuk bid-ask spread sebesar 0,177,
sedangkan untuk risk of return sebesar 0,594, serta penelitian dari
Prabawa (2013) menyatakan bahwa implikasi dari hasil penelitian ini menunjukkan
saham‐saham yang konsisten undervalue 13 dengan PER dan PBV bergerak di
sektor‐sektor perbankan, konstruksi, telekomunikasi, energi dan
pertambangan. Sektor-sektor tersebut akan terus tumbuh mengingat pasar domestik
dan pasar ekspor yang menjanjikan. Oleh karena itu ke enam saham tersebut layak
dikoleksi. Persamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu yakni kebanyakan
sama-sama membandingkan risk dan return namun pada penelitian-penelitian
terdahulu kebanyakan yang dibandingkan adalah reksadana saham untuk kali ini
peneliti ingin membandingkan saham individual. Memang telah ada penelitian
terdahulu yang membandingkan saham individual namun pada sektor yang berbeda
serta di tahun yang berbeda pada penelitian kali ini. Dengan adanya fakta dari
latar belakang yang ada diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Perbandingan Risk dan Return Antara Saham BUMN Dengan
Saham Swasta (Studi kasus pada saham LQ-45 sektor perbankan periode 2011-2014).
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, maka peneliti dapat
merumuskan rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana risk dan return saham BUMN dan saham Swasta pada
sektor Perbankan? 2. Apakah ada perbedaan risk dan return antara saham BUMN
dengan saham Swasta pada sektor Perbankan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka
tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui risk dan return saham BUMN dan saham Swasta
pada sektor Perbankan.
2. Untuk mengetahui perbedaan risk dan return antara saham BUMN
dengan saham swasta pada sektor Perbankan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan wawasan keilmuan dan informasi tentang risk dan return antara
saham BUMN dengan saham Swasta.
2. Penelitian ini dapat dijadikan tambahan keilmuan dalam peramalan
risk dan return saham secara umum.
1.4 Batasan Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti memaparkan wilayah dan batasan permasalahan yang
diteliti supaya tetap fokus bahasannya serta dapat dipahami secara baik dan
benar. Maka penelitian ini hanya membahas masalah saham pemerintahan dan saham
swasta yang telah listing di LQ 45, Obyek yang menjadi batasan dalam penelitian
ini adalah saham-saham pada sektor Keuangan sub sektor Perbankan yang telah
terdaftar dalam LQ 45 pada periode Februari 2012 s/d Juli 2012, Agustus 2012
s/d Januari 2013, dan Februari 2013 s/d Juli 2013, 15 Agustus 2013 s/d Januari
2014. Serta data yang diambil adalah data bulanan di tahun 2011-2014. Karena
data pada tahun 2011-2014 saham BUMN merupakan saham favorit dari kebanyakan
investor.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisi perbandingan risk dan return antara saham BUMN dengan saham swasta: Studi pada saham LQ 45 sektor perbankan 2011-2014. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment