Abstract
INDONESIA:
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh media iklan toko online (online shop) terhadap sikap konsumen berbelanja online, mengetahui sub variabel paling dominan dari media iklan toko online terhadap sikap konsumen, mengetahui pengaruh sub variabel media iklan toko online terhadap sub variabel sikap konsumen, dan mengetahui hubungan antar sub variabel sikap konsumen. Sub variabel media iklan televisi (X) terdiri dari pesan (X1), naskah (X2), desain (X2), model (X4), musik (X5), dan warna (X6). Sedangkan sub variabel dari sikap konsumen (Y) yaitu sikap kognitif (Y1), sikap afektif (Y2), dan sikap konatif (Y3).
Jenis penelitian menggunakan metode kuantitatif. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Sampel dalam penelitian adalah mahasiswa PTN/PTAIN di kota Malang. Teknik analisis data menggunakan uji regresi berganda, uji regresi bertingkat, uji hipotesis, serta uji korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan media iklan toko online berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen. Secara parsial pesan dan model berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen. Pesan berpengaruh paling dominan terhadap sikap konsumen. Pesan juga berpengaruh signifikan terhadap sikap kognitif, sikap afektif, dan sikap konatif. Sementara model dan musik hanya berpengaruh signifikan terhadap sikap kognitif. Korelasi antar sub variabel sikap kognitif, sikap afektif, dan sikap konatif, sama-sama mempunyai hubungan, namun dengan tingkat hubungan yang berbeda-beda.
ENGLISH:
The purposes of this research was to determine the effect of online shop’s advertising media towards consumer attitudes to have online shopping, as well as knowing the most dominant sub-variables of advertising media online shop toward consumer attitudes, determining the effect of sub variables of advertisement media online shop to sub variable consumer attitudes, and determining the relationship between each sub variable consumer attitudes. To sub variable of television advertisement media (X), consist of messages (X1), script (X2), design (X2), model (X4), music (X5), and color ( X6). Meanwhile sub variable of consumer attitudes (Y), such us cognitive attitude (Y1), affective attitude (Y2), and conative attitude (Y3).
This research employs quantitative methods. Primary data are obtained through spreading questionnaire. Sample of this research is university students of PTN/PTAIN in Malang. The analysis technic uses multiple regression test, level regresion test, hypothesis test and correlation test.
The results of this research shows that simultaneously advertisement media of online shop significantly effect toward consumer attitudes. Partially, message and model significantly effect toward consumer attitudes. Massage give most dominant effect toward consumer attitudes. Message significantly effects towards cognitive attitude, affective attitude, and conative attitude as well while model and music merely gives significant effect toward cognitive attitude. Correlation inter sub variable cognitive attitude, affective attitude, and conative attitude, equally have relation however by having different level relation.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin
maju, manusia semakin menyadari tentang pentingnya kebutuhan informasi dan
teknologi. Perkembangan teknologi yang membuat manusia menjadi lebih mudah
untuk mendapat informasi (Siregar dan Dewi, 2014).
Keputusan Departemen Pertahanan Amerika (ARPA)
untuk mengembangkan proyek ARPANET tahun 1960 telah berdampak sedemikian besar
bagi dunia. Hasil proyek ARPANET tersebut sekarang dikenal dengan internet.
Dengan adanya ijin dari pemerintah Amerika pada awal tahun 1990, penggunaan
internet sudah terbuka luas bagi publik (id.wikipedia.org). Merujuk pada
peneliti Siregar dan Dewi (2014) menjelaskan bahwa internet menjadi media untuk
mendapatkan informasi yang sifatnya sangat luas dan tidak terbatas. Melalui situs-situs
website internet, manusia bisa mengakses informasi sampai penjuru dunia.
Dwipuspita, dkk. (2012) menambahkan dengan adanya internet membuat banyak orang
menghabiskan sebagian besar waktunya di depan perangkat yang terkoneksi oleh
internet. Di Indonesia, pengguna internet mulai semakin pesat dari tahun ke
tahun. Hal ini bisa dibuktikan pada data yang diteliti oleh APJII (Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) yang bekerja sama dengan PUSKAKOM (Pusat
Kajian Komunikasi Univeritas Indonsia).
Dari data 2 APJII disebutkan bahwa
pengguna internet pada tahun 2014 mencapai angka 88,1 juta jiwa. Dengan
demikian, jika disesuaikan dengan jumlah populasi penduduk Indonesia yang
menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 252,4 juta jiwa, maka pengguna
internet di Indonesia mengalami pertumbuhan 16,2 juta jiwa dari total 71,9 juta
pengguna di tahun 2013 lalu. Jika dipersontasekan maka penetrasi pengguna
internet meningkat 34,9% di tahun 2014. Sedangkan data terbaru dari
Kemenkominfo menyebutkan bahwa pada tahun 2015, saat ini jumlah pengguna
Internet di Indonesia sudah mencapai 57% pengguna, atau kasarnya mencapai
hampir 137 juta pengguna. Sehingga, tidak menutup kemungkinan di akhir 2015
nanti bisa mencapai angka 150 juta orang pengguna, atau sekitar 61% dari total
penduduk seperti yang ditargetkan oleh Kemenkominfo (www.dailysocial.net).
Perkembangan internet berdampak pada perubahan cara organisasi merancang,
memproses, memproduksi, memasarkan, dan menyampaikan produk. Lingkup persaingan
yang semakin luas juga menuntut integrasi dan koordinasi antara departemen
sistem informasi, pemasaran, layanan pelanggan, dan departemen-departemen
lainnya dalam organisasi. Beraneka raga peluang pemanfaatan internet yang bisa
diekploitasi meliputi: sumber baru untuk informasi pasar, individualized
marketing, cara baru menjalin relasi online dengan pelanggan dan membangun
citra merek, serta peluang baru bagi distribusi produk dan komunikasi
pemasaran. Proses penyampaian produk secara digital via internet diperkirakan
akan semakin marak dalam berbagai sektor bisnis, terutama untuk program
perangkat lunak, surat kabar, 3 tiket pesawat, perbankan, asuransi, pendidikan,
dan lain-lain (www.johanifauzi.info). Merujuk pada peneliti Kristiono dan
Honggo (2014) menyebutkan bahwa dengan adanya internet sebuah paradigma ekonomi
baru telah lahir. Dunia maya terbentuk seiring dengan berkembangnya pengguna
internet yang terus bertumbuh pesat. Kemajuan teknologi internet memberikan
dampak yang besar terhadap bagaimana perilaku konsumen dalam membeli barang dan
memutuskan dari mana mereka dapat memenuhi kebutuhan. Internet juga mengubah
cara pandang pemasar dalam menawarkan barang dan jasanya. Internet telah
menyediakan platform seperti situs, blog, jejaring sosial, forum komunitas dan
messenger yang memberikan kemudahan sekaligus daya jangkau yang lebih luas.
Fenomena ini dapat menjadi pasar yang potensial untuk dimasuki para pebisnis.
Sehingga Electronic business (e-business) dan electronic commerce (e-commerce)
juga akan berkembang. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pasar tradisional
atau pasar fisik beralih menjadi pasar online (e-commerce). Menurut sumber
media online marketeers.com, telah disebutkan bahwa Indonesia sudah siap untuk
e- commerce. Faktor pertama, berkembangnya kelas menengah.
Daya beli masyarakat yang semakin
kuat, tidak diimbangi dengan proses distribusi yang baik. Inilah alasan mengapa
e-commerce menjadi pilihan. Faktor kedua, penetrasi pengguna internet yang
semakin besar. Masyarakat telah terbiasa menggunakan smartphone dan siap untuk
bertransaksi online. Faktor Ketiga, para pelaku pasar diluar e-commerce seperti
manufaktur dan trading melihat 4 e-commerce sebagai titik akhir dalam digital
marketing. Distribusi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan mendapatkan ROA
yang riil, tidak hanya sampai pada level awareness. Sebagai imbas masyarakat
yang semakin sibuk sehingga tidak punya banyak waktu untuk berbelanja di toko
atau pusat perbelanjaan. Maka pertumbuhan pasar online dan konsumen belanja
melalui dunia maya (online shopping) di Indonesia menjadi sangat besar. Dengan
riset yang digelar oleh APJII dan Puskakom UI didapatkan sejumlah infografis
yang menggambarkan perilaku, komoditas yang diperjual belikan secara online dan
jenis situs belanja online (online shop). Menurut survey ini, pengguna internet
perempuan lebih berani melakukan belanja online (58%) dibanding pengguna
internet laki-laki (42%) dan pengguna yang pernah belanja online sampai awal
tahun 2015 mencapai 27% (www.apjii.or.id). Hasil riset APJII tersebut mencapai
data yang hampir sama didapatkan oleh Brand Marketing Institute (BMI) Research
yang telah melakukan penelitian tentang tren belanja online di tahun 2014.
Hasil BMI Research yang ditujukan pada 1.213 internet user, dimana terdapat 24%
dari partisipan memiliki tendensi untuk melakukan belanja online
(www.swa.co.id). Menurut Hardiyanti (2012), berbelanja melalui internet
(online) telah menjadi alternatif tersendiri bagi konsumen untuk melakukan
transaksi jual beli. Dengan memanfaatkan teknologi yang sudah berkembang saat
ini konsumen telah diberikan cara lain berbelanja yang lebih praktis tanpa
harus keluar rumah. Jumlah pebelanja melalui internet juga mengalami
peningkatan 5 dari tahun ke tahun. Bagi sektor bisnis hal ini merupakan
terobosan guna memajukan perusahaannya. Perusahaan banyak yang memanfaatkan
media internet guna menunjang bisnisnya seperti sebagai media promo. Bahkan ada
beberapa perusahaan yang hanya memiliki bisnis di dunia maya saja, mereka tidak
memiliki toko fisik yang dipergunakan untuk memamerkan produknya. Menurut
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE) telah diatur mengenai transaksi elektronik dimana salah satunya
mengatur tentang jual beli online. Dalam Undang- Undang ini tidak ada larangan
untuk mengadakan jual beli online, bahkan dapat menjadi landasan sahnya
transaksi elektronik dalam jual beli online. Dalam pasal 1 ayat (2) UU ITE
disebutkan bahwa “Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan
dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik
lainnya”. Hal inilah salah satu yang dapat memicu semakin berkembangnya
e-bussiness atau e-commerce dan meningkatnya konsumen untuk malakukan pembelian
barang atau belanja secara online. Selain itu, perilaku konsumen terhadap
e-commerce terus meningkat dengan mulai mengadopsi kebiasaan berbelanja online.
BMI memperkirakan pasar belanja online di Indonesia akan tumbuh hingga 57%,
atau meningkat dua kali lipat lebih dibandingkan tahun lalu, yakni sebesar 24%.
Ditilik dari perputaran uangnya, hasil riset BMI mengungkapkan total nilai
belanja online per orang selama satu tahun belakangan ini mencapai Rp 825 ribu,
atau jika diakumulasikan mencapai Rp 21 triliun. Jika didasarkan pada prediksi
pertumbuhan sebesar 57%, maka 6 jumlah transaksi yang terjadi pada tahun 2015
ini diperkirakan mencapai Rp 50 triliun (www.swa.co.id). Data diatas diperkuat
dengan data yang dikeluarkan badan riset ICD, bahwa Indonesia mencatat
pertumbuhan pasar online (e-commerce) terbesar sepanjang tahun 2012 hingga 2015
hingga 42% dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di kawasan Asia
Tenggara, seperti Filipina (28%), Thailand (22%) dan Malaysia (14%)
(www.icd-research.com). Data tersebut juga diperkuat dengan hasil survei konsultan
teknologi Redwing-Asia yang menyebutkan bahwa pasar belanja online dalam negeri
pada tahun 2015 berkisar US$ 1 miliar (Rp 13,2 triliun) hingga US$ 10 miliar
(Rp 132,9 triliun).
Barang-barang yang banyak diburu
konsumen belanja online tahun lalu antara lain kosmetik, makanan, dan
perlengkapan bayi (www.marketeers.com). Tentulah nilai sebesar itu sangat
menggoda bagi sebagian investor, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa VC
(Venture Capital) besar seperti Rocket Internet, CyberAgent, East Ventures, dan
IdeoSource bahkan sudah menanamkan modal ke perusahaan e-commerce yang berbasis
di Indonesia. Sebut saja beberapa diantaranya adalah raksasa Lazada dan Zalora,
Berrybenka, Tokopedia, Bilna, Saqina, VIP Plaza, Ralali dan masih banyak lagi.
Perusahaan atau toko-toko online tersebut adalah sebagian contoh dari
perusahaan e-commerce yang sukses dan berhasil dalam memanfaatkan peluang pasar
online (e-commerce) di Indonesia yang sedang naik daun (www.inovindocorp.com).
7 Pasar online (e-commerce) menjadi tambang emas yang sangat menggoda bagi
sebagian orang yang bisa melihat potensi ke depannya. Pertumbuhan ini didukung
dengan data dari Menkominfo yang menyebutkan bahwa nilai transaksi e-commerce
pada tahun 2014 tercatat US$ 12 miliar (Rp 150 triliun), dan diyakini menembus
US$ 24 miliar (Rp 300 triliun) pada tahun 2016 (www.marketeers.com). Jumlah ini
akan terus naik seiring dengan bertumbuhnya penggunaan smartphone, penetrasi
internet di Indonesia, penggunaan kartu debit dan kredit, dan tingkat
kepercayaan konsumen untuk berbelanja secara online. Jika kita melihat
Indonesia sebagai Negara kepulauan yang sangat luas, e-commerce adalah sistem
pasar online yang berpotensi tumbuh sangat besar di Indonesia
(www.inovindocorp.com). Menurut Yogi Wicaksono dalam bukunya Membangun Bisnis
Online dengan Mambo (2008) mengemukakan bahwa: “Kelebihan bisnis internet yaitu
mempunyai pangsa pasarnya luas, praktis, dan efisien. Hal inilah yang membuat
banyak orang yang memanfaatkan internet sebagai media pemasaran dan bisnis.”
Riset APJII dan Puskakom UI mengungkapkan elemen yang tak kalah penting, yakni
komoditas jual beli online dan jenis situs belanja online. Dalam riset tersebut
diketahui bahwa komoditas paling banyak dijual di internet adalah busana dengan
persentase 35,1%. Dari jenis situs belanja online data yang terbanyak adalah
toko online dengan 50,3% (www.apjii.or.id). Hal inilah yang memunculkan sebuah
persaingan pada toko online dalam memenangkan hati konsumen untuk membeli
produk dan berbelanja di toko online tersebut. Dengan semakin banyaknya
pengguna 8 internet dan konsumen dalam belanja online, telah mendorong
munculnya berbagai toko online baru yang hadir untuk bersaing di industri pasar
online Indonesia (www.idws.com). Berdasarkan sumber media online idws.com menyebutkan
bahwa beberapa perusahaan e-commerce dan toko online yang saat ini mendominasi
pasar online Indonesia sepanjang tahun 2015 diantaranya adalah Lazada Indonesia
(lazada.co.id), BerryBenka (berrybenka.com), OLX (olx.co.id), Tokopedia
(tokopedia.com), Bhinneka (bhinneka.com), Bukalapak (bukalapak.com) dan Blibi
(blibi.com). Dengan semakin banyaknya perusahaan e-commers, maka semakin banyak
pula produk atau barang yang diperdagangkan pada toko online tersebut. Tidak
heran bahwa beberapa toko online besar menjual produk atau barang dagangan yang
sama seperti Lazada, OLX dan tokopedia. Karena produk bukan milik atau buatan
toko online tersebut. Sehingga beberapa toko online saat ini menggencarkan
berbagai promosi untuk mengenalkan perusahaan atau toko onlinenya serta
bersaing menarik perhatian dan minat beli konsumen. Salah satu bentuk promosi
tersebut adalah iklan. Iklan memainkan peran penting dalam menginformasikan
kepada pembeli tentang di mana saja mereka sebaiknya berbelanja online.
Beberapa perusahaan e-commerce
ataupun toko online (online shop) telah memilih berbagai media untuk membantu
periklanannya. Sebagaimana kita lihat bahwa salah satu media iklan saat ini
yang gencar dan dipilih oleh beberapa toko online adalah media iklan televisi.
Beberapa toko atau jual beli online 9 yang membuat iklan pada televisi adalah
blibi.com, olx.co.id, zalora.co.id, elevenia.com, lazada.co.id, tokopedia.com,
bukalapak.com dan traveloka.com (www.idws.com). Menurut Brannan (2005:54),
televisi menjadi media iklan paling potensial diantara berbagai media lainnya
karena jangkauannya yang luas. Dampak dari suatu iklan televisi tergantung
bagaimana pesan disampaikan. Menurut Jefkins (1996:227), dijelaskan bahwa dalam
mempelajari suatu iklan di televisi terdiri dari beberapa atribut iklan yang
merupakan isi dari periklanan, diantaranya pesan, naskah, desain, model, musik,
dan warna iklan. Merujuk pada penelitian Armi (2012), menjelaskan bahwa
memanfaatkan media iklan televisi untuk mempromosikan produk mempunyai beberapa
kelebihan. Jika dibandingkan iklan-iklan di radio, surat kabar majalah ataupun
billboard, iklan televisi lebih memiliki kelebihan. Beberapa kelebihan iklan
televisi antara lain: bisa langsung dilihat oleh target pasar, dapat menjangkau
konsumen lebih luas, frekuensi pengulangan iklan bisa ditentukan sendiri sesuai
durasi waktu dan jam tayang yang disesuaikan dengan acara-acara televisi
tertentu. Selain itu dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa semakin sering
iklan ditayangkan, maka frekuensi probabilitas iklan dilihat konsumen akan
lebih besar. Begitu juga sebaliknya bila frekuensi pemutaran iklan rendah maka
iklan tersebut memiliki potensi rendah untuk dilihat konsumen. Dan ketika
konsumen sering melihat suatu 10 iklan tertentu maka konsumen akan mudah untuk
mengingat jargon produk yang mempengaruhi sikap dan memunculkan minat beli
konsumen. Pada peneliti lain seperti Ginting (2011), Wirma (2013), Firman
(2011), Tanoni (2013), serta Raharja (2011), dari hasil penelitian seluruhnya
mengemukakan bahwa iklan sangat berpengaruh positif dan signifikan terhadap
suatu sikap konsumen. Selain itu, Christie (2011) menemukan hasil bahwa Iklan
sangat berpengaruh besar terhadap sikap kognitif dan sikap afektif dengan
prosentase 89,3%. Qolbi dkk, (2014) menambahkan dari hasil penelitiannya
pengaruh iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap konatif. Berdasarkan
uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk meneliti dan menganalisis
bagaimana pengaruh dari beberapa iklan toko online yang sering muncul pada
televisi, terhadap sikap konsumen dalam melakukan belanja dan transaksi secara
online. Oleh karena itu, peneliti mengambil tema tersebut dengan judul
“Analisis Pengaruh Media Iklan Toko Online (Online Shop) terhadap Sikap
Konsumen Berbelanja Online” (Survei pada mahasiswa PTN/PTAIN di kota Malang).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi sebuah rumusan masalah yaitu:
a. Apakah ada pengaruh secara
simultan media iklan toko online (online shop) terhadap sikap konsumen untuk
berbelanja online?
b. Apakah ada pengaruh secara
parsial media iklan toko online (online shop) terhadap sikap konsumen untuk
berbelanja online?
c. Manakah sub variabel
dari media iklan toko online yang
paling dominan berpengaruh terhadap variabel sikap konsumen?
d. Apakah ada pengaruh dari sub-sub
variabel media iklan toko online terhadap sub-sub variabel sikap konsumen?
e. Apakah ada hubungan antar sub
variabel sikap konsumen?
1.3 Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini dapat mencapai hasil seperti
apa yang diharapkan serta dapat terlaksana dengan baik dan terarah. Dengan
melihat latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
a. Mengetahui pengaruh secara
simultan media iklan toko online (online shop) terhadap sikap konsumen untuk
berbelanja online.
b. Mengetahui pengaruh secara
parsial media iklan toko online (online shop) terhadap sikap konsumen untuk
berbelanja online. c. Mengetahui sub variabel dari media iklan toko online yang
berpengaruh dominan terhadap sikap konsumen. d. Mengetahui pengaruh dari
sub-sub variabel media iklan toko online terhadap sub-sub variabel sikap
konsumen.
e. Mengetahui hubungan antar sub-sub
variabel sikap konsumen dengan alasan agar peneliti dapat mengetahui seberapa
besar tingkat hubungan dari ketiga komponen sikap konsumen.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan Sebagai bahan
referensi jika perusahaan ingin mengetahui apa saja yang penting untuk
diperhatikan dalam menciptakan sebuah iklan yang baik.
b. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan
pengetahuan serta sebagai sarana untuk latihan berpikir secara logis dan
sistematis.
c. Bagi Peneliti lain Sebagai bahan
pertimbangan bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian di
bidang yang sama.
1.5 Batasan Penelitian
Batasan-batasan ruang lingkup yang
dikaji dalam penelitian ini sebagai beriku:
a. Media iklan yang digunakan oleh jual
beli/toko online (online shop), dalam hal ini adalah toko/jual beli online yang
menggunakan media televisi sebagai media pengiklannya. Iklan toko online pada
media televisi yang dikaji atau diteliti diantaranya blibi.com, olx.co.id,
zalora.co.id, elevenia.com, lazada.co.id, tokopedia.com, bukalapak.com dan
traveloka.com.
b. Sedangkan batasan lokasi penelitian hanya
pada 4 (empat) Perguruan Tinggi Negeri (PTN/PTAIN) di kota malang yaitu
Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Politeknik Negeri Malang, dan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Peneliti tidak memilih
13 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan hanya memilih PTN/PTAIN dikarenakan
keterbatasan waktu peneliti serta keterbatasan peneliti yang kesulitan dalam
mencari data mengenai mahasiswa yang paham tentang teknologi informasi, yang
sering berselancar pada dunia online, paham tentang toko online (online shop)
dan yang pernah melihat iklan toko online (online shop) pada media televisi, di
PTS maupun PTN/PTAIN.
c. Dan batasan responden yang
dijadikan peneliti ini hanya 148 sampel yang diperolah dengan rumus Malhotra.
Hal tersebut juga disebabkan keterbatasan waktu peneliti serta keterbatasan
peneliti yang kesulitan mencari responden (mahasiswa PTN) yang paham tentang
teknologi informasi, yang sering berselancar pada dunia online, paham tentang
toko online (online shop) dan yang pernah melihat iklan toko online (online
shop) pada media televisi.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analsis pengaruh media iklan toko online (online shop) terhadap sikap konsumen berbelanja online: Survei pada mahasiswa PTN/PTAIN di Kota Malang. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment