Abstract
INDONESIA:
Gagasan good corporate governance (GCG) muncul akibat reaksi terhadap perilaku bisnis yang dilaksanakan perusahaan.GCG merupakan sistem bagaimana suatu perusahaan dikelola dan dikendalikan.Secara teoritis praktik good corporate governancedapat meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya good corporate governancedapat meningkatkan kepercayaan investor.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena menitikberatkan pada pengujian hipotesis.Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis yang telah digunakan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh dari mekanisme corporate governance, yaitu proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dewan audit, dan dewan direksi terhadap manajemen laba. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang tergabung dalam corporate governance perseption index (CGPI) periode 2008-2010 dan menggunakan sampel yang terdiri dari 11 perusahaan yang diperoleh berdasarkan metode purposive sampling. Manajemen laba dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan model perhitungan discresionary accrual. Pengujian terhadap hipotesis penelitian dilakukan menggunakan uji regresi linier berganda dengan α = 5%.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, tidak ditemukan adanya pengaruh signifikan proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dewan audit, dan dewan direksi terhadap praktik manajemen laba. Pengujian secara simultan tidak dapat membuktikan adanya pengaruh signifikan proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dewan audit, dan dewan direksi terhadap praktik manajemen laba. Hal ini dimungkinkan karena variabel bebas yang digunakan hanya bisa menerangkan sebagian kecil dari variabel terikat, hal ini ditunjukkan dengan hasil adjusted R. sequarehanya sebesar -10,1% sementara sisanya diterangkan oleh variabel bebas lain yang tidak dipakai dalam penelitian ini.
ENGLISH:
The idea of Good Corporate Governance (GCG) arises as the reaction to the business practice of the company. GCG is the system of how a company is managed and controlled. Theoretically good corporate governance practices can enhance corporate value by improving their financial performance, which may reduce the risk undertaken by the board with a favorable decision to themselves and in general good corporate governance can increase investor trust.
This study uses a quantitative approach and focuses on testing the hipotesises employing a multiple regression anyliss with α = 5%.Research aims to determine the influence of corporate governance mechanisms, that is the proportion of independent board, institutional ownership, board of audit, and board of directors of earnings management. The research is conducted to the companies incorporated in The Corporate Governance Perseption Index (CGPI) in the period 2008-2010 and the samples of 11 companies acquired by purposive sampling method. Earnings management in this study was calculated using the discresionary accrualcalculation model
The results shows, there is no significant influence of the proportion of independent board, institutional ownership, board of audit, and board to directors of the practice to earnings management. Simultaneous testing can not prove the existence of significant influence of the proportion of independent board, institutional ownership, board of audit, and board of directors to the practice of earnings management. It is because the independent variables used to explain only a small fraction of dependent variables, as shown in the adjusted R square -10.1% while the rest is explained by other independent variables that are not used in this study.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Corporate Governance merupakan prinsip pengelolaan perusahaan yang
bertujuan untuk mendorong kinerja perusahaan serta memberikan penilaian
ekonomis bagi pemegang saham.Good Corporate Governance (GCG) membantu
menciptakan lingkungan kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang efisien. GCG
mengharuskan adanya mekanisme pengendalian dan pengawasan yang efektif terhadap
kinerja manajemen oleh pemegang saham, komisaris dan dewan audit agar terwujud
optimalisasi kinerja manajemen untuk menghasilkan kinerja manajemen yang juga
menjadi tujuan manajemen untuk menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien
(Surya dan Yustivandana 2008 : 88). GCG sebagai suatu sistem tata kelola
perusahaan yang berkesinambungan, beberapa tahun ini semakin banyak mendapat
sorotan oleh berbagai pihak. Gagasan GCG muncul akibat reaksi terhadap perilaku
bisnis yang dilaksanakan perusahaan. Berkembangnya perhatian terhadap Corporate
Governance ini terutama dipicu oleh skandal spektakuler perusahaan – perusahaan
publik di Amerika dan Eropa, seperti Enron Worldkom, Tyco, London dan
Commonwealth dan lain-lain. Di Indonesia tercatat skandal di perusahaan publik
yang melibatkan manipulasi laporan keuangan dilakukan oleh PT Lippo Tbk, PT BNI
dan PT Kimia Farma Tbk (Boediono, 2005: 172). 2 Perspektif hubungan keagenan
merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance (Ujiyanto
dan Pramuka, 2007:5). Konsep corporate governance timbul karena adanya
keterbatasan dari teori keagenan dalam mengatasi masalah keagenan dan dapat
dipandang sebagai kelanjutan dari teori keagenan (Ariyanto dkk, 2000 dalam
Paramita,2008:1). Hal tersebut dikarenakan dalam GCG mensyaratkan suatu
pengelolaan perusahaan secara baik sehingga mampu membawa kepentingan agent dan
principal sejalan. Teori keagenan (agency theory) adalah kontrak yang melandasi
hubungan principal dengan agent (dikembangkan oleh Coase, 1937; Jensen And
Meckling, 1976; dan Farma and Jansen, 1983 dalam Deni, Khomariyah dan Rika,
2004;7). Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi
muncul ketika suatu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain
(agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jansen dan Meckling, 1976 dalam
Ujiayanto) Masalah yang timbul dalam teori agensi karena adanya pemisahan
kepemilikan akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan
pengelolaan perusahaan. Sebagai pengelola perusahaan, manajer akan lebih banyak
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dibandingkan dengan
pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik sebagai wujud tanggung jawab terhadap
pengelolaan perusahaan. Akan tetapi informasi yang diterima terkadang tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi yang sedemikian ini
dikenal sebagi 3 informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi
(information assimetryc) (Haris, 2004 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007;2).
Adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal)
akan memberikan kesempatan kepada manajemen untuk melakukan manajemen laba
(earning manajement) (Richardson, 19998 dalam Ujiayanto dan Pramuka,2007 :2).
Hal tersebut menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan
para pemilik. Perbedaan kepentingan ini akan menimbulkan masalah antara manajer
dengan pemegang saham yang disebut masalah agensi (agency problem). Masalah
keagenan (agency problem) ini akan dapat diminimalkan apabila perusahaan
menerapkan corporate governance dalam pengelolaan perusahaannya. Konsep GCG
mengharuskan perusahaan transparan dalam mengungkapkan informasi bagi para
stakeholder-nya dan perusahaan harus dikelola secara wajar dan benar sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang
saham. Konsep GCG juga mengharuskan adanya perlakuan yang adil dan wajar dari
perusahaan, sehingga konflik kepentingan dan perbuatan-perbuatan tercela
(perilaku opportunistic) yang dilakukan oleh pihak internal dapat diminimalkan
sehingga akan dapat mencegah manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajer.
Manajemen laba merupakan salah satu masalah keagenan yang terjadi karena adanya
pemisahan antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Manajemen laba
terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan
dan transaksi untuk mengubah laporan keuangan sebagai dasar 4 kinerja
perusahaan yang bertujuan menyesatkan pemilik (Healy & Wahlen dalam
Midiastuty & Machfoedz, 2003:576). Berbagai bentuk manajemen laba dilakukan
melalui penurunan laba (income decreasing), peralatan laba (income smoothing)
dan peningkatan laba (income increasing). Pada dasarnya manajemen laba
berkaitan dengan tindakan intervensi manajer terhadap penyusunan laporan
keuangan untuk menaikan atau menurunkan laba. Dalam hal ini laporan keuangan
tidak lagi secara obyektif menginformasikan keadaan perusahaan yang sebenarnya
karena adanya rekayasa manajerial yang dimanfaatkan manajer untuk
menyembunyikan kecurangan-kecurangan yang dilakukannya. Oleh sebab itu,
manajemen laba merupakan alat bagi manajer untuk mewujudkan keinginan
pribadinya dan laporan keuangan merupakan media untuk mengekpresikan keinginan
itu. Solusi yang dapat digunakan bagi pencegahan praktik manajemen laba ini
adalah dengan mengefektifkan corporate governance dalam pengelolaan dunia
usaha. Untuk mendorong implementasi prinsip-prinsip GCG faktor – faktor antara
lain seperti dewan komisaris independen, kepemilikan institusioal, komite audit,
dan ukuran dewan direksi diharapkan dapat meningkatkan penerapan GCG pada
perusahaan- perusahaan di Indonesia dan meningkatkan perlindungan bagi para
kreditur serta diharapkan dapat menjadikan pengelolaan perusahaan menjadi lebih
baik. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pelaksanaan GCG di Indonesia,
maka dibentukalah suatu organisasi atau komite yang ditanamkan The Indonesian 5
Institute Of Corporate Governance (IICG) yang berusaha mengevaluasi, mengawasi,
dan memperbaiki pelaksanaan GCG di Indonesia .
Komite ini juga menyelenggarakan penilaian terhadap
perusahaan-perusahaan yang sudah menerapkan GCG. Penilaiaan tersebut berupa
peningkatan perusahaan-perusahaan yang disebut Corporate Governance Perception
Index (CGPI) CGPI adalah program riset dan pemeringkatan penerapan GCG pada
perusahaan-perusahaan di Indonesia . CGPI diselenggarakan oleh IICG sebagai
lembaga swadaya masyarakat independen bekerjasama dengan majalah SWA sebagai
mitra media publikasi.Program ini dirancang untuk memicu perusahaan dalam
meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate governance melalui perbaikan
yang berkesinambungan (continous improvement) dengan melaksanakan evaluasi dan
melakukan studi banding (benchmarking). Program CGPI akan memberikan apresiasi
dan pengakuan kepada perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan corporate
governance melalui CGPI Awards dan penobatan sebagai perusahaan terpercaya.
Penelitian tentang hubungan corporate governance dengan manajemen laba telah
dilakukan oleh Siregar dan Utama yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Budiono (2005:180) memperoleh hasil bahwa corporate governance yang
diproksikan dengan kepemilikan manajerial, komite audit berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan Siregar dan Utama
yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiono (2005:180)
memperoleh hasil bahwa corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh secara 6 signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian Ujianto dan
Pramuka (2007 : 17) mengemukakan bahwa kepemilikan institusional, proporsi
dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama
teruji dengan tingkat pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Adanya
kontradiksi hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen
laba suatu perusahaan menarik penulis untuk meneliti ulang faktor-faktor
tersebut dengan pengambilan variabel dan sampel yang berbeda dengan penelitian
sebelumnya. Dalam penelitian ini menggunakan variabel komisaris independen,
kepemilikan institusional, komite audit dan ukuiran dewan direksi sebagai
makanisme GCG dan penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang
tergabunng dalam Corporate Governance Perseption index (CGPI). Alasannya adalah
perusahaan yang tergabung dalam CGPI merupakan perusahaan yang telah
mengimplementasikan GCG dalam operasionalnya, karena itu akan lebih memudahkan
peneliti dalam penelitiannya. Meneliti apakah corporate governance yang
diterapkan perusahaan dapat menjadi solusi bagi pencegahan tindakan manajemen
laba. Penelitian ini diwujudkan dengan penelitian yang berjudul, “ Pengaruh
Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang
Tergabung Dalam Corporate Governance Perception Index (CGPI) Periode 2008-2010“
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite
audit, ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap manajemen laba?
2.
Faktor mana yang paling dominan terhadap manajemen laba?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.
Untuk mengetahui pengaruh proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan
institusional, komite audit, ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap
manajemen laba
2.
Untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan terhadap manajemen laba.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian
ini antara lain meliputi:
1. Bagi Peneliti
a.
Mengetahui tentang Good Corporate Governance (GCG) terhadap praktik manajemen
laba, terutama pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam CGPI periode
2008-2010
b.
Untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam manajemen laba.
2. Bagi Akademis dan Penelitian
Selanjutnya
Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan khususnya yang berkaitan dengan
praktik manajemen laba serta hal-hal yang mempengaruhinya. Hasil penelitian ini
juga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya
3.
Bagi Perusahaaan
Dapat memberikan manfaat bagi perusahaan
terkait dengan langkah tepat yang dapat diambil untuk mengelola perusahaaan
sesuai dengan prinsip-prinsip GCG sehingga dapat meminimalisir tingkat
penyimpangan dalam perusahaan, terutama dalam hal pelaporan keuangan.
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh Good
Corporate Governance terhadap manajemen laba pada perusahaan yang tergabung
dalam Corporate Governance Perception Index (CGPI) Periode 2008-2010
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi :Pengaruh good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan yang tergabung dalam Corporate Governance Perception Index (CGOI) periode 2008-2010. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment