Abstract
INDONESIA:
Suatu usaha tidak lepas dari modal dan juga dana untuk keberlangsungan usaha. Salah satu bentuk sumber dana dan modal yang digunakan oleh sebuah usaha adalah dalam bentuk pinjaman baik berupa pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang. Modal kerja erat hubungannya dengan likuiditas suatu usaha, sedangkan likuiditas adalah kemampuan usaha untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengelolaan modal kerja pada UD. Blitar Buah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan modal kerja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Fokus penelitian yang meliputi rasio likuiditas Net Working Capital, Quick Ratio, dan Current Ratio. Data dikumpulkan dengan cara observasi, interview (wawancara), dokumentasi. Analisa data melalui tiga tahap: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa selama tiga bulan, bulan Juli- September 2015 ketiga rasio (Net Working Capital, Quick Ratio, dan Current Ratio) mengalami perbedaan. Net Working Capital dari UD. Blitar Buah mengalami peningkatan, sedangkan Quick Ratio dan Current Ratio mengalami tingkat likuiditas yang belum baik tapi hanya cukup baik saja. Karena dari ketiga rasio tersebut tidak mengalami hasil yang maksimal, hanya sampai dengan baik saja, belum sangat baik. Nilai yang dicapai kurang dari 200%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan modal kerja yang ada sangat berpengaruh dalam hal tingkat likuiditas.
ENGLISH:
An establishment not separated from capital and also for the sustainability of funds business. One form of source of funds and capital used by a need to be is in a form of loan both short-term loans as well as long-term. Strongly associated with working capital liquidity an undertaking, while liquidity is the ability to pay their short term business. This is how a problem of the research working capital management at UD. Blitar Buah. The purpose of this research is to find the management of working capital.
This study used the quantitative descriptive. focus which includes liquidity the ratio of net working capital, quick ratio, and current ratio. Data was gathered by means of observation, the interview (interview), documentation. Data analysis through three stages: data reduction, presentation of data, and the withdrawal of conclusion.
From the results of research shows that for three months, months Juli- September third 2015 the ratio of experienced the difference. Net working capital from UD. Blitar Buah experienced an increase in, while quick and current ratio ratio experienced the level of liquidity that has not been good but will only be enough fine. Because of the three the ratio did not experience the maximum results, only up to fine, not very good. The value of reached less than 200 %. So as to be drawn conclusions working capital of which there are a major influence in the level of liquidity.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) sering kali dihubungkan dengan modal yang terbatas, yang
dimiliki seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan sebuah usaha. Umumnya,
jenis usaha ini erat berkaitan dengan kategori masyarakat kelas menengah ke
bawah. Walaupun demikian, jenis usaha ini tidak bisa dipandang dengan sebelah
mata. Kehadirannya telah membuka mata masyarakat banyak, khususnya mereka yang
ingin bergelut dalam dunia bisnis. Karena itu, tidak mengherankan kalau
ditemukan fakta bahwa tidak sedikit pengusaha yang memulai usaha mereka dengan
jenis usaha ini kemudian berkembang menjadi pengusaha yang sukses. (Raja dkk,
2010:1) Sebelum memulai usaha tentunya perlu menyusun rencana usaha yang akan
dijalankan. Di dalam rencana usaha terdapat hasil studi pasar, rencana
produksi, perkiraan biaya (untuk modal kerja dan modal investasi), sumber biaya
(dana sendiri, atau kredit), serta tenaga kerjanya. Manajemen yang harus
dipersiapkan oleh UMKM adalah melakukan pencatatan setiap transaksi keuangan
secara detail. Transaksi itu meliputi catatan produksi, catatan penjualan,
catatan pembelian bahan baku, dan catatan lainnya. Catatan tersebut sangat
perlu dan akan bermanfaat bagi UMKM. Dari hasil catatan dapat dilihat
perkembangan usaha dan perputaran uang dan juga perputaran modal kerjanya
sehingga dapat dipakai untuk kegiatan usaha selanjutnya. (Raja dkk, 2010:167) 2
Sesuai data yang di peroleh dari dinas perindustrian dan perdagangan Kabupaten
Blitar, gambaran industri kecil Kabupaten Blitar menurut sensus kelompok
industri adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Gambaran Industri Kecil Kabupaten
Blitar No Jenis Industri Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja (org) 1.’
Industri Kecil Formal · Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan 462 3.723 ·
Industri Aneka 163 651 · Industri logam, mesin dan Kimia 53 214 2. Industri Kecil Non
Formal · Industri Hasi Pertanian dan Kehutanan .748 17.110 ·
Industri Aneka 4.955 20.948 · Industri logam, mesin dan Kimia 110 475 Sumber: Disperindag
Kabupaten Blitar tahun 2014 Modal kerja perusahaan berasal dari arus kas (cash
flow) perusahaan yang dimana digunakan untuk operasional perusahaan. Modal
kerja perusahaan harus senantiasa berputar agar perusahaan dapat terus bisa
beroperasi dengan baik dan bisa berkembang. Perputaran modal kerja dimulai dari
kas yang diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi
menjadi kas. Untuk dapat menambah modal kerja perusahaan diantaranya perusahaan
harus dapat menjual barang atau jasa kepada konsumen yang dimana diantaranya
dapat dilakukan dengan cara kredit yang akan menghasilkan piutang. Meskipun
analisis pengelolaan modal kerja belum seluas penelitian-penelitian keputusan
bidang permodalan dan investasi jangka panjang, tetapi modal kerja yang tepat 3
merupakan syarat keberhasilan suatu perusahaan apalagi
bagi perusahaan kecil, di samping itu modal kerja sangat menentukan
posisi likuidasi perusahaan dan likuidasi adalah persyaratan keberhasilan serta
kontinuitas perusahaan. (Ahmad, 1997: 1) Semakin pendek periode perputaran
modal kerja berarti semakin cepat perputarannya (turnover) atau makin tinggi
tingkat perputaran. Lamanya periode perputaran tergantung sifat atau kegiatan
operasi suatu perusahaan, lama atau cepatnya perputaran ini akan menentukan
pula besar atau kecilnya kebutuhan modal kerja. (Ahmad, 1997: 7) Karena itulah
sebuah usaha yang telah berjalan membutuhkan aset likuid, aset likuid tersebut
dapat diubah menjadi kas dengan cepat dan murah juga untuk memenuhi kebutuhan
yang tak terduga dan besar. Perusahaan juga mempunyai aset dengan derajat
likuiditas berbeda. Misalnya, piutang dan persediaan barang jadi umumnya cukup
likuid. Ketika persediaan dijual dan pelanggan membayar tagihan mereka, uang
mengalir ke dalam perusahaan. (Brealey dkk, 2006: 77) Dalam penelitiannya
Astuti dan Maelona (2013) telah mengahasilkan bahwa modal kerja memiliki
pengaruh terhadap likuiditas pada PT Mayora Indah Tbk dimana setiap modal kerja
meningkat maka likuiditaspun meningkat. Sedangkan pada penelitian Prasetyo
(2010), pengaruh likuiditas terhadap terhadap efisiensi modal kerja terbukti
berpengaruh signifikan. Hal ini secara teoritis bahwa semakin baik likuiditas
semakin efisien modal kerja, selain itu likuiditas merupakan inti dari
operasional bank. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan uji statistik dengan
tingkat signifikansi yang kurang dari 5 %. Hal ini 4 dapat dijelaskan bahwa
semakin kuatnya posisi likuiditas perbankan jelas bank tersebut mampu melakukan
kewajiban financialnya, karena lembaga keuangan perbankan bertugas dalam
menarik dan menghimpun dana dari masyarakat oleh sebab itu perlu adanya
kepercayaan masyarakat secara penuh. Pada dasarnya usaha dagang harus selalu
berusaha agar dana yang telah dibelanjakan untuk membiayai kegiatannya dapat
kembali masuk ke dalam usaha dagang tersebut melalui penjualan barang-barang
atau buah-buahan yang dilakukannya. Ukuran baik untuk menilai keberhasilan
usaha dagang ini bukanlah terletak pada besarnya laba yang dihasilkan usaha
dagang, tetapi lebih ditekankan pada efisiensi pengelolaan modal usaha dagang
yang digunakan untuk menghasilkan laba, yang perlu diperhatikan jika usaha
dagang memperoleh modal tersebut dari pinjaman maka usaha dagang akan
menanggung risiko yaitu berupa biaya bunga yang harus dibayar atas pinjaman
tersebut, semakin besar modal yang dipinjam akan semakin besar pula biaya bunga
yang harus ditanggung oleh usaha dagang. Dengan demikian berkembangnya usaha
dagang, maka manajemen usaha dagang dituntut untuk bekerja lebih profesional
agar berbagai potensi yang ada di dalam usaha dagang dan keunggulan yang tidak
dimiliki usaha lain dapat di daya gunakan secara optimal. Berbagai potensi dan
keunggulan harus dilaksanakan dalam operasional nyata untuk menjaga tingkat
likuiditas. Mengingat pentingnya modal kerja dalam perusahaan menejemen
keuangan harus dapat merencanakan dengan baik besarnya modal kerja yang tepat
dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena jika terjadi kelebihan atau
kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan (Nusa 5
Muktiadji:2007). Hal ini menuntut UD Blitar Buah untuk mampu melakukan
pencatatan segala transaksi dengan sistem yang tepat. Kebutuhan modal kerja
perlu diperhitungkan secara cermat dan tepat, sehingga pengusaha pada UD.
Blitar Buah dapat mengalokasikan modal kerja secara baik dan tepat, dalam arti
menggunakannya secara efektif dan efisien. Di samping itu, efisiensi baru dapat
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva yang
menghasilkan laba tersebut. Sedangkan menurut Riyanto (1993:85) dalam mengukur
atau menentukan tingkat likuiditas, suatu perusahaan perlu mempertimbangkan
pengukuran yang mapan terhadap modal kerja, karena akibat kesalahan dalam
penetapan, perusahaan akan dihadapkan pada hambatan dalam menyelenggarakan
aktivitas perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan harus menjaga agar jumlah modal
kerjanya dapat mencukupi kegiatan usahanya. Apabila tingkat likuiditas tinggi
maka semakin tidak efektif karena aset lancar yang terlalu besar akan berakibat
timbulnya aset lancar yang menganggur, dan menuntut para manajer untuk
mengambil tindakan dalam mengalokasikan aset lancar yang menganggur, sehingga
akan sangat berpengaruh terhadap perputaran modal kerja. Pembahasan mengenai
modal kerja, selama ini lebih banyak ditujukan untuk perusahaan industri dan
masih jarang yang ditujukan untuk sebuah usaha yang masih bertaraf UMKM seperti
UD. Blitar Buah. Manajemen dalam sebuah UMKM juga membutuhkan modal kerja
seperti halnya manajemen perusahaan lainnya. Pengelolaan modal kerja dari suatu
UMKM juga sangat diperlukan untuk menjamin kontinyuitas atau menunjang
kelancaran usaha. Manajemen modal 6 kerja pada UMKM digunakan untuk membeli
persediaan barang yang diperlukan oleh para pelanggan, membayar gaji pegawai,
membayar hutang dagang, membayar bunga pinjaman serta untuk mendanai kegiatan
lain yang menjadi kegiatan rutin usaha tersebut. Manajemen UMKM ini atau sebuah
Usaha Dagang harus dapat merencanakan dengan tepat jumlah kebutuhan modal
kerjanya, agar berbagai kegiatan dari usaha dagang dapat dilakukan dengan
lancar. Permasalahan yang timbul pada UD. Blitar Buah yaitu ketika peristiwa
menjelang hari Raya Idul Fitri tahun 2014 usaha tersebut mengalami perputaran
modal yang sangat tinggi dan tingkat pengembalian yang tidak sesuai jatuh
tempo. Peristiwa tersebut akan menghambat kelancaran usaha yang dijalankan. UD
Blitar Buah adalah sebagai salah satu pelaku usaha dalam industri bisnis
suplayer yang berfokus memasarkan produk buah-buahan segar, sudah selayaknya
menerapkan manajemen modal kerjanya yang baik. Dalam hal ini tidak terlepas
dari kebutuhan pengelolaan modal kerja yang lebih baik dan sesuai dengan
kebutuhan Usaha Dagang Blitar Buah sebagai salah satu bentuk UMKM yang teloh
dikelola secara profesional dalam menentukan hasil guna mewujudkan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Alternatif tersebut membutuhkan pengelolaan
modal kerja yang lebih baik sehingga dapat terhindar dari kekurangan maupun
kelebihan. Kekurangan maupun kelebihan modal kerja menunjukkan pengelolaan
modal kerja kurang efektif atau kurang produktif dan pada akhirnya menimbulkan
kerugian karena kesempatan memperoleh profitabilitas yang wajar telah
disiasiakan. 7 Untuk menghindari kekurangan modal kerja diperlukan suatu
tingkat modal kerja yang sesuai kebutuhan untuk menjamin operasional usaha
dagang dapat secara efisien dan meningkatkan pelayanan secara efektif kepada
para pelanggan. Dalam menjalankan operasional sehari-hari secara efisien dan
kegiatan pelayanan secara efektif, usaha dagang tidak luput dari berbagai
masalah yang dapat mengganggu pelaksanaan dari berbagai usahanya untuk menjaga tingkat
likuiditas. Saat ini UD. Blitar Buah dilihat dari usaha yang dikelola telah
mengalami peningkatan dan kemajuan, dengan kata lain hal ini menunjukkan bahwa
UD. Blitar Buah memiliki kinerja yang cukup baik (wawancara dengan Hasan Ashari
selaku pemilik UD. Blitar Buah). Hal tersebut merupakan aspek yang penting dan
berpengaruh pada kegiatan operasional usaha dagang, apabila efektivitas menurun
dan kinerja usaha dagang akan buruk, maka dari itu pada UD.
Blitar Buah ini sangat
penting sekali untuk dinilai laporan keuangannya agar pihak pengelola usaha
dagang dapat mengambil keputusan yang tepat dalam penetapan modal kerja demi
semakin berkembangnya dan meningkatkan likuiditas usaha dagang itu sendiri.
Mengingat begitu pentingnya pengelolaan modal kerja pada usaha dagang, peneliti
berkeinginan untuk menganalisis bagaimana perusahaan tersebut mengelola dan
memanfaatkan modal kerja yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang yang sudah
dikemukakan di atas maka judul penelitian ini adalah “Manajemen Modal Kerja dalam
Menjaga Tingkat Likuiditas (Studi pada UD. Blitar Buah)”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan dari uraian
latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah: Bagaimana pengelolaan modal kerja pada UD. Blitar Buah bila dianalisis
dengan rasio likuiditas (Net Working Capital, Quick Ratio atau Acid-Test Ratio,
Current Ratio, dan Cash Ratio)?
1.3
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan arah
permasalahan yang ada maka tujuan penelitian yang ingin dicapai atau diketahui
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan modal kerja bila
dianalisis dengan rasio likuiditas (Net Working Capital, Quick Ratio atau
Acid-Test Ratio, Current Ratio, dan Cash Ratio).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti, untuk menambah dan mengembangkan wawasan
pengetahuan penulis mengenai manajemen modal kerja dalam menjaga tingkat
likuiditas.
2. Bagi Peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk
menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis.
3. Bagi para praktisi,
sebagai bahan masukan utuk pengambilan keputusan mengenai manajemen modal kerja
dalam menjaga tingkat likuiditas.
1.5 Batasan Penelitian
Pembatasan masalah bertujuan agar masalah
dapat dipecahkan, diselesaikan dan dikaji secara mendalam. Dengan pembatasan
masalah yang jelas maka peneliti dapat
mengarahkan perhatiannya lebih seksama dan dapat merumuskan masalah yang jelas.
Selain itu juga, peneliti membatasi masalah yang diteliti dikarenakan
keterbatasan informasi data yang diperoleh. Dalam penelitian ini penulis
membatasi masalah yang dibahas adalah sebagai berikut; Rasio Likuiditas (Net
Working Capital, Current Asset, dan Quick Ratio).
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Manajemen modal kerja dalam menjaga tingkat likuiditas: Studi kasus pada UD. Blitar Buah bulan juli-september. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment