Abstract
INDONESIA:
Investor untuk melakukan investasi tentu menganalisis terhadap perusahaan terlebih dahulu, analisis tersebut menggunakan makro ekonomi dan fundamental perusahaan, hal tersebut dilakukan tentunya berhubungan dengan return yang diharapkan. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh makro ekonomi dan fundamental perusahaan yang terdiri dari variabel Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar (Kurs US$), DER (Debt to Equity Ratio), BV (Book value), dan ROE (Return On Equity) terhadap Return saham pada perusahaan LQ 45 periode 2008 – 2011 secara simultan maupun parsial serta untuk mengetahui variabel yang paling dominan terhadap return saham LQ45.
Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan mempertimbangkan uji normalitas, dan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas, Dari hasil analisis tersebut memperoleh hasil bahwa secara simultan dengan tingkat signifikansi 5% (0,05), dalam penelitian ini variabel bebas mampu menjelaskan sebesar 42,6% dan sisanya sebesar 57,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel bebas. Secara parsial dengan tingkat sigifikansi 5% (0,05) didapati hasil variabel DER, BV, dan ROE tidak berpengaruh terhadap return saham, sedangkan Inflasi, Suku Bunga SBI, dan Kurs berpengaruh terhadap return saham sebesar 0,000. Adapun variabel paling dominan diantara enam variabel bebas adalah variabel inflasi dengan nilai 32,389.
ENGLISH:
Investors who will doINVESTATION must analyze the company first. The analysis uses macroeconomic and fundamental company, related to the expected return. This study aimed to determine the effect of macroeconomic and company fundamentals which consisted of Inflation variable, Interest Rate, Exchange Rate (Exchange Rate U.S. $), DER variable (Debt to Equity Ratio), BV (Book value), ROE (Return On Equity) toward the stock return in LQ 45 period 2008 to 2011 simultaneously or partially and to determine the most dominant variable to stock return LQ45.
The analysis used in this study is a multiple linear regression analysis by considering normality and the classic assumption test, which consisted of multicollinearity, autocorrelation, and heteroscedasticity test.
The analysis result showed that simultaneously with a significance level of 5% (0.05), the independent variable could explain of 42.6% and the remaining 57.4% was influenced by other variables outside the independent variable. Partially, with the level of significance of 5% (0.05) the results of DER, BV, and ROE variable did not influence the stock returns, while the inflation, Interest Rate, and Exchange Rate affected stock return of 0.000. The most dominant variable among six independent variables was inflation variable of 32.389.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman era globlisasi seperti saat ini
tidak memungkiri bahwa suatu perusahaan membutuhkan dana yang tidak sedikit,
oleh karena itu banyak sekali perusahaan yang mencari pinjaman dana. Untuk
mendapatkan pinjaman dana para perusahaan bisa melalui lembaga keuangan ataupun
pasar modal. Sehingga dengan adanya pasar modal perusahaan lebih mudah untuk
mencari dana ataupun berinvestasi didalamnya. Dengan adanya pasar modal bisa
menjadi jembatan antara investor dengan perusahaan, dimana investor sebagai
pemilik dana yang membutuhkan instrument pasar modal untuk keperluan
portofolinya agar dapat memaksimalkan pendapatan. Pasar modalpun memiliki
beberapa instrumen, yaitu saham, obligasi, dan surat berharga lainnya. Saham
merupakan salah satu instrumen dalam pasar modal yang memiliki tingkat resiko
sangat tinggi. Investor akan kehilangan semua modalnya terjadi likuidasi.
Husnan (2005: 309) memaparkan bahwasanya kondisi perusahaan tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor – faktor internal, tetapi faktor eksternal (kondisi
Ekonomi dan Industri). Untuk itu analisis mengenai eksternal perusahaan juga
perlu diperhatihan lagi dalam mengambil suatu keputusan untuk berinvestasi. 2
Ada dua analisis yang lazim dipergunakan didalam menentukan nilai sebuah saham,
yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis fundamental mencoba
untuk membentuk opini investor mengenai harga saham dimasa mendatang melalui
penyidikan mendalam terhadap kondisi keuangan dari suatu perusahaan dan
perilaku dari saham sendiri (Ajie, 2002 dalam kunthi 2011). Untuk menilai
dinamika harga saham, informasi yang sering di gunakan adalah kinerja keuangan
perusahaan, kondisi ekonomi dan informasi relevan lainya. Hal ini dapat di
kemukakan adalah bahwa memperkirakan fluktuasi harga saham guna mendapatkan
return saham yang optimal tidak cukup hanya mempergunakan indikator keuangan
semata (Kunthi, 2011). Secara umum faktor yang memengaruhi keputusan investor
untuk membeli saham dapat di golongkan menurut faktor rasional dan tidak
rasional. Faktor rasional pada umumnya berkaitan dengan sesuatu yang disebut
analisis fundamental. Dalam pendekatan ini dibuat perkiraan mengenai nilai
hakiki perusahaan, yaitu nilai yang di lihat dari fakta, dengan maksud
ditentukan sesuai aspek fundamental perusahaan seperti profitabilitas, sruktur
permodalan, potensi pertumbuhan, dan prospek perusahaan. Selain menilai kondisi
keuangan perusahaan , analisis fundamental juga harus melihat dan membandingkan
kinerja perusahaan dengan kondisi klingkungan bisnis yang di geluti. Pada
beberapa perusahaan, perubahan – perubahan yang terjadi pada kondisi ekonomi
makro bisa mengakibatkan dampak yang lebih besar pada laba perusahaan dibanding
kinerja perusahaan itu sendiri. 3 Menurut Robert Ang (1997) dalam Subalno
(2009) menyatakan bahwa analisis fundamental pada dasarnya adalah melakukan
analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan, dimana proses
ini sering juga disebut sebagai analisis perusahaan (company analysis). Data
historis mencerminkan keadaan keuangan yang telah lalu yang digunakan sebagai dasar
untuk memproyeksikan keadaan keuangan perusahaan dimasa depan. Dalam company
analisis para investor (pemodal) akan mempelajari laporan keuangan perusahaan
dengan tujuan untuk menganalisis kinerja perusahaan dengan mengetahui kekuatan
dan kelemahan perusahaan, mengidentifikasi kecenderungan dan mengevaluasi
efisiensi operasional serta memahami sifat dasar dan karakter operasional
perusahaan. Pendapat lain mengemukakan bahwa analisis fundamental adalah suatu
cara menganalisis saham berdasarkan kondisi kesehatan fundamental perusahaan,
kondisi kesehatan industri dan kondisi kesehatan perekonomian nasional global
dengan pisau bedah Financial ratio yang umumnya sering dipergunakan (Benni,
2011:111) Salah satu cara paling mudah untuk menilai kinerja perusahaan adalah
dengan dengan melihat pada tingkat pendapatanya. Husnan (2001:336) menyatakan
bahwa umumnya terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba (EPS) dengan
pertumbuhan harga saham. Untuk menilai kinerja perusahaan ada beberapa rasio
yang dipergunakan, karena itulah dalam penelitian ini digunakan
variabel-variabel yang berkaitan dengan tingkat pendapatan perusahaan. Variabel
tersebut adalah EPS (Earning Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), BV (Book
Value) dan ROE (Return On Equity).
EPS (Earning per Share) adalah rasio yang
menujukan berapa besar keuntungan yang diperoleh pemegang saham perlembar
saham. DER (Debt to Equity Ratio) adalah rasio hutang yang digambarkan dengan
perbandingan antara seluruh hutang, baik hutang jangka panjang maupun hutang
jangka pendek dengan modal sendiri perusahaan. BV (Book value) adalah rasio
yang membagi total asset bersih dengan total saham yang beredar. ROE (Return On
Equity) adalah mengukur tingkat pengembalian investasi dibandingkan dengan
total asset (Benni, 2011:115). Dengan didukungnya beberapa penelitian yang
telah di lakukan diantaranya menurut Bramantya (2012), Dita (2009), Anidya
(2011), Fachrul (2010) bahwa variabel fundamental yang terdiri dari EPS
(Earning Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), BV (Book Value) dan ROE
(Return On Equity) mempunyai pegaruh secara simultan terhadap return saham.
Subalno (2009) menjelaskan dalam penelitiannya yang menggunkan variabel Curent
Ratio ( CR ), Debt Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Total Asset Turn Over
( TATO ), Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga Hasil dari penelitian tersebut Secara
parsial, selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 bahwa variabel Return on
Assets (ROA), SBI dan Kurs berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan
variabel Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Total Assets Turn Over
(TATO) tidak terbukti berpengaruh terhadap return saham. Secara simultan,
Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Total
Assets Turn Over (TATO), SBI dan Kurs berpengaruh terhadap return saham dengan
menunjukkan pengaruh variabel independen dalam 5 mempengaruhi variabel
dependen, sebesar 30,2 % dan sisanya sebesar 69,8 % dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain. Menurut Benni (2011:120) mengutarakan bahwa meski kondisi
suatu perusahaan yang anda nilai relative baik. Namun kondisi ekonomi global
maupun nasional lagi krisis, bisa menjadi keputusan bijak untuk menunda membeli
saham hingga tiba saat yang tepat kondisi ekonomi mulai pulih kembali. Dengan
pernyataan benni bahwa jika akan menginvestasi bukan hanya faktor pendapatan
perusahaan saja akan tetapi juga faktor ekonomi. Dan dalam penelitian ini
menggunakan makro ekonomi berupa inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar.
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas
dan jasa selama suatu periode tertentu. Suku bunga SBI adalah suku bunga atas
penepatan dana bank pada Bank Indonesia (Indah, 2008:130). Kemudian nilai tukar
atau kurs adalah harga dari mata uang luar negeri (Dornbusch, et.al., 2008 :
46). Sodikin (2007) dalam penelitiannya Variabel ekonomi tidak berpengaruh
secara parsial terhadap return saham industri pertanian, pertambangan, aneka
industri, barang konsumsi, infrastruktur dan jasa. Pada saham industri
pertambangan, kimia, konstruksi dan keuangan, hanya tingkat bunga SBI yang
memiliki pengaruh signfikan terhadap return saham. Pada saham industri
pertanian, pertambangan, barang konsumsi, konstruksi, infrastruktur, dan jasa,
variabel makro juga tidak berpengaruh secara simultan terhadap return saham.
Pada saham industri kimia, dan aneka industri, variabel makro tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Intan Puspita sari 6
menjelaskan bahwasanya dengan menggunakan model Single-Index Market, return
pasar dalam hal ini berdasarkan IHSG, mampu menjelaskan variabilitas return
saham untuk saham perbankan. Namun, kemampuan menjelaskan return pasar terhadap
return saham adalah sangat kecil.
Perubahan variable makroekonomi (industrial
produk, suku bunga, inflasi dan nilai tukar) tidak berpengaruh terhadap
perubahan perubahan return saham bank di Bursa Efek Indonesia, hal ini berarti
bahwa satu-satunya variable yang dapat mempengaruhi perubahan return saham
adalah return pasar. Dari tahun 2011 menuju tahun 2012 terjadi infasi sebesar
3,79%, di buktikan bahwa pada BPS (badan pusat statistik) angka inflasi 2011
tersebut berada di bawah target pemerintah yang sebesar 5,65%. Sementara untuk
inflasi inti Desember 2011, tercatat sebesar 0,28% dengan inflasi inti year on
year sebesar 4,34%. Tekanan inflasi pada Desember 2011, masih dipegang oleh
bahan makanan dengan inflasi sebesar 1,62% dan selama setahun kemarin
menyumbang sebesar 0,84%. Tekanan dari bahan makanan ini turun 3,5% dibandin g
2010. Bahan makanan, minuman rokok dan tembakau menyumbang inflasi 0,5% dan
untuk setahun 0,51%. Disini bisa dilihat bahwa pada tahun 2011 telah mengalami
Inflasi. Menurut Jogiyanto (2007: 109) Return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjdi atau return
ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa
mendatang. Oleh karena itu Semua investor rata – rata mencari alternatif
investasi 7 yang bisa memberikan tingkat keuntungan yang tinggi akan tetapi
dengan resiko yang sangat minimum. Jurnal penelitian Ridha Muthaher & Osmad
Muthahe (2010) menyatakan dari analisis regresi, ada 5 variabel Fundamental
mempunyai pengaruh signifikan dan positif secara parsial terhadap harga saham.
Variabelvariabel tersebut adalah Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM),
Return On Equity (ROI), Return On Asset (ROA), dan Inflasi satu Variabel
Teknikal yaitu Volume penjualan saham. Sedangakan dua variabel lainnya yaitu
Kurs dan Tingkat Bunga berpengaruh signifikan dan mempunyai arah yang negatif.
Investor kebanyakan akan memilih saham perusahaan yang memiliki tingkat
liquiditas yang tingggi agar dapat dengan mudah untuk di jual kembali. Salah
satu kelompok saham yang memiliki liquiditas tinggi dan bernilai kapitalis
tinggi adalah perusahan LQ 45. Dimana LQ 45 adalah perusahaan yang dipilih
setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham –
saham yang mempunyai liquiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan tingkat
kapitalis pasar besar (Pria: 2011). Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan review
6 bulan sekali untuk menentukan saham – saham perusahaan yang masuk dalam
kelompok LQ 45, untuk masuk dalam kelompok ini terdapat beberapa kriteria yang
harus di penuhi (www.idx.co.id): 1. Masuk dalam top 60 dari tota transaksi
saham di pasar regular (rata- rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir) 8
2. Masuk dalam rangking yang didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar (ratarata
kapitalis pasar selama 12 bulan terakhir) 3. Telah tercatat di BEI sekurang –
kurangnya 3 bulan. 4. Memiliki kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan
perusahaan, frekunsi dan jumlah transaksi yang baik di pasar regular. Menurut
Ghita (2011) mengungkapkan bahwa Laporan keuangan emiten hingga semester 1 2011
pada perusahaan LQ 45 menunjukkan peningkatan pertumbuhan laba bersih meningkat
sebesar 37% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Analis
Pasar Modal, Reza Priyambada menuturkan, kinerja saham LQ45 yang menunjukkan
peningkatan ini ditunjang oleh perekonomian Indonesia yang sedang dalam keadaan
stabil, sehingga para emiten tersebut khususnya yang masuk dalam LQ45 lebih
menggenjot kinerja keuangannya lewat berbagai ekspansi usaha, walaupun dengan
dibayang-bayangi situasi perekonomian global yang sedang tidak menentu. Dengan
pertumbuhan perekonomian yang cenderung stabil seperti sekarang ini menunjukkan
bahwa permintaan daya beli masyarakat pun masih meningkat sehingga memicu
perusahaan untuk terus melakukan ekspansi usaha guna menggenjot produksi untuk
memenuhi permintaan masyarakat. Berikut adalah emiten-emiten yang masuk dalam
kategori LQ45 yang mengalami peningkatan laba bersih hingga semester 1 2011
yang terdiri dari berbagai macam sektor. 9 Table 1.1 Emiten dalam LQ 45
Perusahaan Kode Emiten Peningkatan (%) Laba Bersih (2011) Laba Bersih (2010) PT
Astra Internasional Tbk ASII 33 Rp 8,59 triliun Rp 6,44 triliun. PT Unilever
Indonesia Tbk UNVR 16,9 Rp 2,068 triliun. Rp 1,769 triliun PT Bukit Asam Tbk
PTBA 78,96 Rp 1,612 triliun Rp 901,069 miliar. PT United Tractors Tbk UNTR
34,35 Rp 2,538 triliun Rp 1,899 triliun PT Bakrie Development Tbk ELTY 100 Rp
126,1 miliar. Rp 63 miliar PT Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 56,7 Rp 6,3
triliun Rp 4 triliun. PT Bank Central Asia Tbk BBCA 20,4 Rp 4,8 triliun Rp 3,9
Triliun PT Indocement Tunggal PrakarsaTbk INTP 5,4 Rp 1,7 triliun Rp 1,6
triliun PT Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM -1,5 Rp 5,9 triliun. Rp 6,03
trliun PT Lippo Karawaci Tbk LPKR 35 Rp 298 miliar Rp 221 miliar. Sumber:
Okezone Ekonomy di olah peneliti Dengan pencapaian di atas, Reza menuturkan
bukan tidak mungkin kinerja keuangan para saham-saham LQ45 ini akan mengalami
peningkatan yang jauh lebih baik di semester depan.
Dengan rata-rata kinerja keuangan
yang umumnya sudah melampaui dari apa yang sudah mereka targetkan, tentunya
perusahaan akan terus melakukan ekspansi usaha guna menggenjot agar kinerja
keuangan khususnya laba bersih bisa meningkat lebih dari apa yang perusahaan
targetkan. Berdasarkan fakta, penelitian terdahulu dan teori di atas mana dapat
di 10 tarik judul Pengaruh Makro Ekonomi dan Fundamental Perusahaan Terhadap
Return Saham (Studi pada perusahaan LQ45 periode 2008 – 2011).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas penulis
ingin meneliti beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah faktor Makro Ekonomi yang
terdiri dari Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar berpengaruh secara parsial
terhadap Return saham?
2. Apakah faktor Fundamental
perusahaan yang terdiri dari EPS (Earning Per Share), DER (Debt to Equity
Ratio), BV (Book Value) dan ROE (Return On Equity) berpengaruh secara parsial
terhadap Return saham?
3. Variabel manakah yang berpengaruh
lebih dominan terhadap Return saham?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis
faktor Makro Ekonomi yang terdiri dari Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap terhadap Return saham pada
perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia
2. Untuk mengetahui dan menganalisis
faktor Fundamental perusahaan yang terdiri dari EPS (Earning Per Share), DER
(Debt to Equity Ratio), BV (Book Value) dan ROE (Return On Equity) secara
simultan berpengaruh 11 signifikan terhadap terhadap Return saham pada
perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis
Variabel yang lebih dominan terhadap terhadap Return saham pada perusahaan LQ
45 di Bursa Efek Indonesia
1.4 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini penulis memberi beberapa
batasan permasalahan agar pembahasan yang di bahas lebih fokus, permasalahan
yang di batasi sebagai berikut:
a. Periode pengamatan dalam
penelitian ini 4 tahun terakhir terhitung dari 2008 – 2011. b. Pada faktor
makroekonomi memberi batasan hanya 3 masalah, yaitu Inflasi, Suku Bunga SBI,
Nilai Tukar.
c. Pada faktor fundamental
perusahaan peneliti memberi batasan masalah hanya meneliti pada variable EPS
(Earning Per Share), DER (Debt to Equity Ratio), BV (Book Value) dan ROE
(Return On Equity).
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Penelitian ini bisa menjadi
tambahan wawasan keilmuan dan pemahaman mengenai manajemen keuangan khususnya
mengenai Pasar 12 Modal dan juga sebagai pengaplikasian teori yang didapatkan
di bangku perkuliahan.
2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan investasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan investasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Bagi pembaca Penelitian ini
diharapkan dapat menambah wawasan ataupun referensi bagi pembaca terutama
mengenai pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar (Kurs), EPS (Earning Per
Share), DER (Debt to Equity Ratio), BV (Book Value) dan ROE (Return On Equity)
terhadap Return saham pada perusahaan LQ 45 periode 2008 – 2011.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Pengaruh makro ekonomi dan fundamental perusahaan terhadap return saham: Studi pada perusahaan LQ 45 periode 2008-2011. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment