Abstract
INDONESIA:
Sistem informasi pemasaran (MIS) merupakan salah satu faktor utama dalam penunjang suatu kuputusan pemasaran. Sehingga informasi tersebut haruslah akurat, efektif, dan efesien. Database adalah sumber informasi pemasaran secara internal dalam perusahaan. Maka dari itu, dengan adanya barcode diharapkan seluruh database baik tentang nama outlet, lokasi outlet, atau identitas outlet lainnya dari sales representative dapat sampai ke pengguna informasi secara akurat, efektif dan efesien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi barcode pada sistem informasi pemasaran. Dari latar belakang tersebut penelitian ini dilakukan dengan judul “Implementasi Barcode dalam Sistem Informasi Pemasaran (Studi pada Outlet PT. Coca-Cola Amatil Indonesia cabang Surabaya)”.
Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif, dimana tujuannya adalah untuk menggambarkan secara sistematis tentang fokus penelitian yang meliputi aspek barcode dan sistem informasi pemasaran. Subyek penelitian ada tiga orang. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisa datanya melalui tiga tahap: pemaparan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan barcode, penyampaian database identitas outlet dapat disampaikan secara akurat, efektif, dan efesien. Hal tersebut dapat dilihat dari keakuratan data pada sistem informasi yang diterima oleh manajer pemasaran dari waktu ke waktu. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi barcode dapat membantu dalam menyampaikan database secara akurat, efektif dan efesien. Sehingga informasi pemasaran yang diterima oleh para manajer pemasaran juga lebih aktual.
ENGLISH:
Marketing information system (MIS) is one of the main factors in supporting a marketing solutions. So the information must be accurate, effective, and efficient. The database is a source of marketing information internally within the company. Therefore, with the expected barcode entire database either on the name of the outlet, outlet locations, or the identity of the other outlets of sales representative can be received by user accurately, effectively and efficiently. The purpose of this study was to determine how the implementation of the barcode on the marketing information system. From that background research was conducted with the title "Implementation of Barcode in the Marketing Information System (Study on Outlet PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Surabaya branch)".
This study used a qualitative descriptive, where the objective is to systematically describe about the research focus includes aspects of barcode and marketing information systems. The subjects of the study there were three people. Data collected by observation, interview, and documentation. Data analysis through three stages: exposure, data presentation, and conclusion.
The results showed that by using a barcode, identity database delivery outlet can be delivered accurately, effectively, and efficiently. This can be seen from the accuracy of the data on the system information received by the marketing manager from time to time. Thus, it can be concluded that the implementation of the barcode can assist in delivering database accurately, effectively and efficiently. So the marketing information received by marketing managers are also more actual.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi yang canggih memberikan kemudahan
bagi pekerjaan manusia yang sifatnya memberatkannya, sehingga pekerjaan yang
dahulu masih didominasi oleh tenaga manusia maka sekarang bisa dialihkan dengan
tenaga mesin. Bagi perusahaan industri, dimana pada era digital sekarang ini,
trend business berubah dengan cepat. Para marketer harus memiliki pengetahuan,
paradigma dan skill yang berbeda tentang dunia business online dan marketing.
Sehingga internet merupakan sebuah saluran distribusi yang sangat besar. Ada
banyak peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi oleh para pemasar yang
ingin berhasil menjalankan program marketing di era digital. Saat ini,
melakukan pemasaran traditional saja tidak cukup. Para pemasar membutuhkan
model “Modern Marketing” dengan Digital Marketing sebagai solusinya. Dalam era
digital ini tidak lepas dengan kebutuhan informasi, yang dimana informasi
adalah bahan dasar pengambilan keputusan dalam kegiatan pemasaran, atau yang
biasa di sebut dengan sistem informasi pemasaran (Marketing Information System
/ MIS). Menurut Kotler & Amstrong dalam buku prinsip-prinsip pemasaran
(2001:144), sistem informasi pemasaran (Marketing Information System / MIS)
terdiri dari orang, peralatan, dan prosedur untuk mengumpulkan, memilah, 2
mengevaluasi, dan mendistribusikan informasi yang dibutuhkan, secara tepat dan
akurat kepada para pengambil keputusan pemasar. Sedangkan Menurut Mc. Leod
(2001:185) dalam jurnal yang ditulis Sri Fadilah (2008), dikemukakan bahwa sistem
informasi pemasaran adalah: ”Sistem informasi pemasaran atau MKIS sebagai suatu
sistem berbasis komputer yang bekerjasama dengan sistem informasi fungsional
lainnya untuk mendukung manajemen perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang
berhubungan pemasaran produk perusahaan.” Jika didefinisikan dalam arti yang
luas, sistem informasi pemasaran (Marketing Information System / MIS) adalah
kegiatan perseorangan dan organisasi yang memudahkan dan mempercepat hubungan
pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan
pendistribusian promosi dan penentuan harga barang jasa dan gagasan. Sistem
informasi pemasaran selalu digunakan oleh bagian pemasaran dalam sebuah
perusahaan untuk memasarkan produk-produk perusahaan tersebut. Sistem informasi
pemasaran harus merupakan titik persilangan antara apa yang dianggap perlu oleh
para manajer, apa yang sesunggunya diperlukan oleh para manajer tersebut, dan
apa yang dianggap layak secara ekonomis. Menurut Philip Kotler dalam bukunya
Manajemen Pemasaran (2005:137), menyatakan terdapat komponen sistem informasi
pemasaran yaitu sistem pencatatan internal, sistem intelijen pemasaran, sistem
riset pemasaran, dan sistem pendukung keputusan pemasaran. 3 Fadilah (2008),
menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis komponen sistem informasi pemasaran,
antara lain: intelijen pemasaran (marketing intelligence), informasi pemasaran
intern (internal marketing information), dan komunikasi pemasaran (marketing
communication). Dalam komponen sistem pencatatan internal, yang dimana
merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi internal.
Sehingga perusahaan membangun database internal. Dimana Kotler dan Amstrong
(2001; 146) menyatakan bahwa database internal yaitu koleksi
informasi-informasi yang terkomputerisasi, yang diperoleh dari sumber-sumber
data yang ada dalam perusahaan. Database tersebut pada umumnya berisi database
pelanggan, database produk, database tenaga penjual, dan lain-lain dan kemudian
menggabungkan data dari database yang berbeda-beda. Sebagai contoh, database
pelanggan akan berisi nama setiap pelanggan, alamat, transaksi masa lalu, dan
bahkan demografik dan psikografiknya (kegiatan, minat, dan opini).
Manajer pemasaran dapat dengan
segera mengakses dan bekerja menggunakan informasi yang ada dalam database
untuk mengetahui peluang dan masalah pemasaran, program perencanaan, dan
mengevaluasi kinerja. Mengingat pentingnya database ini, pasti akan dibutuhkan
alat yang dapat menyimpan dan membaca database ini secara cepat dan efesien.
Seperti dengan adanya alat Barcode, yang dimana digunakan sebagai penyimpan dan
pembaca database retail / outlet secara cepat. 4 Dikutip dari wikipedia (2014),
Barcode adalah suatu kumpulan data optik yang dibaca mesin dalam format visual
yang tercetak. Barcode dibaca dengan menggunakan sebuah alat baca barcode atau
lebih dikenal dengan Barcode Scanner. Ada dua jenis barcode yaitu pertama
barcode satu dimensi, barcode ini terdiri dari garis-garis yang berwarna putih
dan hitam, warna putih untuk nilai 0 dan warna hitam untuk nilai 1. Yang kedua
yaitu barcode dua dimensi, barcode ini sudah tidak berupa garisgaris lagi, akan
tetapi seperti gambar sehingga informasi yang tersimpan di dalamnya akan lebih
besar. Penggunaan awal barcode adalah untuk mengotomatiskan sistem pemeriksaan
di swalayan, dimana hal tersebut menjadi universal saat ini. Seperti halnya
pada PT Coca-Cola Amatil Indonesia, dalam sistem informasinya, salah satunya
menggunakan Barcode sebagai kode menyimpan database pelanggan/ritail mereka
(wikipedia, 2014). PT. Coca-Cola Amatil Indonesia adalah salah satu produsen
dan distributor minuman ringan terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini telah
beroperasi di Indonesia sejak tahun 1935. Produk-produk yang diproduksi dan
didistribusikan oleh perusahaan ini diantaranya adalah Coca Cola, Diet Coke,
Fanta, Sprite, Pulpy Orange, Ades, dll. Di Indonesia sendiri, PT. Coca Cola
Amatil dibagi menjadi 8 cabang yang terdapat dikota-kota besar yakni di Medan,
Cibitung-Bekasi, Padang, Lampung, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar,
dengan lebih 5 dari 120 pusat penjualan yang tersebar diseluruh Indonesia
(http://cocacolaamatil.co.id: 2014). Dalam PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia-Surabaya, barcode yang berisi database outlet atau retail tersebut,
diletakkan di outlet atau retail yang bekerjasama dengan Coca-Cola. Barcode
tersebut setiap harinya akan di kontrol oleh sales representative. Sales
Representative (SR) sendiri bertugas menempelkan barcode di outlet, melaporkan
sticker rusak/hilang dan outlet tutup permanen, mengisi formulir penempelan
sticker dan sticker rusak/hilang, serta mengembalikan formulir penempelan
sticker dan sticker rusak/outlet tutup permanen ke SOA/SAC.
Sedangkan Informasi dalam barcode dapat dibaca
oleh sebuah alat baca barcode atau lebih dikenal dengan barcode scanner. Dalam
PT.Coca-Cola Amatil indonesia informasi barcode dibaca dengan menggunakan alat
seperti Gadget dengan menggunakan aplikasi NEW ROAM (New Real Time Online
Application For Mobile Users). Sedangkana bentuk barcode yang digunakan yaitu berbentuk
QRCode, yang dimana QR sendiri merupakan singkatan dari Quick Response atau
respons cepat. Sehingga barcode ini dapat menyampaikan informasi dengan cepat
dan mendapatkan respon yang cepat pula. Berdasarkan hasil observasi sementara
saya pada bulan (Juli 2014) lalu di PT. Coca Cola Amatil Indonesia menunjukkan
bahwa sistem informasi pemasaran pada perusahaan tersebut sudah semakin maju
dan 6 efektif dengan menerapkan teknologi-teknologi terbaru. Seperti halnya
dalam mengumpulkan database pelanggan dari perusahaan tersebut. Bahkan untuk
setiap outlet, akan mendapat barcode guna memudahkan sales/marketer untuk
melakukan pendataan tentang data pelanggannya. Dengan tujuan agar pelanggan
tetap loyal dan terlebih dapat mendapatkan pelanggan baru. Adapun jumlah outlet
yang bekerjasama dengan perusahaan cukup banyak, sehingga setiap sales
representatif (SR) mendapatkan target dalam mengunjugi outlet yaitu sebanyak
300 outlet perorang atau SR. Gambar 4.6 jumlah outlet dibeberapa daerah Sumber
: Dok. Peneliti (26 Maret 2015) Sedangkan tujuan dari adanya barcode sendiri
adalah mengurangi kesalahan data atau memperkuat keakuratan data, dan
memonitoring aktivitas di outlet. 7 Tetapi dalam kenyataanya, dari pengamatan
peneliti (juli 2014) masih sering terjadi complain dari pemilik outlet yang
mengaku belum diberi stock produk selama berhari-hari. Selain itu juga masih
ada kesalahan dalam informasi data pelanggan, seperti nomor Telephone yang
sudah tidak aktif atau salah sambung atau alamat yang belum lengkap. Sehingga
tidak sesui dengan tujuan dari barcode tersebut. Dari uraian diatas, maka
peneliti berinisiatif mengambil judul “ Implementasi Barcode dalam Sistem
Informasi Pemasaran” (Studi Pada Outlet PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Cabang
Surabaya)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam hal ini sebagai berikut:
1) Bagaimana implementasi barcode
dalam sistem informasi pemasaran pada outlet PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
cabang Surabaya?
2) Bagaimana hasil dari implementasi
barcode dalam sistem informasi pemasaran pada outlet PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia cabang Surabaya?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mendiskripsikan bagaimana
implementasi barcode dalam sistem informasi pemasaran pada outlet PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia cabang Surabaya.
2. Mendiskripsikan bagaimana hasil dari
implementasi barcode dalam sistem informasi pemasaran pada outlet PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia cabang Surabaya
1.3.2 Manfaat Penelitian’
1. Bagi Perusahaan Dengan adanya penelitian
ini diharapakan dapat memberikan kontribusi untuk manajemen PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia yang berada di wilayah surabaya, dengan penelitian ini
diharapkan perusahaan terus memperbaiki dalam hal sistem informasi pemasaran
yang sudah diterapkan.
2. Bagi Peneliti a. Dapat menambah
pengetahuan dan wawasan untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam mengamati
permasalahan dalam lapangan b. Peneliti dapat mengaplikasikan ilmunya secara
langsung dengan menghadapi kondisi lapangan secara langsung c. Membandingkan
teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan dengan kenyataan yang berlangsung
di lapangan.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Implementasi barcode dalam sistem informasi pemasaran: Studi pada outlet PT. Coca-Cola Amatil Indonesia cabang Surabaya. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment