Abstract
INDONESIA:
Era globalisasi semakin menuntut adanya peningkatan standart tatanan dalam berbagai hal. Mahasiswa berjiwa wirausaha sangat dibutuhkan untuk mengurangi pengangguran dan indikator kemakmuran suatu negara. Hal itu dibuktikan dengan kurikulum universitas-universitas yang mulai mewajibkan matakuliah wirausaha/entrepreneur di semua fakultas dan jurusan. Penelitian ini bertujuan memahami dan mengetahui karakteristik entrepreneur mahasiswa.
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif, dengan pendekatan kualitatif, data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi, sedangkan metode analisis datanya menggunakan analisis deskriptif, karena pada penelitian ini penulis mendiskripsikan karakter entrepreneur mahasiswa. Pertanyaan wawancara yang ditanyakan kepada entrepreneur mahasiswa berdasarkan pada teori Longenecker (2001) yaitu tentang 4 karakteristik entrepreneur: kebutuhan akan keberhasilan, keinginan untuk mengambil resiko, percaya diri dan keinginan kuat untuk berbisnis.
Hasil dari 10 informan yang diwawancarai, karakteristik mahasiswa yang menjalankan suatu usaha pasti memiliki suatu keoptimisan untuk menjalankan suatu ambisi (kebutuhan akan keberhasilan). Mengambil resiko itu pasti. Resiko jadi seorang pengusaha adalah kerugian, resiko tidak bisa dihindari tetapi dihadapi dan bisa diperkecil. Tentang percaya diri seluruh informan serentak menyatakan bahwa kepercayaan diri itu perannya sangat penting dalam menjalankan usaha, antara karakteristik internal locus of control dan external locus of control seluruh pengusaha mahasiswa cenderung memilih internal locus of control yaitu kepercayaan bahwa kesuksesan seseorang tergantung pada usahanya sendiri, kesuksesan itu tidak tergantung pada keberuntungan yang datang tiba-tiba tanpa usaha dan pasti ada proses. Seluruh pengusaha mahasiswa memiliki dasar keinginan yang kuat untuk berbisnis. Peneliti menemukan bahwa mahasiswa yang memilih berprofesi sebagai entrepreneur karena terinspirasi dari Rasulullah Saw dan ingin menjalankan sunnahnya serta meringankan beban orang tua (mandiri) sebagai wujud dari bakti kepada kedua orang tua, dalam islam hal itu dinilai sebagai ibadah.
ENGLISH:
Era of globalization are increasingly demanding an increase in the standard order of things. Entrepreneurial students are needed to reduce unemployment and an indicator of a country's prosperity. This was evidenced by the curriculum of the universities require all entrepreneurial subjects in all faculties and departments. This study aims to understand and know the characteristics of the student entrepreneur.
This research is descriptive research, with a qualitative approach, the data used are the primary data and secondary data collection techniques interview, observation, and documentation, while the method of data analysis using descriptive analysis, as in this study the authors describe the character of student entrepreneurs.Interview questions asked of students based on the theory of entrepreneur Longenecker (2001) is about four characteristics of entrepreneurs: the need for success, willingness to take risks, confident and strong desire to do business.
From the 10 informants who were interviewed, the characteristics of students who run a business must have an optimism to run an ambition (the need for success). Taking risks is uncertain. Become an entrepreneur is a risk of loss, the risk can not be avoided but can be addressed and minimized. Confident about the whole informants simultaneously stated that confidence is a very important role in running the business, the internal characteristics and external locus of control locus of control all student entrepreneurs tend to choose an internal locus of control is the belief that a person's success depends on his own business, success not depend on luck that comes on suddenly with no effort and there must be a process. The whole business students have the basic desire to do business.Researchers found that students who choose to work as an entrepreneur because it is inspired by the Holy Prophet and want to run the Sunnah as well as ease the burden on the elderly (independent) as a form of devotion to both parents, in Islam it is considered as worship.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Konteks
Penelitian
Memasuki abad ke-21 semua bangsa akan dihadapkan pada berbagai
macam tantangan yang serius dan amat mendasar, utamanya berkaitan dengan
kompetisi yang berdimensi global. Di antara kemajuan-kemajuan teknologi,
menurunnya biaya transportasi dan komunikasi, dan inovasi luas yang begitu
pesat, batas-batas negara dan bangsa tak lagi menjadi hambatan. Di masa lalu,
kebanyakan orang jarang berdagang ke luar negeri; sekarang, banyak barang
buatan luar negeri yang kita pakai sehari-hari (Hovey,dkk 2009). Perubahan
lingkungan strategis yang ditandai oleh kecenderungan globalisasi yang
berlangsung secara intensif, akseleratif, melanda semua bangsa di dunia
(Ginandjar 1997). Menurut Harmoko (1998) arus globalisasi akan benar-benar
meneter ketahanan kultural, ideologis serta religiositas bangsa Indonesia pada
era 2003 (globalisasi AFTA) serta era 2020 (globalisasi total). Menurut survey
yang dilakukan BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah pengangguran di Indonesia
tahun 2010 tercatat 8,319,779 orang, diantaranya adalah lulusan SMA, SMK,
program diploma dan universitas. Sosiolog David McClelland berpendapat,”Suatu
negara bisa menjadi makmur bila ada entrepreneur (pengusaha) sedikitnya 2% dari
jumlah penduduknya”. Sedangkan Indonesia hanya 0,18% dari jumlah penduduk atau
sekitar 400.000 orang saja yang menjadi pengusaha. Indonesia masih jauh dari
angka kemakmuran jika dibandingkan dengan negara tetangga Singapore, mereka 2
memiliki 7% dari jumlah penduduk atau 355.600 orang sebagai pengusaha. Alhasil
sampai saat ini singapore kekurangan tenaga kerja dan mengimport dari luar
(Budiwiyono, 2009). Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang
terdidik, dan banyak pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan
pentingnya dunia entrepreneur. Pembangunan akan lebih berhasil jika ditunjang
oleh para entrepreneur yang dapat membuka lapangan kerja karena kemampuan
pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak akan mampu menggarap semua pembangunan
karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia, dan pengawasan.
Oleh sebab itu, wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah
maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan
bahwa jumlah entrepreneur Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa
dikatakan hebat, sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan
persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan. Jika kita perhatikan manfaat
adanya entrepreneur banyak sekali. Lebih rinci manfaatnya antara lain (Buchari
Alma, 2009) : 1. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi
pengangguran. 2. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi,
distribusi, kesejahteraan, dan sebagainya. 3. Menjadi contoh bagi anggota
masyarakat lain, sebagai pribadi unggul yang patut dicontoh, diteladani, karena
seorang entrepreneur itu adalah 3 terpuji, jujur, berani, hidup tidak merugikan
orang lain.
. Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha
selalu menjaga dan membangun lingkungan. 5. Berusaha memberi bantuan kepada
orang lain dan pembangunan sosial sesuai dengan kemampuannya. 6. Berusaha
mendidik karyawan menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, tekun dalam
menghadapi pekerjaan. 7. Memberi contoh bagaimana kita harus bekerja keras,
tetapi tidak melupakan perintah-perintah agama. 8. Hidup secara efisien, tidak
berfoya-foya dan tidak boros. 9. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam
pergaulan maupun kebersihan lingkungan. Melihat banyaknya manfaat adanya
entrepreneur diatas, maka terdapat dua darma bakti para entrepreneur terhadap
pembangunan bangsa, yaitu : 1. Sebagai entrepreneur, memberikan darma baktinya
melancarkan proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Wirausaha mengatasi
kesulitan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat. 2. Sebagai
pejuang bangsa dalam bidang ekonomi, meningkatkan ketahanan nasional,
mengurangi ketergantungan pada bangsa lain. Demikian besar darma bakti yang
dapat disumbangkan oleh para entrepreneur terhadap pembangunan bangsa, namun
masih banyak problem- problem yang dihadapi para entrepreneur dan orang kurang
berminat menekuni profesi tersebut. Penyebab dari kurangnya minat ini mempunyai
latar 4 belakang pandangan negatif masyarakat, antara lain sifat agresif, bersaing,
egois, tidak jujur, kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat,
pekerjaan rendah, dan sebagainya. Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian
besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik dengan dunia wirausaha. Mereka
tidak ingin anak-anaknya menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan
perhatian anak untuk menjadi pegawai negri, apalagi bila anaknya sudah bertitel
lulus perguruan tinggi. Mereka mengatakan, “untuk apa sekolah tinggi, jika
hanya mau jadi pedagang. ” pandangan seperti ini sudah berkesan jauh di lubuk
hati sebagian rakyat kita, mulai sejak zaman penjajahan Belanda sampai beberapa
dekade masa kemerdekaan. Pandangan seperti ini menyebabkan rakyat Indonesia
tidak termotivasi terjun ke dunia bisnis. Kita tertinggal jauh dari negara
tetangga, yang seakan-akan memiliki spesialisasi dalam profesi bisnis. Mereka
dapat mengembangkan bisnis besar- besaran mulai dari industri hulu sampai ke
industri hilir, meliputi usaha jasa, perbankan, perdagangan besar (grosir),
perdagangan eceran besar (department store, swalayan), eceran kecil (retail),
eksportir, importir, dan berbagai bentuk usaha lainya dalam berbagai jenis
komoditi (Winardi 2008). Rakyat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam
lupa, tidak banyak mengetahui akan ajaran Islam tentang pekerjaan di bidang
bisnis. Pernah Rasulullah Saw. Ditanya oleh para sahabat, Pekerjaan apakah yang
paling baik ya Rasulullah? Rasulullah menjawab, seseorang bekerja dengan
tanganya sendiri dan setiap jual beli yang bersih (HR. Al-Bazzar). Jual beli
yang bersih berarti sebagian dari profesi bisnis. Selain itu para ulama telah
sepakat mengenai kebaikan 5 pekerjaan dagang (jual beli), sebagai perkara yang
telah dipraktikan sejak zaman Nabi hingga masa kini. Dalam hadis lain
Rasulullah bersabda, pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama
para Nabi, orang shadiqiin, dan para syuhada (HR. Tirmidzi dan Hakim). Memang
demikian, menjadi seorang entrepreneur dalam menjalankan kegiatanya (berbisnis)
harus dilandasi dengan kejujuran. Apabila orang berbisnis tidak jujur, maka
tanggunglah kehancuranya. Apabila ia jujur, maka ia akan mendapat keuntungan
dari segala penjuru yang tidak ia duga dari mana datangnya, demikian menurut
ajaran agama. Saat ini, banyak anak muda mulai tertarik dan melirik profesi
bisnis yang cukup menjanjikan masa depan cerah. Diawali oleh anak-anak pejabat,
para sarjana dan diploma lulusan perguruan tinggi, sudah mulai terjun ke
pekerjaan bidang bisnis. Kaum remaja zaman sekarang, dengan latar belakang
profesi orang tua yang beraneka ragam mulai mengarahkan pandanganya ke bidang
bisnis. Hal ini didorong oleh persaingan diantara pencari kerja yang mulai
ketat. Lowongan pekerjaan mulai terasa sempit. Posisi pegawai negeri kurang
menarik, ditambah lagi dengan policy zero growth oleh pemerintah dalam bidang
kepegawaian. Saat ini orang tua sudah tidak berpandangan negatif lagi pada
dunia bisnis. Anak-anak muda tidak lagi malu berdagang. Bahkan para artis
banyak terjun ke dunia bisnis yang bergerak dalam berbagai komoditi. Peter Drucker
(1993) dalam Tama (2010) menyatakan bahwa seluruh proses perubahan ekonomi pada
akhirnya tergantung dari orang yang menyebabkan timbulnya perubahan tersebut
yakni sang “entrepreneur”. 6 Kebanyakan perusahaan yang sedang tumbuh dan yang
bersifat inovatif menunjukan suatu jiwa (spirit) entrepreneur.
Korporasi-korporasi berupaya untuk mendorong para manajer mereka menjadi
orang-orang yang berjiwa entrepreneur, universitas-universitas sedang
mengembangkan program-program entrepreneurship, dan para entrepreneur
individual menimbulkan perubahan- perubahan dramatik dalam masyarakat.
Keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata disponsori
oleh para entrepreneur yang berjumlah 2 % tingkat sedang, berwirausaha kecil
sebanyak 20% dari jumlah penduduknya. Inilah kunci keberhasilan pembangunan
negara Jepang. Saat ini negara kita mulai menyebarluaskan pengetahuan
kewirausahaan. Perguruan tinggi mewajibkan semua jurusan untuk memberikan mata
kuliah kewirausahaan yang bertujuan agar lulusan perguruan tinggi tidak bingung
dan canggung terjun ke masyarakat, mereka memiliki mental seorang entrepreneur
dan dapat mengenal pepohonan wirausaha yang akan dirintis, tidak gelap lagi
seperti melihat hutan rimba, tidak tau arah tujuan. Tidak lagi menyalahkan perguruan
tingginya, yang menghasilkan lulusan menjadi penganggur, pemerintah juga sudah
mengupayakan pemberian kredit agar dipermudah (Tama, 2010). Di jawa timur
memiliki jumlah penduduk 37.070.731 jiwa, pada bulan januari 2009 jumlah
pengangguran tercatat 1.000.256 orang (Budi Kurniawan 2011).
Sedangkan kota Malang yang memiliki 894.653 penduduk pada tahun
2010 pengangguran tercatat 11 ribu orang lebih. Sebagai kota pendidikan angka
pengangguran tersebut masih tergolong banyak dan harus di kurangi, Salah satu 7
visi kota Malang yaitu “menuju masyarakat yang maju dan mandiri. Pengertian
masyarakat yang maju dan mandiri adalah sebagai berikut: Masyarakat yang maju
adalah masyarakat yang maju dalam penguasaan ilmu dan teknologi, maju dalam
derajat kesehatannya dan maju dalam mengembangkan budaya dan pariwisatanya;
Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang mampu membiayai sendiri semua
kebutuhan dan aktifitas yang dilakukannya”. Perguruan tinggi negeri kota Malang
menjadi pilihan lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai kampus yang
bekompeten. Dengan latar belakang kota Malang sebagai kota pendidikan,
pariwisata dan industri, tentunya banyak sekali peluang yang tersedia bagi
entrepreneur mahasiswa untuk berkarya, berinovasi, serta mengenalkan produknya.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis
tertarik untuk mengambil judul “KARAKTERISTIK ENTREPRENEUR MAHASISWA (Studi
Pada Entrepreneur di Perguruan Tinggi Negeri Kota Malang)”.
1.2
Fokus
Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas
beberapa permasalahan pokok yang dapat dirumuskan adalah karakteristik apa saja
yang dimiliki seorang entrepreneur mahasiswa?
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan memahami karakteristik entrepreneur
mahasiswa.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1.
Teoritis
a.
Untuk mengembangkan ilmu manajemen bidang manajamen sumber daya manusia
mengenai karakteristik entrepreneur mahasiswa.
b.
Dapat di gunakan sebagai landasan bagi penelitian berikutnya yang ada
relevansinya dengan masalah ini
. 2.
Praktis Memberikan informasi yang bermanfaat kepada seluruh lapisan masyarakat
di Indonesia tentang karakteristik entrepreneur mahasiswa baik yang sedang
menjalani studi, berwirausaha maupun yang akan/sedang menjalani di dunia karir.
1.3
Batasan
Penelitian
Berdasakan pada konteks penelitian dan fokus
penelitian diatas, supaya dalam pembahasan ini tidak menimbulkan pengertian
ganda, maka sangat perlu kiranya diberikan batasan-batasan masalah.
1.
Meneliti karakteristik entrepreneur mahasiswa melalui pendekatan kualitatif.
2. Penelitian
ini akan dilaksanakan observasi dan wawancara pada entrepreneur mahasiswa di
perguruan tinggi negeri kota Malang (UNIBRAW, UM, UIN MALIKI Malang). 3. Daftar
pertanyaan wawancara yang dilakukan akan dilandasi oleh teori karakteristik
entrepreneur milik Longenecker (2001) agar tidak melebar.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Karakteristik entrepreneur mahasiswa: Studi pada entrepreneur di perguruan tinggi negeri Kota Malang.". Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment