Abstract
INDONESIA:
Manajemen laba terlahir dari adanya masalah keagenan, yaitu ketidak sejajaran kepentingan antara principal (pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer). Untuk itu dilakukanlah penelitian ini yang bertujuan menganalisis pengaruh corporate governance dengan proksi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komite audit serta rasio leverage dengan proksi rasio leverage terhadap manajemen laba perusahaan yang terdaftar di JII pada tahun 2007-2011.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi asosiatif. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2007-2011 dengan menggunakan metode purposive sampling yang menghasilkan 8 sampel perusahaan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk analisis data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara bersama-sama (simultan) ukuran dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komite audit serta rasio leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Secara parsial hanya variabel kepemilikan institusional yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Artinya, semakin tinggi nilai kepemilikan institusional akan mengurangi praktik manajemen laba. Sebaliknya semakin rendah kepemilikan institusional, praktik manajemen laba akan semakin meningkat. Sedangkan dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, komite audit, dan rasio leverage tidak berpengaruh secara konsisten terhadap manajemen laba. Hal ini dilakukan mungkin hanya untuk pemenuhan regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance di dalam perusahaan.
ENGLISH:
Earning management derives from the agency problems, such as misalignment of interests between the principal (owner/stockholder) and the agent (manager). Therefore, this research aims to analyze the influence of corporate governance with independent board of commisioners proxy, institutional ownership, managerial ownership, audit committee and leverage ratios with leverage ratio proxy on the earning management of companies registered in JII in 2007-2011.
This research is an associative explanation research. The samples in this research are companies registered in JII in the period of 2007-2011 by using purposive sampling method which produces 8 sample companies. The research employs a secondary data. To analyze the data, it uses multiple regression analysis.
The research results show that the measurement of independent board, institutional ownership, managerial ownership and audit committee with leverage ratio have a simultaneous significant influence on the earning management. Only the variable of institutional ownership has the partial significant influence on the profit management. It means that at higher institutional ownership value, the earning management practice is lower. At the lower institutional ownership, the earning management practice will increase. Whereas, independent board, managerial ownership, audit committee, and leverage ratio have no consistent influence on the profit management. It might be done only to fulfil the regulation and not to maintain a good corporate governance in the companies
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Menurut
teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan
pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan (agency
problems), yaitu ketidak sejajaran kepentingan antara principal
(pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer). Jensen dan Meckling (1976) dalam
Puspa (2003) memandang baik principal dan agent merupakan pemaksimum
kesejahteraan, sehingga ada kemungkinan besar bahwa agent tidak selalu
bertindak demi kepentingan terbaik dari principal.
Konflik
ini juga tidak terlepas dari kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan
sendiri (moral hazard) dengan mengorbankan kepentingan pihak lain, karena
walaupun manajer memperoleh kompensasi dari pekerjaannya, namun pada
kenyataannya perubahan kemakmuran manajer sangat kecil dibandingkan perubahan
kemakmuran pemilik/pemegang saham (Puspa, 2003 : 176). Menurut Jeffrio (2011),
Teori agensi mengasumsikan bahwa setiap individu termotivasi oleh kepentingan
dirinya sendiri sehingga dapat menimbulkan konflik antara prinsipal dan agen.
Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya
dengan profitabilitas yang selalu meningkat, sedangkan agen termotivasi untuk
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya (Jeffrio, 2011 :
13). 2 Berdasarkan sifat yang hanya mementingkan dirinya sendiri itulah
manajemen dapat melakukan tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan perusahaan
secara keseluruhan yang dalam jangka panjang dapat merugikan kepentingan
perusahaan. Bahkan manajemen dapat bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat
untuk melakukan rekayasa yaitu pemanfaatan keadaan untuk melakukan manajemen
laba (Boediono, 2005).
Menurut Purnomo (2009) dalam Kustinah (2011)
menyatakan, dalam melakukan perekayasaan atas laporan keuangan, terdapat
beberapa teknik yang mungkin dilakukan manajer dalam melakukan manajemen laba
diantaranya, (1) Manajemen Akrual (Accrual Management) yang berkaitan dengan
segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas, (2) Penetapan Kebijakan
Akuntansi Wajib (Adoption of Mandatory Accounting Changes) yang berkaitan
dengan suatu kebijakan akuntansi yang wajib dilakukan oleh perusahaan, (3)
Perubahan Akuntansi Secara Sukarela (Voluntary Accounting Changes) yang
berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metoda
akuntansi tertentu diantara sekian banyak metoda yang sesuai dengan
Prinsip-prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) (Kustinah, 2011 : 128).
Untuk
mendeteksi ada tidaknya manajamen laba, maka pengukuran atas akrual adalah hal
yang sangat penting untuk diperhatikan. Pada praktiknya, manajemen laba
merupakan manajemen akrual. Dalam mendeteksi manajemen laba para banyak
peneliti menggunakan beberapa model yang telah diulaskan oleh beberapa ahli
terdahulu. Model Healy (1985) yang merupakan model awal dalam pendeteksian
manajemen laba. Healy (1985) memprediksi bahwa manajer secara 3 oportunistik
mengelola income bersih untuk memaksimalkan bonus mereka dibawah rencana
kompensasi perusahaan. Dalam menentukan ukuran manajemen laba menggunakan cara
membandingkan rata-rata total akrual (dibagi total aset periode sebelumnya).
Model De Angelo (1986) menguji manajemen laba dengan menghitung perbedaan awal
dalam total accrual dan dengan asumsi bahwa perbedaan pertama tersebut
diharapkan nol (0), yang berarti tidak ada manajemen laba. Model Jones (1991)
dalam menentukan manajemen laba dengan menambahkan akrual total keseluruhan dan
pengembalian saham keseluruhan sebagai dua variabel penjelasan tambahan serta
menggantikan perubahan penjualan dalam model Jones dengan penjualan tunai
(Siswardika, 2012 : 136-146).
Berdasarkan
model Jones (1991) banyak dilakukan modifikasi-modifikasi dari berbagai ahli.
Dalam Model Modifikasi Jones secara implisit berasumsi bahwa seluruh perubahan
dalam penjualan kredit di perioda peristiwa berasal dari manajemen laba.
Industri Adjusted Model, model ini berasumsi bahwa variasi dalam penentuan
akrual bukan pilihan adalah umum terjadi diantara perusahaan dalam industri
yang sama. Selanjutnya Model kang dan Sivaramakrishnan (1995) dalam model Kang
dan Sivaramakrishnan bergantung pada pendekatan alternatif yang dalam hal ini,
(a) mengestimasi akrual yang dikelola dengan menggunakan tingkatan daripada
menggunakan perubahan dalam aset lancar dan utang lancar, (b) mencakup harga
pokok penjualan dan juga beban lain-lain, dan (c) tidak membutuhkan regresi
menjadi tidak terkontaminasi. Terakhir model Khotari (2005), model ini
mengestimasi model yang serupa dengan Jones dan model modified jones, namun
memasukkan ROAit (Return on Asset) atau RORit-1. Pendekatan ini didesain untuk
4 memasukkan performance measure dalam regresi akrual. (Siswardika, 2012 : 136-
146).
Banyaknya
pertentangan mengenai manajemen laba terkait apakah manajemen laba ini dapat
dibenarkan atau merupakan manipulasi terhadap riil aktivitas dan bisnis.
Manajemen laba sudah menjadi fenomena umum yang terjadi di berbagai negara.
Praktik tersebut menuai banyak diskusi, penelitian dan juga kontroversi.
Perbedaan pendapat antara akademisi, praktisi, dan regulator membuahkan
persepsi yang sangat berbeda dalam memandang persoalan manajemen laba (Jeffrio,
2011) Richardson (1998) dalam Jeffrio (2011) mengemukakan bahwa dari beberapa
studi menunjukkan kemungkinan terjadinya intervensi pihak manajemen dalam
proses laporan keuangan yang tidak saja melalui keputusan operasional, tetapi
melalui estimasi dan metode akuntansi yang digunakan. Misalnya, Standart
Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan ruang bagi manajemen untuk memilih
kebijakan akuntansi yang lebih merepresentasikan keadaan perusahaan
sesungguhnya sehingga ruang ini dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk
melakukan manajemen laba.
Hal
ini lebih dimungkinkan lagi ketika informasi yang disampaikan terkadang
diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya, yang dikenal
sebagai asimetri informasi (Jeffrio, 2011 : 2). Menurut Millstein (1999) dalam
Jeffrio (2011), untuk mengurangi perilaku manajemen laba, perlu dilakukan
mekanisme corporate governance. Corporate governance telah muncul pada tahun
1970-an ketika ada permasalahan dalam pelaporan keuangan. Menurut Forum For
Corporate In Indonesia (FCGI) (2000) 5 dalam publikasi yang pertamanya
mempergunakan definisi Cadbury Committee mendefinisikan corporate governance
adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta
para pemegang kepentingan intern dan extern lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur
dan mengendalikan perusahaan.
Disamping
itu FCGI juga menjelaskan, bahwa tujuan dari corporate governance adalah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Secara lebih rinci, terminologi corporate governance dapat dipergunakan untuk
menjelaskan peranan dari perilaku dari Dewan Direksi, Dewan Komisaris, pengurus
(pengelola) perusahaan, dan pemegang saham. (FCGI, 2000 : 1) Pengaruh mekanisme
corporate governance terhadap manajemen laba, baik di Indonesia maupun di luar
negeri telah dibuktikan oleh beberapa peneliti. Di Indonesia, Ujiyantho dan
Bambang (2007) menganalisis mengenai mekanisme corporate governance, manajemen
laba dan kinerja keuangan (studi pada perusahaan go publik sektor manufaktur),
menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemn
laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Jeffrio (2011).
Hal
ini berarti semakin tinggi kepemilikan manajerial, praktik manajemen laba akan
semakin berkurang. Sebaliknya semakin rendah kepemilikan manajerial akan meningkatkan
praktik manajemen laba. Selain itu, Ujiyantho (2007) menemukan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba. Hasil penelitian tersebut mendukung dengan hasil penelitian
Jeffrio (2011) yang 6 menyatakan bahwa berapapun persentase kepemilikan
institusional tidak akan memengaruhi manajemen laba. Bayu (2012) melakukan
penelitian dengan menguji pengaruh corporate governance yang terdiri dari
ukuran dewan direksi, komite audit, dewan komisaris independen, reputasi
auditor, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengidentifikasikan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara dewan komisaris independen, reputasi
auditor, dan ukuran perusahaan dengan manajemen laba, sedangkan ukuran dewan
direksi, komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen
laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bayu,
2012). Penelitan mengenai hubungan dewan direksi yang dilakukan oleh Bayu
(2012) didukung oleh Jeffrio (2011) yang juga menyimpulkan bahwa dewan
komisaris independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan
hasil penelitian Ujiyantho (2007), yang menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Alasan lain yang
digunakan manajemen melakukan tindakan manajemen laba adalah ketika munculnya
risiko keuangan tinggi karena tidak dikelola dengan baik. Jeffrio (2011) dalam
penelitiannya mengenai hubungan rasio keuangan yang menggunakan proksi atas
leverage, arus kas bebas, dan rasio lancar terhadap manajemen laba menyatakan
bahwa hanya rasio lancar yang memiliki pengaruh positif, sedangkan rasio
laverage dan arus kas bebas berpengaruh negatif terhadap 7 manajemen laba.
Di
sisi lain penelitian Tarjo (2008) menemukan bahwa leverage berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Jiambalvo (1996) dalam Jeffrio (2011)
mengatakan, rasio leverage mengukur sejauh mana aktiva perusahaan telah
dibiayai oleh penggunaan hutang. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage
tinggi akibat besarnya jumlah hutang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki
perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam tidak
dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya.
Perusahaan
akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan
pendapatan maupun laba. Tingginya rasio laverage mendorong manajemen melakukan
manipulasi laba agar terhindar dari pelanggaran perjanjian hutang (Jeffrio,
2011 : 6). Dalam kebanyakan penelitian yang dilakukan lebih banyak mengambil
sektor manufaktur yang terdaftar di BEI. Untuk itu peneliti sekarang ingin
menekankan penelitian yang berobjek pada perusahaan yang memiliki karakteristik
khusus semisal saham yang tergolong saham syariah. Jakarta Islamic Indeks atau
JII merupakan benchmark investasi syariah atau indeks syariah yang dioperasikan
pada perdagangan reguler atas panduan dari Dewan Syariah Nasional MUI.
Saham-saham yang masuk kriteria JII adalah saham-saham yang operasionalnya
tidak mengandung unsur ribawi, permodalan perusahaan juga bukan mayoritas dari
hutang. Jadi bisa kita katakan bahwa saham-saham yang tergabung dalam JII ini
adalah saham-saham yang pengelolaan dan manajemennya terbilang sudah
transparan. Serta saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui filter
syariah terlebih dahulu. Dalam melaksanakan pengawasannya perusahaan yang masuk
kedalam JII harus melalui 8 BAPEPAM, PT Danareksa Invesment Management (PT
DIM), serta bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional yaitu MUI.
Serta merupakan saham yang termasuk 10
kapitalisasi pasar terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir dan memiliki rasio
Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%. Diharapkan dengan adanya filter
ini perusahaan yang masuk ke JII terbebas dari manipulasi laba atau manajemen
laba. Menurut hasil pantauan BEI (2009), selama tiga tahun terakhir sejak
pertengahan 2007 sampai dengan oktober 2009, indeks JII menunjukkan pola
pergerakan yang sangat fluktuatif dalam rentang (range) yang sangat besar.
Setelah berhasil mencapai break high sepanjang sejarah pasar modal pada level
521,433, indeks JII ikut terperosok jatuh begitu dalam akibat krisis ekonomi
global yang dipicu oleh memburuknya perekonomian AS dan sebagian Eropa. Krisis
ekonomi global yang dipicu oleh kehancuran “Backed Securities” dengan
underlying kredit perumahan kualitas rendah (subprime mortgage). Indeks JII
anjlok sangat dalam hingga mencapai level terendahnya 166,917 pada September
2008. Saham-saham dalam JII yang selama ini manjadi motor penggerak indeks
justru menjadi sumber kejatuhan hingga level terburuk sejak 2004. Setelah
perekonomian dunia mulai mengalami pemuliahan kembali pada Maret-Agustus 2009,
indeks JII yang dimotori oleh saham blue chips kembali menunjukkan kekuatan
kinerja fundamentalnya. Indeks JII pun bangkit kembali secara konsisten hingga
mencapai level pemulihan yang cukup baik, yaitu di posisi 383,665. Berikut
pergerakan indeks JII pada tahun 2007-2009 : 9 Gambar 1.1 Pergerakan Indeks JII
2007-2009 Sumber : BEI 2009 Dilain pihak menurut Wahyu Sidarta, Pemerintah
menargetkan pertumbuhan ekonomi 2010 di kisaran 5-6 persen yang dihitung
berdasarkan perekonomian tahun 2009.
Pertumbuhan
ekonomi tersebut pastinya akan mendorong kegiatan ekspor dan tentunya impor
akan positif lagi, berdampak juga bagi investasi dalam maupun luar negeri. Jika
melihat Top Ten JII, sebagian besar didominasi oleh sektor agrikultural dan
pertambangan. Hal ini dikarenakan krisis ekonomi global saat ini telah membuat
harga – harga komoditi terus melonjak, seperti minyak mentah yang sempat
menyentuh kisaran US$80/barel atau US$0,504/liter (Rp. 4.700,-/liter). Harga
emas pun saat ini diperdagangkan pada kisaran harga US$34/gram (Rp.
320.000,-/gram). Seiring dengan harga minyak, harga komoditi lainnya
diperkirakan masih akan terus menanjak tinggi, terutama saat ini yang menjadi
“selebritis” tanah air maupun global adalah minyak kelapa sawit dan batu bara.
Kedua komoditi tersebut merupakan salah satu ekspor utama Indonesia, yang
dimana cukup diminati oleh negeri asing. Bertolok ukur pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Jeffrio (2011) yang meneliti pengaruh corporate
governance, risiko keuangan, dan struktur 10 kepemilikan terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan menggunakan indikator
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, dan dewan
komisaris sebagai proksi corporate governance dan mengunakan model Kang dan
Sivaramakhrisnan (1995) sebagai metode mendeteksi manajemen laba. Peneliti
tertarik untuk meneliti kembali mengenai hubungan corporate governance dengan
proksi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris,
komite audit dan rasio leverage terhadap manajemn laba, karena
variabel-variabel tersebut merupakan variabel yang berpengaruh terhadap
manajemen laba dan menuai hasil berbeda-beda dari penelitian sebelumnya.
Penekanan yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya dengan melihat objek penelitian yang memfokuskan pada
perusahaan yang terdaftar di JII periode 2007-2011 kerena dalam indeks JII yang
telah dijelaskan diatas mengalami pergerakan saham yang fluktuatif di tahun
penelitian dan juga dikarenakan saham yang masuk kedalam JII tidak mengandung
unsur spekulatif maupun keuntungan yang tetap, sehingga perusahaan akan adil
dalam pembagian keuntungan, serta belum banyak peneliti sebelumnya yang
melakukan penelitian yang mengambil saham yang berbasis syariah kedalam objek
penelitiannya, sehingga diharapkan mampu memberikan bukti yang lebih akurat
pengaruh corporate governance dan rasio laverage pada perusahaan yang termasuk
perusahaan berbasis syariah. Dalam menentukan ukuran manajemen laba, peneliti
menggunakan model Kothari (2005) yang disarankan oleh Jeffrio (2011). Arifin
(2012) menyatakan, 11 model Kothari merupakan model yang memiliki daya prediksi
yang lebih kuat dibandingkan dengan model sebelumnya, model Kothari dapat
memberikan tambahan kontrol terhadap proksi manipulasi laba.
Latar
belakang Kothari et al (2005) dalam menggunakan ROA sebagai variabel yang cocok
daripada variabel lainnya (misalnya, ukuran, pertumbuhan laba, hasil
pendapatan, market-to-book, dll) dalam menentukan akrual diskresioner. Pertama,
Dechow et al. (1998) dalam model akrual dalam pembahasannya, menunjukkan
kontrol ROA untuk efek kinerja diukur akrual diskresioner. Kedua, Barber dan
Lyon (1996) menggunakan pendekatan ROA untuk mendeteksi kinerja operasi normal
(Barber dan Lyon tidak fokus pada akrual) menggunakan desain penelitian dalam
perusahaan yang diteliti. Dalam penelitiannya menemukan bahwa mengukur kinerja
operasi dengan menggunakan ROA cenderung lebih baik daripada menggunakan
variabel lain. Kothari et al. (2005) menemukan bahwa menggunakan ROAt tahun
berjalan lebih baik daripada ROAt-1 tahun sebelumnya. Dengan demikian,
diperkirakan discretionary accrual lebih terkontrol dalam perusahaan yang
diteliti (Kothari et al, 2005). Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Corporate
Governance dan Rasio Leverage Terhadap manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan
yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)”
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah corporate governance dan rasio leverage secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar
di JII periode 2007-2011?
2.
Apakah corporate governance dan rasio leverage berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di JII periode
2007-2011?
1.3 Tujuan
Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diungkapkan
diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan menganalisis
pengaruh corporate governance dan `rasio leverage secara parsial terhadap
manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di JII periode 2007-2011
Untuk menguji dan menganalisis
pengaruh corporate governance dan rasio leverage secara simultan terhadap manajemen
laba pada perusahaan yang terdaftar di JII periode 2007-2011?
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis Sebagai bahan pembelajaran dan tambahan pengetahuan
dalam kajian akuntansi keuangan mengenai hubungan corporate governance dan
rasio leverage terhadap manajemen laba.
2. Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan bisa atau mampu
memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama kajian mengenai
akuntansi keuangan yaitu hubungan corporate governance dan rasio leverage
terhadap manajemen laba.
3. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam memperhatikan pelaksanaan Good
Corporate Governance (GCG)
1.5 Batasan Penelitian
Agar penelitian ini dapat memberikan pemahaman sesuai yang
diharapkan, maka dalam melakukan penelitian ini terdapat batasan yang
ditetapkan, yaitu
1. Objek penelitian yang dipilih adalah perusahaan yang secara
konsisten atau telah stabil terdaftar di Jakarta Islamic Index periode
2007-2011.
2. Ada tidaknya pengaruh signifikan
terhadap manajemen laba diproksikan oleh proksi corporate governance yaitu
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen,
komite audit dan proksi rasio leverage yaitu rasio leverage
3. Data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah
laporan keuangan pada seluruh perusahaan yang konsisten terdaftar di Jakarta
Islamic Index (JII) periode 2007-2011 yang diperoleh dari situs BEI.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Pengaruh corporate governance dan rasio leverage terhadap manajemen laba" Ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment