Abstract
INDONESIA:
Laporan keuangan sebagai suatu media penghubung dan penyalur informasi yang bermanfaat bagi perusahaan yang listing di BEI maupun para stakeholder. Penggunaan modal memerlukan kombinasi untuk menghasilkan biaya modal yang rendah dari masing-masing sumber modal. Adanya pilihan bagi manajer akan kebijakan akuntansi memungkinkan dilakukannya manajemen laba terhadap tingkat imbal hasil yang merupakan tingkat pengembalian yang diinginkan oleh para investor.Demikian pula perbedaaan informasi yang diperoleh antara manajer dan pemegang saham mengakibatkan pengaruh terhadap tingkat pengembalian biaya modal ekuitas sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya pengaruh manajemen laba dan asimetri informasi terhadap biaya modal ekuitas pada bank konvensional yang memiliki unit usaha syari’ah di BEI periode 2009-2011, dengan menggunakan data sekunder annual report. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena menitik beratkan pada pengujian hipotesis. Hipotesis yang telah dibuat di uji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dalam penelitian ini, Manajemen laba dan asimetri informasi merupakan variabel bebas yang mana manajemen laba di proksikan menggunakan model modified jones. Sedangkan asimetri informasi di hitung dengan bid ask spread. Untuk variabel terikat yakni biaya modal ekuitas di hitung dengan menggunakan model ohlson. Metode pengambilan sampel yang digunakan yakni purposive sampling, sehingga didapat 10 bank sebagai sampel penelitian.
Hasil analisis yang telah dilakukan, melalui Uji F manajemen laba dan asimetri informasi berpengaruh secara signifikan terhadap biaya modal ekuitas dengan tingkat signifikansi sebesar 2.1%. Sedangkan melalui Uji T menghasilkan manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas dengan nilai signifikansinya sebesar 1,6%, tetapi asimetri informasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap biaya modal ekuitas dengan nilai signifikansinya sebesar 32,6%. Hal ini dapat disebabkan variabel independen yang digunakan hanya dapat menerangkan sebagian kecil dari variabel dependen yang ditunjukkan
oleh nilai koefisien determinasi (R2) hanya sebesar 24,8% dan sisanya 75,2% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dipergunakan dalam penelitian ini.
oleh nilai koefisien determinasi (R2) hanya sebesar 24,8% dan sisanya 75,2% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dipergunakan dalam penelitian ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Maksimum
profit atas produk atau jasa yang dihasilkan adalah harapan setiap perusahaan.
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham Gapensi, 1996
dalam Natalia, 2010). Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang terdiri
dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas
(standar akuntansi keuangan no. 1). Laporan keuangan sebagai suatu media
penghubung dan penyalur informasi yang bermanfaat baik bagi perusahaan yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun bagi stakeholder.
Dalam
Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Nomor 1, dinyatakan bahwa
laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk investor dan
calon investor, kreditur, dan pemakai lain dalam pengambilan keputusan
investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis serta rasional. Agar berguna
bagi para pemakai, maka kualitas laporan keuangan perlu dijaga. Dalam PSAK NO 1
Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Pelaporan Keuangan, disebutkan empat
karakteristik kualitatif laporan keuangan yang berkualitas. Empat karakteristik
kualitatif tersebut adalah dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat
diperbandingkan. Penggunaan sumber – sumber modal memerlukan suatu kombinasi
untuk menghasilkan biaya modal yang rendah dari masing – masing sumber modal,
untuk itu pihak manajemen terlebih dahulu harus memahami dan mengetahui konsep
biaya modal tersebut.
Adanya
tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan merupakan tingkat pengembalian
yang diinginkan oleh investor untuk dapat menanamkan uangnya di perusahaan, dan
dikenal dengan sebutan biaya modal ekuitas. Biaya modal merupakan konsep yang
dinamis yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Asumsi yang berkaitan dengan
resiko dan pajak sering kali mendasari struktur biaya modal. Asumsi dasar yang
digunakan dalam estimasi biaya modal adalah resiko bisnis dan resiko keuangan
adalah tetap. Adanya pasar modal merupakan media yang dapat mempertemukan pihak
yang akan memberikan dana dengan perusahaan yang membutuhkan dana.
Dalam
Yuanita (2006) menyatakan bahwa agar dapat memperoleh dana dari pihak penyedia
dana, perusahaan dapat menerbitkan saham atau obligasi yang akan diperjual
belikan di pasar modal. Demikian juga informasi laba membantu pemilik atau
pihak yang lain dalam mengestimasi kekuatan laba untuk menaksir investasi.
Pentingnya informasi laba harus disadari oleh pihak manajemen sebagai pihak
yang diukur kinerjanya. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja
manajemen selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian
pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja dalam pertanggungjawaban
manajemen dalam pengelolaan sumberdaya yang dipercayakan kepada mereka, serta
digunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan.
Tetapi
ada juga informasi menjadi tidak valid sehingga membuat para investor salah
dalam mengambil keputusan. Menurut Healy dan Wahlen (1999) dalam Yuanita
(2006), ada tiga kondisi yang menyebabkan komunikasi melalui laporan keuangan
tidak sempurna dan tidak transparan yaitu : 1) Dibanding dengan investor,
manajer memiliki informasi lebih banyak tentang strategi dan operasi bisnis
yang dikelolanya. 2) Kepentingan manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan
investor 3) Ketidak sempurnaan dari aturan akuntansi dan audit Dengan adanya
alasan tersebut akan mendorong timbulnya praktik manajemen laba. Menurut
Bagnoli dan Watts (2000) dalam Utami (2006), praktik manajemen laba banyak
dilakukan oleh manajemen karena mereka menganggap bahwa perusahaan lain juga
melakukan hal yang sama.
Dengan demikian, kinerja kompetitor juga dapat
menjadi pemicu untuk melakukan praktik manajemen laba karena investor dan
kreditur akan melakukan komparasi untuk menentukan perusahaan mana yang
mempunyai rating yang baik (favorable). Manajemen laba merupakan intervensi
manajemen dalam proses menyusun pelaporan keuangan eksternal sehingga dapat
menaikkan atau menurunkan laba akuntansi yang sesuai dengan kepentingan
pelaksanaan manajemen laba tersebut (Schipper, 1989 dalam Waode, 2011).
Di lain sisi, manajemen laba diartikan sebagai
pilihan bagi manajer akan kebijakan akuntansi untuk mencapai suatu tujuan yang
spesifik. Penelitian pertama terkait dengan manajemen laba yakni oleh Healy
(1985) yang memprediksi bahwa manajer dalam kesempatannya mengelola income
bersih untuk memaksimalkan motivasi dari adanya manajemen laba yakni motivasi
bonus. Healy mempertimbangkan 2 pendekatan dalam mengelola pendapatan bersih.
Pertama, dengan mengendalikan beragam akrual. Kedua adalah dengan mengubah
kebijakan akuntansi itu sendiri. Temuan dari Healy yang signifikan yakni bahwa
manajer menggunakan akrual untuk mengelola manajemen laba untuk memaksimalkan
bonusnya.
Dari
pengertian manajemen laba di paragraf sebelumnya, banyak orang akan beranggapan
bahwa manajemen laba itu buruk, hal ini dikarenakan manajemen laba
mengimplikasikan pengurangan reabilitas informasi laporan keuangan. Schipper
(1989) menyatakan bahwa sangat mahal bagi pihak lain untuk mencari tahu
informasi dari dalam yang berasal dari manajer.
Pernyataan
ini di perkuat oleh Jones (1991) yang menyatakan bahwa konsumen individual juga
merasa tidak penting untuk mendapat informasi tentang aplikasi untuk
perlindungan tarif dihadapan ITC, karena dampaknya tidak terlalu berpengaruh
terhadap peningkatan harga mereka. Pihak ITC pun tidak perduli untuk
menginvestigasi manajemen laba selama tidak ada keluhan dari pelanggan.
Di Indonesia berada pada tingkat menengah
manajemen laba dibandingkan dengan 31 negara yang menjadi sampel. Untuk skor
legal enforcement Indonesia mendapat skor 2,9 dan merupakan skor terendah dari
31 negara (leuz et al 2003, dalam Utami 2005), artinya bahwa legal enforcement
di Indonesia sangat lemah dan ini berdampak pada rendahnya tingkat proteksi
terhadap investor. Adanya bukti empirik bahwa tingkat manajemen laba emiten di
Indonesia relatif tinggi dan tingkat proteksi terhadap investor yang rendah,
menimbulkan pertanyaan apakah investor mempertimbangkan besaran akrual (proksi
manajemen laba) dalam menentukan tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan
(required rate of return). Tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan adalah
tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor untuk mau menanamkan uangnya
di perusahaan, dan dikenal dengan sebutan biaya modal ekuitas. Penelitian
empiris yang dilakukan oleh Dechow et al (1996) dalam Kharisma (2006), yang
menguji tentang dampak dari tindakan manipulasi laba terhadap biaya modal
menghasilkan bahwa biaya modal perusahaan yang terkena sangsi SEC (Securities
Exchange Commision) karena diduga melakukan manajemen laba lebih tinggi secara
signifikan dibandingkan dengan sampel control. Dalam penelitian yang dilakukan
Kharisma (2006) menghasilkan bahwa adanya pengaruh negatif yang signifikan pada
praktek manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas. Tetapi terdapat hasil
positif, antara praktek pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas
yang diteliti oleh Wiwik Utami (2006).
Dari
hasil tersebut, menunjukkan bahwa semakin besar manajemen laba yang dilakukan,
maka akan meningkatkan biaya modal ekuitas. Dari beberapa penelitian di atas
dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi manajemen laba yang dilakukan oleh
seorang manajer, maka biaya modal ekuitas yang timbul dan yang akan dikeluarkan
oleh perusahaan semakain besar pula. Terdapat pula alasan lain mengenai sisi
positif dari manajemen laba yakni dapat mempertimbangkan pro dan kontranya baik
dari perspektif pengadaan kontrak maupun dari perspektif pelaporan keuangan.
Dalam penelitian Subramanyam (1996) menemukan bahwa setelah pengendalian efek
arus kas operasi dan akrual non diskresioner terhadap return saham, pasar modal
merespon secara positif terhadap akrual diskresioner, konsisten dengan manajer,
yang menggunakan earning management untuk mengungkapkan informasi dari dalam
tentang daya earning dimasa mendatang. Tetapi bagaimanapun, tergantung pada
model Jones dalam memisahkan akrual menjadi komponen diskresioner dan non
dikresioner dalam cara yang konsisten.
Selain
itu, Laporan keuangan digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen
perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan
keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (di luar manajemen). Bagi
para pengguna eksternal, laporan keuangan tersebut penting terutama sekali
karena berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Para pengguna
internal (para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau
perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi,
sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar
para pengguna eksternal yang diperuntukkan sebagai pengambilan keputusan.
Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri
informasi (information asymmetry) yakni suatu kondisi di mana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia
informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya
sebagai pengguna informasi (user).
Ditemukannya beberapa peneliti yang telah
meneliti terlebih dahulu terkait dengan hubungan asimetri informasi dengan
biaya modal ekuitas. Salah satunya yakni Komalasari (2000) dalam Agus (2012),
dalam penelitian ini menggunakan bid-ask spread, hasilnya menunjukkan bahwa ada
hubungan positif antara asimetri informasi dengan biaya modal ekuitas. Dari
penelitian ini, maka semakin tinggi tingkat asimetri informasi maka semakin
tinggi biaya modal ekuitas. Informasi akuntansi yang berkualitas berguna bagi
investor untuk menurunkan asimetri informasi. Asimetri Informasi timbul ketika
manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa depan
dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Ketika timbul asimetri
informasi, keputusan ungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga
saham sebab asimetri informasi antara investor yang lebih terinforman dan
investor kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi
likuiditas yang diharapkan dalam pasar untuk saham–saham perusahaan (dalam
Waode 2011).
Penelitian
yang akan dilakukan oleh penulis yakni untuk mereplikasi atas ketidak
konsistenan hasil penelitian sebelumnya oleh beberapa peneliti. Misalnya,
penelitian Wiwik Utami (2006) yang melakukan penelitian di perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ 2001-2002 yang menghasilkan bahwa manajemen
laba berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas, sedangkan penelitian
Kharisma Yuanita Maharani (2006) meneliti pada perusahaan manufaktur di BEJ
2003-2004 menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif antara manajemen laba terhadap
biaya modal ekuitas.
Selain
motivasi di atas, penelitian ini menggunakan bank konvensional yang memiliki
unit usaha syari’ah sebagai objek penelitian. Hal ini dapat dilihat dari
struktur organisasi terdapat Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang juga adalah
anggota dari Dewan Syari’ah Nasional (DSN). Selain itu, secara berkala laporan
keuangan akan di awasi dan diperiksa oleh Bank Indonesia untuk menjamin
pengelolaan dana masyarakat dan menjalankan kegiatan usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syari’ah, yang artinya bahwa dengan adanya
pengawasan yang lebih intensif dalam laporan keuangan. Sehingga dengan adanya
pengawasan tersebut, apakah juga terjadi Manajemen Laba sebagaimana penelitian
terdahulu? Hal ini yang memotivasi penulis dengan berbagai perbedaan, yaitu (1)
sampel dari penelitian ini adalah bank konvensional yang memiliki unit syariah
yang telah listing pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 tahun sejak tahun
2009, (2) penulis menambahkan variabel bebas yakni asimetri informasi.
Dengan
mengembangkan penelitian ini, penulis akan menguji apakah sama hasil yang
diperoleh antara pengujian pada perusahaan jasa yakni bank dengan hasil
pengujian pada sektor manufaktur. Pemilihan variabel bebas (manajemen laba dan
asimetri informasi) dalam penelitian ini, selain melihat dari beberapa
penelitian terdahulu yang mana variabel bebas tersebut lebih mendominasi
pengaruh terhadap variabel terikat (biaya modal ekuitas), juga dari laporan
keuangan sebagai sumber utama informasi. Hal ini juga telah dijelaskan dalam
ayat Al-Qur’an yang dijelaskan pada bab selanjutnya. Berdasarkan latar belakang
di atas, maka peneliti berminat melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh
Manajemen Laba Dan Asimetri Informasi Terhadap Biaya Modal Ekuitas Pada Bank
Konvensional Yang Mempunyai Unit Usaha Syari’ah Di Bursa Efek Indonesia (Bei)
Periode 2009-2011”
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang, masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada
pengaruh yang signifikan secara simultan antara manajemen laba dan asimetri
informasi terhadap biaya modal ekuitas ?
2. Apakah ada
pengaruh yang signifikan secara parsial antara manajemen laba dan asimetri
informasi terhadap biaya modal ekuitas ?
1.3
Tujuan
Penelitian
Dari rumusan
masalah yang diuraikan, tujuan dari kajian masalah ini diantaranya:
1. Untuk
menguji pengaruh secara simultan antara manajemen laba dan asimetri informasi
terhadap biaya modal ekuitas.
2. Untuk
menguji pengaruh secara parsial antara manajemen laba dan asimetri informasi terhadap
biaya modal ekuitas.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi
Perusahaan
a. Agar
perusahaan dapat membuat laporan keuangan laporan keuangan yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sehingga innformasi yang di berikan tidak menyesatkan
dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan
b. Sebagai
acuan dan bahan pertimbangan bagi para investor dalam pengambilan keputusan
berinvestasi.
2. Bagi
Peneliti
a. Dapat
menambah pengetahuan dan wawasan untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam
mengamati permasalahan serta membantu memberikan sumbangan pikiran bagi
organisasi / perusahaan.
b. Penulis
dapat mengaplikasikan ilmunya secara langsung dengan menghadapi kondisi secara
nyata di lapangan dan mengasah kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian
dengan metode ilmiah.
3. Bagi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
a. Penelitian
ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber utuk mengembangkan kegiatan
keilmuan dan pendidikan, khususnya untuk Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi.
b. Sebagai
bahan acuan bagi peneliti lain yang berkepentingan untuk mengkaji lebih lanjut
tentang permasalahan sejenis.
Untuk
Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Pengaruh manajemen laba dan asimetri informasi terhadap biaya
modal ekuitas pada Bank konvensional yang mepunyai unit usaha syari'ah di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2011" Ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment