Abstract
INDONESIA:
Pada era globalisasi ini seluruh negara di dunia ini di tuntut untuk lebih selektif lagi dalam memilih sumber daya manusia. Dikarenakan persaingan dalam pekerjaan tidak hanya pada lingkup regional saja akan tetapi juga pada lingkup global. Oleh karena itu kinerja dari sumber daya manusia sangat berperan penting dalam memajukan perusahaan. Salah satu yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah kecerdasan emosional, Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengendalikan emosinya sehingga dapat menghasilkan hasil yang optimal atas kinerjanya.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan Analisis regresi linier berganda. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan skala likert, dokumentasi dan wawancara. Sampel dalam penelitian ini 100 responden.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan antara variabel kesadaran diri, penguasaan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial terhadap kinerja karyawan. Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel kesadaran diri, penguasaan diri, motivasi terhadap kinerja karyawan, sedangkan variabel empati dan ketrampilan sosial tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan. Dan variabel yang dominan adalah motivasi.
ENGLISH:
In this globalization era, all countries in the world is in demand to more selective in choosing the human resources. because the job competition in the work not only on a regional scope alone but also on a global scope. Therefore, the performance of human resources plays an important role in advancing the company. One that affects the performance of employees is emotional intelligence, someone who has a high emotional intelligence will be able to control his emotions so as to produce optimal results for its performance. This study aims to investigate the influence of emotional intelligence on employee performance Wava Husada Hospital using the variable self-awareness, self-control, motivation, empathy and social skills. From that background that research conducted under the title "Effect of Emotional Intelligence on Employee Performance Wava Husada Hospital.
This study usesa quantitative approach using multiple linear regression analysis. Techniques collection data used in this study was a question naire with the Likert scale, document ation and interviews. The sample inthis studyof 100 respondents.
The results showedthat there is asimultaneous influence between the variables of self-awareness, self-control, motivation, empathy and social skill sto employee performance. There is apartially effectbetweenthe variablesof self-awareness, self-control, motivationon employee performance, while variable empathy and social skillsare notpartial effect onemployee performance. And the dominant variable is motivation.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi ini seluruh negara di
dunia ini di tuntut untuk lebih selektif lagi dalam memilih sumber daya
manusia. Dikarenakan persaingan dalam pekerjaan tidak hanya pada lingkup
regional saja akan tetapi juga pada lingkup global. Oleh karena itu kinerja
dari sumber daya manusia sangat berperan penting dalam memajukan perusahaan.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengatur tentang
prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, termasuk pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat. Undang-undang tersebut mengamanatkan sikap profesionalisme
pada semua lembaga penyelenggara pelayanan publik. Hal ini bertujuan membangun
kepercayaan masyarakat atas pelayanan yang dilakukannya. Rumah sakit merupakan
perusahaan yang bergerak pada pelayanan publik, yang dituntut untuk memberi
pelayanan dengan baik, cepat, dan mudah. Dimana hal ini dapat dilakukan apabila
kualitas serta standar pelayanan sudah terpenuhi. Menurut Mangkunegara dalam
Sani (2010 : 281) istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual
performance (prestasi kerja sesungguhnya yang dicapai seseorang). Jadi
pengertian kinerja adalah, “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya”. Sedangkan menurut Sinn dalam Meldona (2009 :
353) dikemukakan bahwa kinerja merupakan persoalan krusial dalam hubungan
antara atasan dan bawahan pada satu organisasi tertentu. Sedangkan dalam islam
Allah memberikan dorongan untuk memberi insentif bagi orang yang mampu
menunjukkan kinerja optimal (baik). Hal ini tertuang dalam firman allah QS.
An-Nahl 97 : 16 yang artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. Islam mendorong umatnya untuk memberikan semangat dan motivasi bagi pegawai
dalam menjalankan tugas mereka. Kinerja dan upaya mereka harus diakui, dan
mereka harus dimulyakan jika memang bekerja dengan baik. Pegawai yang
menunjukkan kinerja baik, bisa diberikan bonus atau insentif guna menghargai
dan memulyakan prestasi yang telah dicapainya. Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a.
memberikan wasiat kepada pegawainya, “Janganlah engkau posisikan sama antara
orang yang berbuat baik dan jelek, karena hal itu akan mendorong orang yang
berbuat baik untuk senang menambah kebaikan dan sebagai pembelajaran bagi orang
yang berbuat jelek (Meldona, 2009 : 353-354). Kinerja bukan lagi sebagai
kewajiban melainkan aset dari sebuah perusahaan. Namun masih muncul
ketidakpuasan seperti mangkir kerja, terlambat, sabotase pekerjaan, iri hati,
benci, dendam. Untuk menghindari hal-hal seperti ini maka dibutuhkan pembinaan
kecerdasan emosional. Menurut Salovey and Mayer dalam Paisal dan Susi (2010 :
103) kecerdasan emosional diartikan sebagai suatu kemampuan yang menunjukkan
bagaimana seseorang secara efektif mampu berhadapan dengan emosi baik dari
dalam dirinya maupun dari orang lain. Menurut Meyer kecerdasan emosional juga
diartikan suatu kemampuan khusus membaca perasaan terdalam orang yang melakukan
kontak, dan menangani relasi secara efektif. Sementara pada saat yang sama
dapat memotivasi diri sendiri dan memenuhi tantangan manajemen relasi. Dalam
dunia kerja selain dibutuhkannya kecerdasan intelektual (IQ) dibutuhkan juga
kecerdasan emosional (EQ). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang di sekitar
kita yang hanya memiliki kecerdasan intelektual saja, atau memiliki pendidikan
tinggi yang dibuktikan dengan memiliki banyak gelar belum tentu sukses ketika
berkiprah dalam dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang berpendidikan formal
lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan
hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ) saja, padahal yang diperlukan
sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan,
inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar
penilaian baru. Saat ini begitu banyak orang berpendidikan dan tampak begitu
menjanjikan, namun karirnya terhambat atau lebih buruk lagi tersingkir, akibat
rendahnya kecerdasan emosional mereka. Seseorang yang memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi akan mampu mengendalikan emosinya sehingga dapat
menghasilkan hasil yang optimal atas kinerjanya. Seperangkat kecakapan khusus
seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari
mereka yang berprestasi biasa - biasa saja, selain kecerdasan akal yang dapat
mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja. Kecerdasan emosional menentukan
seberapa baik seseorang menggunakan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya,
termasuk keterampilan intelektual. Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh
Boyatzis dan Chermiss dalam Trihandini (2005 : 26) menunjukkan bahwa karyawan
yang memiliki skor kecerdasan emosi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang
lebih baik yang dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yang
diberikan karyawan tersebut terhadap perusahaan. Sedangkan penelitian
Trihandini (2005 : 27) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh
signifikan terhadap kinerja, dimana hal ini sama seperti pemaparan penelitian
yang diatas. Pada penelitian Lisda rahmasari (2012) dengan judul Pengaruh
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual Terhadap
Kinerja Karyawan. Dengan variabel kesdaran diri (X1), pengaturan diri (X2),
Motivasi(X3), Empati (X4), Keterampilan sosial (X5) berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan. Dan pada penelitian Pristy sila wahyuningtyas (2012)
dengan judul Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan. Yang
variabelnya berupa kesadaran diri (X1), pengaturan diri (X2), motivasi (X3), empati
(X4), keterampilan sosial (X5). Sedangkan variabel terikat menggunakan kinerja
karyawan. Akan tetapi pada penelitian Kartini Rahmatillah (2012) dengan judul
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Dosen Wanita Pada Perguruan
Tinggi Swasta Di Balikpapan. Memiliki hasil penelitian bahwa variabel kesdaran
diri (X1), pengaturan diri (X2), Motivasi(X3), Empati (X4), Keterampilan sosial
(X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Dengan adanya perbedaan hasil penelitian yang
telah diuraikan, peneliti ingin meneliti kembali variabel dari kecerdasan
emosional. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
kuantitatif yang penelitiannya menggunakan regresi linier berganda dengan
menggunakan variabel kesadaran diri (X1), pengaturan diri (X2), motivasi (X3),
empati (X4) dan keterampilan sosial (X5) sebagai variabel bebas dari kecerdasan
emosional sedangkan variabel terikat menggunakan kinerja karyawan. Ruang
lingkup dalam penelitian ini adalah di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen-Malang,
yang merupakan sebuah rumah sakit swasta terbaik di kabupaten malang yang
keseluruhan pekerjaan di dalamnya sangat mengandalkan faktor manusia. Hal ini
juga berkaitan dalam rangka memenuhi amanat Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, yang memberikan tanggung jawab moral serta pengabdian. Penelitian ini
mengambil Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen-Malang, dikarenakan ada keterkaitan
dengan visi Rumah Sakit Wava Husada yaitu “Menjangkau dan melayani pelanggan
secara profesional Sdan sepenuh hati” nilai-nilai yang digunakan oleh Rumah
Sakit Wava Husada yaitu profesional, jujur, keterbukaan dan disiplin yang cukup
sesuai antara objek penelitian dengan variabelvariabel yang digunakan dalam
penelitian, dimana terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
khususnya bagian perawat di Rumah Sakit Wava Husada. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Rumah Sakit Wava Husada dapat diketahui komposisi karyawan bagian
perawat berdasarkan pembagian unit kerja sebagai berikut: TABEL 1.1 Komposisi
perawat berdasarkan pembagian unit kerja Rumah Sakit Wava Husada NO UNIT KERJA
JUMLAH 1 Kamar operasi 18 2 Perinatologi 15 3 Rawat inap A 10 4 Rawat inap B 21
5 Rawat inap C 23 6 Rawat inap D 24 7 ICU 16 8 Stroke 11 9 Hemodialysa 10 10
UGD 17 11 Rawat jalan 23 12 Kaber 21 Jumlah 199 Sumber : Rumah Sakit Wava
Husada 2015 Hasil data yang diperoleh dari Rumah Sakit Wava Husada dapat
dilihat pada tabel 1.1. Tentang jumlah perawat pada setiap unit, karyawan yang
berprofesi sebagai perawat menunjukkan bahwa masih ada sebagian perawat yang
kurang bisa mengelola emosi mereka, sehingga berdampak pada pelayanan pasien
tersebut dan terdapat adanya komplain dari pasien. Semuanya tertulis pada buku
kritik dan saran yang dimiliki Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen-Malang, yaitu
berupa komplain yang harus ditindak lanjuti secara lebih intensif dan komplain
yang bisa diatasi dengan segera. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti di Rumah Sakit Wava Husada menunjukkan bahwa kecerdasan emosional para
karyawan sudah bisa dikatakan baik. Hal ini dibuktikan dengan pemberian
pelayanan yang baik terhadap para pasien, selain itu juga memiliki kemampuan
pengelolaan emosi, pengendalian diri , motivasi, serta memiliki empati dan
ketrampilan sosial yang baik pada karyawan Rumah Sakit Wava Husada. Penelitian
ini menfokuskan peningkatan kinerja SDM melalui faktor internal (individu)
karyawan yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan dan di dasari oleh kecerdasan
seseorang. Sebagian besar negara berkembang termasuk indonesia masih memiliki
kecerdasan emosional yang kurang baik. Ini adalah salah satu penyebab lemahnya
kualitas SDM di indonesia. Sebagaimana hasil penelitian Goleman menyimpulkan
bahwa pencapaian kinerja ditentukan hanya 20 persen dari IQ atau Kecerdasan
intelektual, sedangkan 80 persen lagi ditentukan oleh kecerdasan emosional
(EQ/Emotional qoutient). Begitu pula disimpulkan oleh joan beck bahwa IQ sudah
berkembang 50 persen sebelum usia 5 tahun, 80 persen berkembangnya sebelum 8
tahun, dan hanya berkembang 20 persen sampai akhir masa remaja, sedangkan
kecerdasan emosional dapat dikembangkan tanpa batas waktu (Mangkunegara, 2008 :
163).
Menurut teori ini, orang-orang yang mempunyai
EQ yang tinggi, akan lebih bisa mengendalikan perilakunya sehingga bisa
menghambat perilaku-perilaku non-produktif yang tidak perlu, memacu kinerja dan
dampak tertentu pada peningkatan kinerja. kinerja dan dampaknya tentu
peningkatan kinerja. Menurut hasil penelitian, setidaknya 75 persen kesuksesan
manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya dan hanya 4 persen yang
ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya (IQ) (Iman dalam Risma, 2012 : 87).
Penelitian lain menyebutkan bahwa IQ hanya memberi kontribusi 20 persen dari
kesuksesan hidup seseorang. Selebihnya bergantung pada kecerdasan emosi dan
sosial yang bersangkutan. Di sisi lain, 90 persen keberhasilan kerja manusia
ternyata ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya, sisanya sekitar 4 persen
jatah kemampuan teknis (Iman dalam Risma, 2012 : 87). Sedangkan dalam islam
sendiri kecerdasan adalah termasuk akhlak sperti yang diterangkan dalam surat
Al-baqarah 222 : 02 “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. Dalam ayat ini menjelaskan tentang
kesadaran diri. Juga dijelaskan dalam surat Almu’minun ayat 1-10 Dalam
ayat-ayat ini Allah telah menyatakan tujuh sifat orang yang beruntung yaitu
orang yang beriman, orang yang khusyuk dalam solatnya, orang-orang yang menjauhkan
diri dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia, menunaikan zakat, menjaga hawa
nafsu sahwatnya, memelihara amanat dan janji dan memelihara solatnya. Ayat-ayat
tersebut membuktikan bahawa Islam memberi perhatian yang amat besar dalam
pendidikan akhlak dan menuntut supaya akhlak ini dipupuk serta dihayati
menerusi penerapan elemen-elemen utama yang selaras dengan indikatorindikator
dalam kecerdasan emosi. Dengan latar belakang diatas dan betapa pentingnya
kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap
Kinerja Karyawan Rumah Sakit Wava Husada”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah variabel kecerdasan emosional
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Wava Husada secara
simultan?
2. Apakah indikator dari kecerdasan
emosional yaitu kesadaran diri, penguasaan diri, motivasi, empati, dan
keterampilan sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
Rumah Sakit Wava Husada secara parsial? 3. Indikator kecerdasan emosional
manakah yang berpengaruh secara dominan pada kinerja karyawan Rumah Sakit Wava
Husada?
1.3. Tujuan Penulisan Penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh variabel kecerdasan
emosional terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Wava Husada secara simultan?
2. Menganalisis pengaruh indikator
dari kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, penguasaan diri, motivasi,
empati, dan keterampilan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja karyawan Rumah Sakit Wava Husada secara parsial?
3. Menganalisis Indikator kecerdasan
emosional manakah yang berpengaruh secara dominan pada kinerja karyawan Rumah
Sakit Wava Husada?
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Sebagai bahan masukan bagi Rumah
Sakit Wava Husada tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja
karyawan.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan
bagi peneliti dalam mengembangkan hal-hal yang berhubungan dengan Manajemen
Sumber Daya Manusia khususnya yang berkaitan dengan kecerdasan emosional
karyawan.
3. Sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya yang akan meneliti permasalahan yang sama di masa yang datang.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment