Abstract
INDONESIA:
Promosi melalui media periklanan sangatlah efisien karena menggunakan biaya rendah, mempunyai daya bujuk (persuasive) yang kuat dan diharapkan mampu meningkatkan brand awareness. Brand awareness dibentuk sebagai kunci dalam ekuitas merek. Sehingga penjualan produk Top Coffee dapat meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah (a) Mengetahui faktor-faktor pembentukan brand awareness produk Top Coffee (b) Mengetahui faktor yang lebih dominan dalam pembentukan brand awareness produk Top Coffee (sebagaimana hasil point 1).
Lokasi penelitian di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang pada mahasiswa minimal semester 3 dari 6 fakultas dan 20 jurusan dengan jumlah mencapai 7.141 mahasiswa. Adapun alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, uji reliabilitas, dan analisis faktor.
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah pesan iklan, tagline iklan, celebrity endorser iklan, media iklan, efektifitas iklan, persepsi iklan, brand identity design, iklan televisi dan frekuensi penayangan iklan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, hasil rotasi dengan metode analisis faktor responden disimpulkan bahwa 9 variabel dapat direduksi menjadi 7 faktor yaitu efektifitas iklan dengan nilai 33.032 %; pesan iklan 8.011 %; celebrity endorser 6.473 %; iklan televisi 4.728 %; persepsi iklan 4.305 %; frekuensi penayangan iklan 4.229 % dan norma moral iklan 3.480 %. Faktor yang paling dominan sebagai pembentuk brand awareness produk top coffee adalah efektifitas iklan.
ENGLISH:
Promotion by advertising media is very efficient because it uses a low cost, has a strong persuasive and be able to increase brand awareness. Brand awareness is created for a main point of brand equity. By this media advertising the Top Coffee product sold increasingly.
The purpose of this study is (a) Knowing the formation factors of brand awareness of Top Coffee Products (b) Knowing the most dominant factor in creating brand awareness of Top Coffee products (as the result of point 1).
Research location is located at Islamic State University of Maulana Malik Ibrahim Malang by students of semester 3, from 6 faculties and 20 departments, with the total number 7.141 students. The analysis tools which are used in this research are validity test, reliability test, and analysis factor.
In this research, the variables used advertising messages, advertising tagline, celebrity endorser advertising, advertising media, advertising effectiveness, advertising perception, brand identity design, television commercials and advertising frequency.
The results of this study indicate that, the results of the rotation method of respondents factor analysis concluded that the 9 variables can be reduced to seven factors: the effectiveness of advertising with the value of 33.032%; 8.011% of advertising messages; 6.473% of celebrity endorser; 4,728% of television advertising; 4.305% of advertising perception; 4.229% of advertising frequency and 3.480% of advertising norm morality. The most dominant factor to create brand awareness of Top Coffee products is the effectiveness of advertising.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perusahaan senantiasa
berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik dibidangnya. Hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya persaingan usaha di Indonesia. Bertambahnya perusahaan menjadi
salah satu resiko yang menjadikan kompetisi semakin ketat dan menuntut seluruh
perusahaan untuk bekerja secara cepat serta tepat. Persaingan antar produk
mendorong produsen gencar untuk berpromosi agar dapat menarik perhatian
konsumen. Promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain promosi penjualan,
publisitas umum, penjualan pribadi, dan periklanan (Pujiyanto, 2003: 97).
Promosi melalui media periklanan sangatlah efisien karena menggunakan biaya
rendah, mempunyai daya bujuk (persuasive) yang kuat dan dapat memberikan
informasi yang jelas terhadap produk pada segmen tertentu. Pada tahun 2010
belanja iklan yang dilakukan oleh seluruh perusahaan bavarages mencapai Rp. 5.5
triliun transaksi yang sebelumnya hanya mencapai Rp. 2.9 triliun pada tahun
2006. Sementara dalam tahun yang sama, perusahaan kopi dan teh melakukan
belanja iklan sebanyak Rp. 843.659 juta. Produk kopi dan teh masuk pada top
five kategori minuman 2010 dan mendapatkan urutan kedua setelah Growing Up Milk
(GUM) dan Follow On Milk (Nielsen, 2011: 3). Periklanan merupakan salah satu
cara untuk menyampaikan informasi tentang merek dari suatu produk (Suhandang,
2005: 89). Informasi yang disampaikan harus memberikan kesan mendalam terhadap
konsumen dan 2 diharapkan mampu meningkatkan brand awareness sampai menjadi
konsep tertinggi atau top of mind. Sehingga dapat mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen akan produk (Durianto, dkk, 2003: 4). Penilaian periklanan
dapat diperoleh dari informasi produk yang dikeluarkan oleh produsen. Hal
tersebut yang membuat periklanan menjadi salah satu faktor penggerak produksi.
Dalam beriklan, produsen dan atau pengiklan dapat memilih satu atau dua media
untuk menyampaikan pesan yang ingin mereka sampaikan. Media-media tersebut
adalah media lini atas (above the line) maupun media lini bawah (below the line).
Above the line seperti pada media televisi, surat kabar dan radio. Jika below
the line seperti billboard, brosur dan leaflet (Puspitasari, 2009: 20).
Pertumbuhan periklanan media televisi dinilai sangat signifikan. Dapat dilihat
dari total belanja iklan selama kuartal 1 (2011) mencapai Rp. 15.6 triliun atau
tumbuh 20% dari periode sebelumnya. Televisi masih mendominasi dengan meraup
62% dari total belanja iklan kuartal 1 (Nielsen, 2011). Media televisi banyak
digunakan untuk mengiklankan suatu produk oleh perusahaan, karena menggabungkan
gambar, suara, gerak, atensi tinggi, tingkat reach tinggi, coverage luas dan
prestise (Ahmad, 2004: 14). Peran celebrity endorser yang dapat menarik
perhatian konsumen juga menambah efektifitas. Begitu juga dengan peran
billboard sebagai penambah persuasi dari fungsi periklanan.
Brand awareness adalah kunci dari brand equity dalam produk,
dibandingkan dengan brand loyalty, perceived quality dan brand associations.
Macdonald and Byron, (2003: 1) mengatakan “Brand Attitude cannot be formed, and
intention to buy cannot accur unless brand awareness has accured. In 3 memory
theory, brand awareness is positioned as a vital first step in building the
“bundle” of associations which are attached to the brand in memory”. Gustafson
and Brian, (2007: 2) menyatakan “The massage, images, slogans and taglines are
the importance of consistency about creating brand awareness”. Atau “Dengan
pesan, gambar, slogan dan tagline dapat membentuk brand awareness produk”.
Dalam Ensiklopedia, (2013: 3) juga dijelaskan, “There are many ways to generate
brand awareness in the consumers. The advertising and guerrilla marketing”.
Banyak jalan untuk mencapai brand awareness dengan periklanan dan konsep
gerilya pemasaran. Hafidz, (2011: 56) menunjukkan, bahwa variabel yang terdapat
dalam pembentukan brand awareness akan meningkatkan penjualan produk pepsodent.
Begitu juga dengan hasil penelitian Kurniasari, dkk (2008: 238) yang
menyebutkan bahwa peran brand awareness dapat meningkatan jumlah pengguna telkom
flexi door to door yang mencapai 864 unit di bulan Juni dan sebelumnya hanya
mencapai 694 unit di bulan Januari.
Salah satu produk baru yang
menjadikan iklan sebagai media promosi adalah produk Top Coffee. Produk Top
Coffee yang muncul akhir 2012, sudah banyak mengambil perhatian masyarakat
Indonesia (Soesatyo dan Leonid, 2013: 11). Dengan memilih brand endorser dan
memberikan iklan secara terus-menerus kepada khalayak luas, menjadikan produk
ini berbeda dengan produk sejenis lainnya. Top Coffee banyak menggunakan media
above the line maupun below the line, khususnya dalam media televisi dan
billboard. Begitu juga dengan hasil survei awal yang dilakukan oleh penulis,
pada bulan Oktober 2013, bahwa 9 dari 10 mahasiswa Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang 4 mengkonsumsi produk Top Coffee setelah melihat
promosi Top Coffee, baik yang tersedia dalam media televisi maupun billboard.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan penelitian tentang faktor
pembentukan brand awareness pada iklan Top Coffee dengan judul “ANALISIS FAKTOR
- FAKTOR PEMBENTUKAN BRAND AWARENESS: PERIKLANAN (STUDI KASUS IKLAN PRODUK TOP
COFFEE DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG)”.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa faktor - faktor
pembentukan brand awareness dalam produk Top Coffee di Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang?
2. Faktor mana yang lebih dominan dalam pembentukan brand awareness
produk Top Coffee di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor -
faktor pembentukan brand awareness produk Top Coffee di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Untuk mengetahui faktor
yang lebih dominan dalam pembentukan brand awareness produk Top Coffee di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini
diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam berpikir secara kritis dan sistematis tentang
segala permasalahan, terutama dalam bidang manajemen pemasaran.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian yang akan
dilakukan, khususnya penelitian tentang pembentukan brand awareness dalam
periklanan.
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan perusahaan dalam
merencanakan, menemukan dan meningkatkan strategi periklanan dimasa yang akan
datang.
1.5 Batasan Penelitian
Peneliti akan menganalisis faktor-faktor
pembentukan brand awareness pada media periklanan. Dalam hal ini media
periklanan yang dimaksud adalah media televisi dan media billboard.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisis faktor-faktor pembentukan brand awareness: periklanan: Studi kasus produk Top Coffee di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment