Abstract
INDONESIA:
Masa kehidupan remaja merupakan masa dimana remaja berada pada posisi yang kompleks ditandai dengan banyak tuntutan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan. Selain menghadapi tugas perkembangan yang sepatutnya dilalui, remaja juga tidak terlepas pada permasalahan yang ada, diantaranya adalah masalah penyesuaian diri remaja terhadap sekolah sebagaimana yang dialami oleh siswa MAN 3 Malang. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan tema “Problematika Penyesuaian Diri Remaja terhadap Sekolah di MAN 3 Malang”. Pertanyaan penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; (1) Apa sajakah problematika penyesuaian diri terhadap sekolah yang dialami oleh remaja MAN 3 Malang?, (2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi problematika penyesuaian diri terhadap sekolah pada remaja MAN 3 Malang?, (3) Bagaimana pihak BK dan remaja yang bersangkutan memberikan penanganan atas masalah penyesuaian diri terhadap sekolah yang dialami tersebut?.
Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mendeskripsikan macam-macam problematika penyesuaian diri terhadap sekolah yang dialami oleh siswa MAN 3 Malang, (2) Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi problematika penyesuaian diri terhadap sekolah pada remaja MAN 3 Malang, dan (3) Menemukan bentuk langkah yang dilakukan oleh pihak BK dan remaja dalam menangani masalah penyesuaian diri yang dialami tersebut.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif, dengan menggunakan analisa diskriptif, sedangkan dalam pengambilan sampel atau sumber datanya menggunakan teknik sampel purposif, sementara metode yang digunakan untuk mendapatkan data-datanya adalah metode observasi non partisipan, wawancara mendalam, dan metode dokumentasi. Anaslisis data menggunakan Reduksi data, Penyajian data, Penarikan kesimpulan dan Verivikasi. Adapun teknik pengecekan keabsahan data digunakan tiga tehnik yaitu ketekunan pengamatan, Trianggulasi dan Kecukupan refrensial.
Penelitian ini menunjukkan bahwa problematika penyesuaian diri remaja terhadap sekolah di MAN 3 Malang meliputi (1) Problematika penyesuaian diri terhadap kurikulum. Bentuknya adalah adanya kesulitan dalam memahami pelajaran yang banyak memuat materi keagamaan dan bahasa asing. Hal ini dikarenakan adanya faktor individual deferences dan perbedaan background pada jenjang sebelumnya, faktor lingkungan, metode pengajaran, perbedaan demografis dan kepribadian masing-masing siswa. Adapun penanganannya adalah memberikan layanan pengenalan lingkungan sekolah, pemberian pendampingan guru Pembimbing Akademik (PA), small group discussion, dan memberikan layanan konseling. (2) Bentuk problematika penyesuaian diri terhadap teman sebaya adalah adanya perilaku kurang saling menghargai satu sama lain. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan latar belakang ekonomi, tipe keribadian, serta perbedaan kebiasaan dan prinsip. Sementara solusinya adalah mengadakan konseling kelompok, memberikan sosiometri, pemberian wawasan tentang penyesuaian diri yang baik serta pemberian rolegame. (3) Bentuk problematika penyesuaian diri terhadap full day school adalah munculnya kejenuhan atas kegiatan yang ada sekaligus juga padatnya aktivitas yang menguras tenaga. Faktornya adalah kurangnya manjemen waktu yang baik. Adapun penanganannya dilakukan adalah dengan cara pembelajaran di luar (outdoor) dengan metode pembelajaran yang lebih variatif, melakukan senam braingym dan mengatur ulang waktu yang ada dengan baik.
ENGLISH:
Adolescence is the phase where adolescents are in the complex position. It is signed by so many demands to finish tasks for their development. After that must do it, adolescent always meet to some problems. One of those problems may occur in school is adaptation problem of adolescent towards school as it happened to the students of MAN 3 Malang. Therefore, the researcher is interested in doing research entitled An Adaptation Problem of Adolescents towards School (Descriptive Study in MAN 3 Malang). The research questions are (1) What kind of adaptation problem towards school it happened to the students of MAN 3 Malang?, (2) what is factor can be gave influences to adaptation problem of adolescent towards school as it happened to the students of MAN 3 Malang ?, (3) How is conselors and an adolescents can give some solutions about their problem?
Based on those background and the research questions, then can take some research purposes are for (1) Describe the kind of adaptation problem towards school it happened to the students of MAN 3 Malang, (2) Analysis the factor can be gave influences to adaptation problem of adolescent towards school as it happened to the students of MAN 3 Malang, (3) Get some solutions about their adaptation problem towards school from conselors and an adolescents.
The research approach used here is qualitative, using descriptive analysis. Purposive sampling is applied by the researcher in gaining the sample and the data source. The methods used in collecting the data are non-participant observation, in-depth interview, and documentation. The data analysis includes data reduction, data presentation, conclusion drawing, and verification. Moreover, to check the validity of the data, the researcher uses perseverance of observation, triangulation, and the reference sufficiency.
This research shows that the students’ problem with the school in SMA 3 Malang includes the adaptation with the curriculum, friends of the same age, and the Full-day School program. (1) The problem with the curriculum includes the difficulties in understanding the lessons dealing with religion and foreign language. This is because of the factor of individual differences, background of education, environmental condition, learning methods, demographic, and the personality of each student. It is handled by giving school environmental introduction, providing academic advisors, developing small-group discussion, and giving counseling services. Furthermore, (2) the students’ problem with their friends of the same age is the existence of disrespectful behavior towards the others. This happened since the factor of economic background, personality types, and habitual and principle differences. Meanwhile, the solutions are; giving group-counseling, Sociometry, the concept of good adaptation, and role-game. Moreover, (3) the adaptation problem of students toward full-day school program is the occurrence of saturation to either the activity or the demanding activity which spends a lot of energy. The factor causing such problem is the bad time- management. The solution provided is giving outdoor learning with more various learning activities, doing brain-gym, and managing the time well.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masa kehidupan manusia
senantiasa mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan fasenya,
mulai sejak lahir hingga meninggal dunia. Dilihat dari aspek perkembangan
manusia, yang paling menjadi sorotan adalah perkembangan pada masa remaja. Hal
demikian dikarenakan masa remaja merupakan masa yang tergolong labil dalam
kondisi yang sudah dikatakan mampu berfikir. Masa ini adalah masa transisi dari
masa anak-anak menuju masa dewasa sehingga sangat dibutuhkannya penyesuaian
senada dengan tugas-tugas perkembangan yang semakin kompleks. Masa remaja
adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statement ini sudah dikemukakan jauh
pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu
Stanley Hall. Hall (dalam Sunarto dan Hartono, 1994) memandang bahwa masa
remaja ini sebagai masa ”storm and stress”. Ia menyatakan bahwa selama masa
remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja berupaya menemukan jati
dirinya (identitas) sampai pada kebutuhan aktualisasi diri. Pada fase Problem
Age atau usia penuh masalah ini biasanya seorang remaja belum bisa menempatkan
jati dirinya dan bagaimana mengelolah emosinya yang memungkinkan terjadinya
konflik ketika emosi tersebut tidak bisa dikendalikan dengan baik. Selain itu,
seorang remaja biasanya juga ’asyik’ dan sibuk dengan dirinya sendiri yang
mengakibatkan sukar untuk dimengerti dan dipahami oleh orang lain. Sebagian orang
menganggap bahwa dirinya telah tergolong dewasa, tapi disisi lain seorang
remaja tersebut terkadang 2 pula masih dianggap sebagai anak kecil yang
membutuhkan perhatian dan pengasuhan secara lebih. Pada fase ini pula seorang
remaja memiliki kondisi emosi yang belum stabil sehingga kerap kali menimbulkan
perselisihan diantara teman sebayanya. Pergolakan emosi yang terjadi sebenarnya
tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal
(seperti kepribadian, kemampuan kontrol emosi, coping dan sebagainya) maupun
faktor eksternal yaitu lingkungan (seperti lingkungan keluarga, teman sebaya,
sekolah dan sebagainya). Pada jenjang kehidupan remaja pula, seorang remaja
telah berada pada posisi yang cukup kompleks yang ditandai dengan telah banyak
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, seperti mengatasi sifat tergantung pada
orang lain, memahami norma pergaulan dengan teman sebaya dan lain-lain. Secara
sadar pada akhir masa anak-anak, seorang individu berupaya untuk dapat bersikap
dan berperilaku lebih dewasa. Hal ini merupakan ”tugas” yang cukup berat bagi
para remaja untuk lebih menuntaskan tugas-tugas perkembangannya, sehubungan
dengan semakin luas dan kompleksnya kondisi kehidupan yang harus dihadapi.
Tidak lagi mereka ingin dijuluki sebagai anak-anak, melainkan ingin dihargai
dan diakui sebagai orang yang sudah dewasa. Dengan demikian para remaja
menjalani tugas mempersiapkan diri untuk dapat hidup dewasa, dalam arti mampu
menghadapi masalah-masalah, bertindak dan bertanggung jawab sendiri. Sejalan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja sebagaimana yang
telah dijelaskan di atas, mereka juga dihadapkan pada tugastugas yang berbeda
dari tugas pada masa sebelumnya yaitu pada masa anak-anak.. Apabila tugas-tugas
Itu berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan dan
penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan memenuhi tugas-tugas 3 itu juga akan
menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase
berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut oleh Havighurst dikaitkan dengan
fungsi belajar, karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia dipandang
sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar mereka
mampu melakukan penyesuaian diri yang baik di dalam kehidupan nyata. Havighurs
(dalam Yusuf, 2006), mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan remaja, yaitu
(a). Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya; (b). Mencapai
peran sosial sebagai pria atau wanita; (c). Menerima keadaan fisik dan
menggunakannya secara efektif; (d). Mencapai kemandirian emosional dari
orangtua dan orang dewasa lainnya; (e). Mencapai jaminan kemandirian ekonomi;
(f). Memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan); (g). Mempersiapkan
pernikahan dan hidup berkeluarga; (h). Mengembangkan keterampilan intelektual
dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara; (i). Mencapai tingkah laku
yang bertanggung jawab secara sosial; (j). Memperoleh seperangkat nilai dan
sistem etika sebagai petunjuk dalam bertingkah laku. Tidak semua remaja dapat memenuhi
tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1991) ada beberapa masalah
yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu: (1). Masalah
pribadi, yaitu masalahmasalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di
rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan
nilai-nilai. (2). Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status
yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian,
kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak
yang lebih besar dan lebih 4 sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua. Hal
yang sama juga disampaikan oleh Sunarto dan Hartono (1994) bahwa masa remaja
adalah masa yang khusus, penuh gejolak karena pada pertumbuhan fisik terjadi
ketidakseimbangan yang mempengaruhi perkembangan berfikir, bahasa, emosi dan
sosialnya. Dan pada kenyataannya pula, remaja tidak pernah lepas dari sorotan
masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan bahkan sampai pada keadaan
emosionalnya. Oleh karena itu, pendidikan di sekolah diharapkan mampu
menghasilkan perubahan-perubahan positif baik tingkah laku maupun sikap dari
dalam diri siswa yang sedang berkembang menuju kedewasaan terutama pada mereka
(remaja) yang sedang mengalami permasalahan-permasalahan.
Maka layanan bimbingan dan
konseling sangatlah tepat bila diberikan di sekolah karena akan mampu
memberikan dukungan dalam perubahan yang diinginkan dan membantu mengatasi
problematika yang terjadi pada mereka. Layanan tersebut bisa berupa
pendampingan dan usaha pemecahan masalah pada saat siswa berada di lingkungan
pendidikan dengan difasilitasi oleh unit bimbingan dan konseling (BK)
sebagaimana yang dilakukan oleh Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang. MAN 3 Malang
yang merupakan instansi pendidikan berbasis permodelan atau biasa disebut
sekolah percontohan yang mana banyak instansi pendidikan lain yang ’meniru’
sekolah ini, ternyata di dalamnya masih menyisahkan banyak siswa-siswa
remajanya yang belum bisa menyesuaikan diri dengan baik terutama pada kurikulum
dan sistem sekolah MAN 3 itu sendiri (sebagaimana terlampir dalam data lampiran
1). Oleh karena itu, peneliti memilih instansi pendidikan ini sebagai lokasi
penelitian dan mengangkat permasalahan penyesuaian diri karena permasalahan ini
yang banyak dihadapi oleh siswa MAN 3 Malang, terutama bagi 5 siswa yang baru
masuk lembaga tersebut atau menginjak kelas 1 Aliyah. Alasan pemilihan subyek
penelitian yang hanya kelas 1 Aliyah ini dikarenakan pada siswa kelas 1 (satu)
inilah merupakan awal mereka mengalami problematika penyesuaian diri yang
tergolong cukup berat dimana disebabkan pengalaman pertama mendapatkan segala
hal baru (teman baru, guru baru, lingkungan baru, peraturan baru, dll) dan pada
saat itu pula mereka sangat membutuhkan penyesuaian diri yang baik sehingga
peneliti ingin menggali lebih jauh terkait problematika penyesuaian diri
terhadap sekolah pada kelas 1 (satu) tersebut. Oleh karena itu, peneliti
memfokuskan dan memilih permasalahan penyesuaian diri ini sebagai fokus penelitian.
Adanya problem tersebut, pihak BK MAN 3 Malang memberikan pendampingan karena
pada hakekatnya pendampingan merupakan upaya bantuan yang diberikan dalam
rangka mewujudkan perkembangan manusia seutuhnya baik secara individual maupun
kelompok sesuai dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 20 Oktober 2011
ditemukan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh remaja siswa MAN 3 Malang salah
satunya adalah penyesuaian diri di sekolah. Permasalahan penyesuaian diri yang
ada di MAN 3 Malang meliputi masalah penyesuaian diri terhadap kurikulum,
terhadap kegiatan yang tergolong full day school, terhadap teman sebaya dan
sebagainya. Bentuk dari permasalahan terkait kurikulum ini adalah ketidakmampuan
siswa dalam menguasai bidang atau materi keagamamaan terutama materi yang
menyangkut Qur’an Hadist (dan sejenisnya) dan Bahasa Asing. Dewi Ruhaniyah
(2007) dalam penelitiannya juga menemukan problematika terhadap kurikulum ini
berupa ketidakmampuan atau kesulitan siswa 6 dalam bidang Bahasa Asing (Bahasa
Arab). Menurutnya, kesulitan tersebut dikarenakan adanya latar belakang
pendidikan siswa yang berasal dari sekolah SMP, dimana pada saat menempuh
pendidikan di jenjang SMP, ia tidak pernah mendapatkan mata pelajaran Bahasa
Arab tersebut. Faktor penyebab lain dari masalah tersebut adalah faktor
demografis, yaitu siswa berasal dari desa atau daerah terpencil, sehingga ia
kurang mendapatkan mata pelajaran tersebut yang berakibat pada kurangnya
pemahaman dasar-dasar materi tersebut yang menuntut dirinya harus pandai
mengejar dan menyesuaikan diri dengan baik. Wawancara awal yang dilakukan
peneliti juga menemukan permasalahan lain yang ditemukan di MAN 3 malang yaitu
masalah penyesuaian diri terhadap teman sebaya. Menurut Halleyda (2008),
seorang remaja dituntut untuk melakukan penyesuaian diri agar dapat memenuhi
kebutuhannya dan dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan pergaulan
teman sebaya, seorang remaja dapat belajar tentang aspek-aspek dalam bersosialisasi
seperti: belajar mematuhi peraturan, belajar setia kawan, belajar mandiri,
belajar menerima tanggung jawab dan lain-lain. Namun dalam hubungan pergaulan
yang terjadi di antara mereka tidak selamanya berjalan dengan baik, hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan kepribadian sosial yang dimiliki tiap
individu sehingga menyebabkan terjadinya pertentangan dan pertentangan ini
disebabkan karena kurangnya dapat mengontrol atau mengendalikan emosi dan
tingkah lakunya. Selain dua permasalahan pennyesuaian di atas, di MAN 3 Malang
juga ditemukan permasalahan penyesuaian diri terhadap program full day school.
Dalam http://id.shvoong.com/ disampaikan bahwa pelaksanaan kegiatan full day
school meskipun memberikan kemajuan yang pesat dalam pengetahuan siswa, namun
di 7 balik itu masih tersimpan beberapa dampak negatif bagi siswa, diantaranya
siswa menjadi jenuh tak hanya karena dibatasi dalam lingkup sekolah, tetapi
ketika materi yang diberikan terlalu banyak, apalagi dengan metode penyampaian
yang tak lagi menarik hati, maka siswa akan kian jenuh. Padahal kejenuhan dalam
belajar adalah awal resistensi pada materi yang diberikan. Adanya permasalahan
di atas menuntut siswa untuk secepatnya menyesuaikan diri dengan semua kegiatan
dan aturan serta kurikulum yang ada di sekolahan meskipun kemampuan secara
kognitif dan afektif siswa kurang memadahi karena masih pada fase peralihan
dari masa sebelumnya. Penyesuaian diri diartikan sebagai interaksi seseorang
yang terus menerus dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dunianya. Seorang
remaja dikatakan mempunyai penyesuaian diri yang baik apabila ia dapat
beradaptasi terhadap lingkungan sekitar, mencapai kepuasan dalam memenuhi
kebutuhan, mampu mengatasi ketegangan, bebas dari berbagai simptom (gejala)
kecemasan yang dapat mengganggu perkembangannya. Sebaliknya, gangguan
penyesuaian diri terjadi apabila seorang remaja tidak mampu mengatasi masalah
yang dihadapi dan menimbulkan respons dan reaksi yang tidak efektif, situasi
emosional yang tidak terkendali, dan keadaan yang tidak memuaskan. Carballo
(dalam Sarwono, 2002) mengemukakan konsep 6 penyesuaian diri yang harus
dilakukan remaja, yaitu: (a) menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badan
dalam kepribadian; (b) menentukan peran dan fungsi seksual yang adekuat dalam kebudayaan
dimana ia berada; (c) mencapai kedewasaan dengan kemandirian dan kemampuan
menghadapi kehidupan; (d) mencapai posisi yang diterima masyarakat; (e)
mengembangkan tanggung jawab, moralitas dan nilai yang sesuai lingkungan dan 8
kebudayaan; (f) memecahkan problem nyata dalam pengalaman sendiri dan dalam
lingkungan. Menurut Fahmi (1977) penyesuaian diri merupakan suatu proses
dinamika yang terjadi secara terus menerus yang bertujuan untuk mengubah
kelakuan guna untuk mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan
lingkungan. Sedangkan menurut Patton (2002) penyesuaian diri merupakan seutas
tali yang mengikat kebersamaan, kesepakatan, kecocokan dan pengertian bersama
serta memiliki keluwesan berkompromi dan berubah. Penyesuaian dapat didefinisikan
pula sebagai interaksi kontinyu antara diri individu, dengan orang lain dan
dengan dunia luar. Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah.
Hal
ini karena di dalam kehidupannya, manusia terus dihadapkan pada pola kehidupan
baru dan harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri merupakan suatu periode
khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu memainkan
peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai
baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1991). Untuk itu,
remaja harus mengetahui lebih banyak informasi yang tepat tentang diri dan
lingkungannya serta mampu menyelaraskan antara tuntutan yang berasal dari dalam
diri dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan agar penyesuaian yang
dilakukan terhadap lingkungan sosial berhasil dengan baik (well adjusted).
Perilaku penyesuaian diri sangat dibutuhkan oleh semua orang terutama pada usia
remaja, karena pada usia ini individu mengalami kegoncangan dan perubahan dalam
dirinya. Dalam menyesuaikan diri, remaja membutuhkan rasa diterima oleh orang
dalam lingkungan dimana ia hidup. Penerimaan dari orang lain khususnya dari
orang dewasa dan teman sebaya sangat penting artinya. 9 Remaja yang diterima
akan merasa senang, gembira, puas dan percaya diri, sebaliknya remaja yang
diabaikan akan merasa frustasi, kecewa, dan rendah diri bahkan bisa mengarah
pada tingkahlaku yang luar biasa kepada pengunduran diri atau tingkah laku
agresif (Mapiare, 1982). Keadaan demikian akan mengarah pada penyesuaian diri
yang buruk dan apabila tidak adanya penyelesaian yang baik dari pihak manapun,
BK semisal yang berperan penting dalam lingkup sekolah, maka akan menimbulkan
masalah baru. Menurut Fatimah (2006) penyesuaian diri yang baikpun sebenarnya
tidaklah mudah, karena dalam penyesuaian diri banyak factor yang
mempengaruhinya diantaranya: (a) faktor fisiologis. Kondisi fisik, kesehatan
dan penyakit jasmaniah juga berpengaruh terhadap penyesuaian diri. Kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat dicapai dalam kondisi kesehatan
jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan jasmaniah yang diderita
oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit
yang kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan diri, rasa ketergantungan,
perasaan ingin dikasihani, perasaan rendah diri, dan sebagainya, (b) faktor
psikologis. Dalam menyesuaikan diri dibutuhkan pula manajemen diri dan empati,
karena menurut Goleman (2001) kedua hal tersebut merupakan kecakapan social
yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tidak
dimilikinya kecakapan ini akan membawa pada ketidakcakapan dunia social atau
berulangnya bencana antar pribadi. Sesungguhnya, karena tidak dimilikinya
keterampilan-keterampilan inilah yang menyebabkan orang-orang yang otaknya
paling cerdas pun dapat gagal dalam membina hubungan mereka, karena mungkin
penampilannya yang terlalu angkuh dan tidak memiliki perasaan dengan 10
sesamanya, (c) faktor perkembangan dan kematangan. Sesuai dengan hukum
perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai individu berbeda-beda, sehingga
pola-pola penyesuaian dirinya juga akan bervariasi sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Selain itu, hubungan antara
penyesuaian dan perkembangan dapat berbeda-beda menuruut jenis aspek
perkembangan dan kematangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan dan
kematangan memengaruhi setiap aspek kepribadian individu, seperti emosional,
social, moral, keagamaan, dan intelektual. Dalam fase tertentu, salah satu
aspek mungking lebihpenting dari aspek lainnya. Misalnya, pertumbuhan moral
lebih penting daripada kematangan sosial dan kematangan emosional merupakan
yang terpenting dalam penyesuaian diri, (d) faktor lingkungan. Lingkungan ini
bisa berasal dari keluarga. Menurut Mei (2003) dalam penelitiannya menemukan
bahwa faktor dukungan keluarga dapat meningkatkan kesehatan mental remaja
menuju arah yang lebih baik. Selain itu, faktor lingkungan juga tidak hanya
berasal dari lingkungan keluarga saja, melainkan juga bisa berasal dari
lingkungan sekolah. Ningama dan Armin (2010) menemukan pula bahwa kondisi
akademik sekolah memiliki pengaruh positif atas penyesuaian diri siswa, dimana
hasil analisis menunjukkan bahwa semakin tinggi kondisi akademik sekolah maka
akan menghasilkan penyesuaian yang lebih baik juga. Penyesuaian diri terhadap
sekolah memiliki kriteria tersendiri yang mana telah diungkapkan oleh Mu’tadin
(2002) yaitu (a) Perhatian, penerimaan, minat, dan partisipasi terhadap fungsi
dan aktifitas di sekolah; (b) Hubungan yang baik terhadap sesama teman sekolah,
guru dan konselor; (c) Bantuan terhadap sekolah untuk merealisasikan tujuan
instrinsik dan ekstrinsik. 11 Problematika penyesuaian diri remaja di atas jika
tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik dari berbagai pihak, maka
dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan baru pada diri remaja terkait
dengan fase-fase perkembangannya. Oleh karena berdasarkan fenomena yang telah
diuraikan, maka peneliti tertarik untuk meneliti secara detail mengenai konsep
remaja dan problematika penyesuaian diri di sekolah yang dihadapinya dalam
berbagai aspek pada lingkup sekolah dengan mengangkat judul ”Problematika
Penyesuaian Diri Remaja terhadap Sekolah (Studi Deskriptif di MAN 3 Malang)”.
Pengambilan tema yang berkaitan dengan remaja ini dikarenakan selama ini para
peneliti mengabaikan penelitian mengenai remaja. Menurut Bruer (dalam Santrok,
2007) hal ini dikarenakan selama abad ke-20, pengalaman masa anak-anak,
khususnya awal masa anak-anak, dianggap sangat kritis sedemikian rupa sehingga
pengalaman di masa selanjutnya, seperti pengalaman di masa remaja, dianggap
hanya memiliki pengaruh kecil terhadap perkembangan.
Di sini, ketertarikan peneli mengambil subyek remaja dalam
penelitian ini adalah dikarenakan banyak peneliti yang mengabaikan penelitian
mengenai remaja. Namun di awal tahun 1980-an, para ahli perkembangan secara
serius menentang doktrin yang menekankan pengalaman masa awal itu, dan
menyatakan bahwa pengalaman di masa selanjutnya memiliki pengaruh yang lebih
penting terhadap perkembangan dibandingkan yang selama ini diyakini (Brim &
Kagan, 1980 dalam Santrok, 2007). Meningkatnya penelitian di bidang remaja juga
tidak terlepas dari pengaruh hasil observasi yang memperlihatkan adanya
perubahan besar yang berlangsung antara masa kanak-kanak dan masa dewasa
(Dornbusch, Petersen & Hetheringston dalam Santrok, 2007).
B.
Fokus
Penelitian
Berdasarkan wawancara awal terkait apa saja
problematika yang dialami oleh remaja di MAN 3 Malang yang telah dijabarkan
pada latar belakang di atas dimana meliputi kesulitan belajar, penyesuaian diri
dengan sekolah, penyesuaian diri dengan kurikulum, kurangnya managemen waktu
yang baik dan munculnya pemikiran akan kekhawatiran masa depan (seperti suatu
saat akan kerja dimana dengan posisi seperti apa, dan sebagainya), dan
problematika lain yang belum terungkap, maka peneliti lebih memfokuskan
penelitian ini pada problematika yang arahnya berkaitan dengan penyesuaian diri
terhadap sekolah baik dalam hal belajar pada kondisi full day, lingkungan
sekolah, teman sebaya, kurikulum maupun waktu pada semua aktivitas yang ada di
lapangan. Penelitian ini nantinya mengungkap segala macam problematika
penyesuaian diri remaja di MAN 3 Malang dalam berbagai aspek yang fokusnya pada
penyesuaian diri remaja terhadap sekolah.
C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka
pertanyaan penelitian yang diangkat adalah:
1. Apa sajakah problematika penyesuaian diri terhadap sekolah yang
dialami oleh remaja MAN 3 Malang?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi problematika penyesuaian
diri terhadap sekolah pada remaja MAN 3 Malang?
3. Bagaimana pihak BK dan remaja yang bersangkutan memberikan
penanganan atas masalah penyesuaian diri terhadap sekolah yang dialami
tersebut?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di
atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menggambarkan macam-macam problematika penyesuaian diri terhadap
sekolah yang dialami oleh remaja siswa MAN 3 Malang.
2. Menganalisa faktor-faktor
yang mempengaruhi problematika penyesuaian diri terhadap sekolah pada remaja
MAN 3 Malang.
3. Menemukan bentuk langkah
yang dilakukan oleh pihak BK dan remaja dalam menangani masalah penyesuaian
diri terhadap sekolah yang dialami tersebut.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
a. Lembaga yang telah memberikan waktu kepada peneliti dalam hal
ini adalah MAN 3 Malang karena diharapkan bisa menjadi salah satu acuan atau
dokumen dalam menangani permasalahan remaja.
b. Peneliti sebagai pengalaman dan wawasan untuk mengetahui remaja
dan problematika yang dialami.
c. Menjadi masukan bagi remaja agar mampu melakukan penyesuaian
diri dengan lebih baik.
2. Secara teoritis
diharapkan dapat memberi
tambahan wawasan pengetahuan dalam khasanah keilmuan psikologi khususnya
psikologi sosial tentang penyesuaian diri dan psikologi perkembangan terkait
perkembangan remaja.
14. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian ini
memuat hasil penelitian terdahulu dimana peneliti menemukan ada beberapa
peneliti sebelumnya yang telah membahas atau menguraikan terkait dengan remaja
dan penelitian yang berhubungan dengan penyesuaian diri remaja sesuai dengan
tema yang peneliti angkat saat ini. Fungsi daripada keaslian penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah judul yang diangkat oleh peneliti sudah pernah
diteliti atau belum. Jika sudah pernah, dimanakah letak perbedaan dan persamaan
penelitian tersebut sebagai tanda originalitas penelitian. Dari hasil tinjauan
pada penelitian sebelumnya, maka peneliti telah menemukan adanya beberapa
penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan pembahasan yang akan
diteliti untuk saat ini. Berdasarkan temuan yang telah dilakukan peneliti
terkait dengan keaslian penelitian, maka terdapat penelitian terdahulu tentang
konsep penyesuaian diri. Berikut tabel originalitas penelitian peneliti.
Tabel 1. Originalitas
Penelitian N o Peneliti Terdahulu Judul Penelitian Hasil Penelitian
Originalitas Penelitian Peneliti 1. Laili Safura (2006) Hubungan antara
penyesuaian diri anak di Sekolah dengan prestasi belajar Terdapat hubungan
positif yang signifikan antara penyesuaian diri anak di sekolah dengan prestasi
belajar pada anak Terdapat perbedaan dari segi jenis penelitian dan subyek penelitian
2. Binky Paramitha Iskandar (2007) Penyesuaian Diri Remaja yang Beralih dari
Sekolah Formal ke homeschooling Terdapat gambaran penyesuaian diri subyek dalam
hal akademik dan psikososial. Ada subyek yang merasa telah dapat menyesuaikan
diri dengan baik dan subyek lainnya masih berusaha untuk menyesuaikan diri
dalam melaksanakan homeschooling Terdapat perbedaan pada jenis subyek yakni
homeschooling dan sekolah formal
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Problematika penyesuaian diri remaja terhadap sekolah: Studi deskriptif di MAN 3 Malang.. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment