Abstract
INDONESIA:
Investor yang rasional menginvestasikan dananya ke dalam saham efisien, yaitu saham yang mempunyai return tinggi dengan risiko minimal. Sampel dalam penelitian ini menggunakan saham yang aktif berdasarkan frekuensi perdagangan dan membagi dividen selama tiga tahun berturut-turut.
Tujuan penelitian adalah untuk membentuk portofolio optimal dan mengetahui perbedaan return dan risiko antarasaham kandidat dan non kandidat portofolio. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 19 saham yang menjadi kandidat portofolio dari 31 saham yang diteliti. Portofolio optimal dibentuk oleh empat saham, yaitu saham BMRT dan ANTM untuk JII dan untuk FBMS adalah DIGI dan PETRONA. Proporsi dana dari empat saham tersebut adalah sebesar 41.61% untuk BMRT dan 24.72% untuk ANTM serta digi 12.209% dan PETRONA 18.4816%.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa investor yang rasional akan menginvestasikan dananya ke dalam portofolio optimal yang terdiri dari saham ANTM dan BMRT untuk JII serta DIGI dan PETRONA untuk FBMS. karena kedua saham dari dua indeks tersebut konsisten menjadi saham kandidat walaupun dihitung dengan basis periode berbeda. Dari hasil uji beda hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang antara beta 15 saham kandidat di JII dengan beta 16 saham kandidat portofolio di FBMS. Rata-rata beta sahamkandidat lebih tinggi (0.953 ) dibandingkan rata-rata return saham non kandidat (0.561). Jadi portofolio optimal dalam penelitian ini dibentuk oleh saham yang mempunyai retun tertinggi pada tingkat risiko yang relatif sama.
ENGLISH:
Rational investors efficiently put their funds in stocks which have a high return and minimal risk. The samples in this study employ active stocks based on their trades frequencies and dividends distribution for three consecutive years.
The research objective is to establish an optimal portfolio and determine the differences of return and risk among candidate and non-candidate stocks. The results show that from 31 stocks there are 19 candidates in the portfolio. The optimal portfolio consists of four stocks, i.e. stocks of BMRT and ANTM in JII and DIGI and PETRONA in FBMS. The fund proportion of the stocks are 41.61% for BMRT,
24.72% for ANTM, 12.209% for DIGI and 18.4816% for PETRONA.
24.72% for ANTM, 12.209% for DIGI and 18.4816% for PETRONA.
The conclusion is that a rational investor wouldINVEST their funds in the optimal portfolio consisting of ANTM and BMRT stocks in JII, and DIGI and PETRONA stocks in FBMS. It is due to their consistency as candidate stock in the indices, even though they are calculated on the different period basis. From the results of hypothesis tests, it can be concluded that there are differences between beta 15 of the candidate stocks in JII and beta 16 of candidate stocks in FBMS. The beta average of candidate stocks is higher (0.953) than the return average of non candidate stocks (0561). So the optimal portfolio in this study is formed by stocks that have the highest retun at the same relative level of risk.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investor dalam melakukan investasi
pada saham di pasar modal bertujuan memperoleh tingkat pengembalian (return)
berupa deviden dan capital gain. Investor yang rasional tentunya akan
mengharapkan suatu tingkat pengembalian yang semakin tinggi dari investasi yang
dilakukannya dengan mempertimbangkan risiko atau kemungkinan terjadinya
penyimpangan dari tingkat pengembalian yang akan diperoleh karena unsur
ketidakpastian. Dalam hal ini investor dapat menggunakan konsep risk and return
dengan menerapkan teori portofolio. Menurut Elton dan Gruber (1977) analisis
portofolio adalah berkenaan dengan keinginan memperoleh sekelompok sekuritas
untuk dipegang, diberikan kekayaan oleh setiap sekuritas tersebut. Portofolio
dikategorikan efisien apabila memiliki tingkat risiko yang sama, mampu memberikan
tingkat keuntungan yang lebih tinggi, atau mampu menghasilkan tingkat
keuntungan yang sama, tetapi dengan risiko yang lebih rendah. Sedangkan
portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari
sekian banyak pilihan yang ada padakumpulan portofolio yang efisien (Tandelilin
: 2010). Investor memilih portofolio yang memberi kepuasan melalui risiko dan
return, dengan memilih sekuritas yang berisiko.Portofolio optimal merupakan
sesuatu yang unik atas investasi pada asset berisiko. Investasi yang realistik
akan melakukan investasi tidak hanya pada satu jenis investasi, akan tetapi
melakukan diversifikasi pada berbagai investasi dengan pengharapan akan
meminimalkan risiko dan memaksimalkan return. Namun informasi yang dihasilkan dari
analisis portofolio bersifat jangka pendek, oleh sebab itu membutuhkan analisis
berkelanjutan agar mendapatkan informasi yang relevan. Sartono dan Zulaihati
juga menambahkan bahwa strategi diversifikasi dilakukan dengan portofolio
optimal yang berarti keuntungan diperoleh dengan diversifikasi pada berbagai
investasi, dengan jumlah sekuritas tertentu yang memiliki return yang cukup
tinggi. Investasi dalam bentuk portofolio saham tersebut merupakan salah satu
pilihan dalam “bermain” di pasar modal. Sesuai dengan ungkapan “jangan
meletakkan semua telur dalam satu keranjang”, maka pembentukan portofolio untuk
menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur perhitungan melalui
sejumlah datasebagai input tentang struktur portofolio. Model-model analisis portofolio
yang dapat digunakan oleh investor antara lain adalah model Markowitz dan model
indeks tunggal. Model Markowitz membatasi pilihan investor hanya pada
portofolio yang terdiri dari aset berisiko, padahal pada kenyataannya investor
bebas memilih portofolio yang juga terdiri dari aset bebas risiko. Oleh sebab
itu, Elton dan Gruber (1995) menggunakan model Indeks Tunggal untuk melakukan
pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas fluktuasi searah dengan indeks
harga pasar. Dalam model Indeks Tunggal investor mempunyai pilihan untuk
memasukan aktiva bebas risiko ke dalam portofolionya. Teknik analisa portofolio
optimal menggunakan model Indeks Tunggal adalah analisis atas sekuritas yang
dilakukan dengan membandingkan excess return to beta (ERB) dengan Cut - off
rate-nya (Ci) dari masing-masing saham. Excess return to beta (ERB) merupakan
kelebihan pengembalian atas tingkat keuntungan bebas risiko pada aset lain dan
cut-off rate (Ci) itu sendiri tidak lain adalah merupakan perbandingan antara
varian return pasar dengan sensitivitas return saham individu terhadap variance
error saham. Saham yang memiliki ERB lebih besar dari Ci dijadikan kandidat
portofolio, sedang sebaliknya yaitu Ci lebih besar dari ERB tidak diikutkan
dalam portofolio (Bawazier dan Sitanggang : 1994). Masalah utama dalam
portofolio adalah bagaimana investor memilih dan menentukan kombinasi terbaik
antara tingkat pengembalian dan risiko agar terbentuk portofolio yang optimal
sehingga diperoleh return yang besar serta resiko yang paling minimal atas
kumpulan saham-saham dalam portofolio. Portofolio akan efisien bila terdiri
dari banyak saham dan pengembaliannya tidak memiliki korelasi yang kuat dan
positif satu sama lain. Banyaknya jumlah perusahaan yang listing di BEI dan
ICM, membuat para investor bingung untuk menentukan pilihan yang tepat, saham
menurut syariah islam mana yang yang aman, terbaik dan layak untuk dibeli. Maka
dari itu BEI berusaha membantu para investor untuk menentukan pilihannya dengan
membuat suatu indeks yang dikenal sebagai Jakarta Islamic Indeks ( JII ).
Indeks ini lahir pada tanggal 3 Juli
2000, PT Bursa Efek Indonesia. Bekerja sama dengan PT Danareksa Investmen
Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam
yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur
kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar
modal syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam.Pada awal peluncurannya, pemilihan
saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah
PT Danareksa Investment Management. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi
Prinsip-prinsip Syariah dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia, terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan
syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat dimasukkan
dalam perhitungan Jakarta Islamic Index. Tabel 1.1 Return JII dan FBMS Tahun
Return Return ( % ) Return Return ( % ) 2010 -0.04804 - 4,804 0.01649 1,649
2011 0.062382 6,238 0.11765 11,765 2012 -0.00377 0,37 -0.02 -2,00 Sumber
:Diolah penulis Begitupun di indeks JII mengalami fluktiasi yang lumayan sering
hal itu dapat dilihat dari tabel 1.1 disana di dinyatakan bahwa pada tahun 2012
indeks Jakarta Islamic indeks mengalami return negative yaitu – 4,8 % dan pada
tahun 2011 return yang dihasilkan positif hali ini disebabkan pada tahun 2011
perekonomian di Indonesia relative stabil sedangkan ditahun 2012 di berbagai
belhan di dunia mengalami krisis globaldan itu memberikan dampak yang cukup
besar bagi perekonomian di Indonesia. Selain itu tidak banyak nya konflik –
konflik di Negara timur tengah juga berpengaruh terhadap harga saham – saham di
Jakarta Islamic indeks. Sementra itu perkembangan pasar islam di Malaysia
berlangsung sekitar awal 90an. Keberhasilan penerapan perbankan syariah memicu
investor untuk dapat berinvestasi sesuai dengan kaidah-kaidah investasi secara
islami. Tonggak awal perkembangan investasi syariah di pasar modal Malaysia
bisa dikatakan baru dimulai setelah pada tahun 1983 Pemerintah Malaysia
menerbitkan obligasi syariah yang pertama dan cukup sukses.Kesuksesan ini
menimbulkan permintaan yang semakin besar terhadap tersedianya instrumen
investasi syariah di pasar modal.Pada tahun 1993, Pemerintah Malaysia kemudian
meluncurkan reksadana syariah pertamanya, yaitu Arab Malaysian Tabung Ittikal.
Adapun indeks syariah diluncurkan pertama kali oleh Kuala Lumpur Stock Exchange
pada tahun 1999, yaitu Kuala Lumpur Syariah Index (KLSI).Index Syariah tersebut
berfungsi untuk melihat kinerja saham-saham syariah yang tercatat pada papan
utama. Kemudian, pada tanggal 22 Januari 2007, bursa Malaysia melakukan
kerjasama dengan FTSE Group dan menghasilkan indeks syariah baru yang dikenal
dengan FTSE Bursa Malaysia EMAS Shariah Index (FBMS). Dengan diperkenalkannya
FBMS, KLSI secara resmi dinonaktifkan pada tanggal 1 November 2007 dan diganti
dengan FBMS, setelah selama sembilan bulan sama-sama diaktifkan sejajar dengan
FBMS. Saat ini, FBMS menjadi satu-satunya benchmark saham syariah di Malaysia
(Bursa Malaysia). FBMS terdiri dari perusahaan-perusahaan yang memenuhi
kriteria syariah yang telah ditetapkan oleh SAC per semester.Dalam
perkembangannya selama 5 tahun terakhir juga saham syariah Malaysia banyak
mengalam fluktuasi nilai return hal ini trjadi seiringan dengan krisis global
yang melanda dunia. Fluktuasi nilai return pasar menggambarkan kondisi pasar,
yaitu ketika pasar sedang baik dan investor optimis bahwa investasi di pasar
modal akan menguntungkan, maka akan diikuti oleh meningkatnya harga saham-saham
dan kondisi tersebut sering disebut pasar bullish, dan sebaliknya ketika pasar
tidak baik akan diikuti menurunnya harga saham dan kondisi tersebut dinamakan
pasar bearish. Jones dalam Tandelilin (2010) membedakan kondisi pasar menjadi
duakelompok, yaitu pasar bullish dan pasar bearish. Pada saat pasar dalam
kondisibullish hampir semua saham mengalami peningkatan harga yang
artinyamemberikan keuntungan pada investor dan sebaliknya pada saat pasar
dalamkondisi bearish hampir semua saham mengalami penurunan harga yang
menyebabkan kerugian bagi investor. Beberapa penelitian yang mengkaji tentang
pemilihan saham dan portofolio optimal telah banyak dilakukan oleh para
peneliti terdahulu. Diantaranya penelitian Sartono dan Zulaihati (1998),
Penelitian Indrawati (2005), Sudana dan Janiarti (2000), Wahyudi dan Hartini
(2000) yang menggunakan model indeks tunggal untuk memilih saham dan menentukan
portofolio optimal. Dengan menggunakan saham bluechips atau LQ-45 untuk
membentuk portofolio, ternyata return yang dihasilkan belum menjamin
tercapainya expected return investor. Rata-rata frekuensi perdagangan saham
yang masuk dalam portofolio optimal lebih tinggi dibandingkan rata-rata
frekuensi perdagangan saham yang tidak masuk dalam portofolio.Hal ini
membuktikan bahwa investor cukup rasional melakukan prosedur analisis pemilihan
saham dan bertransaksi di BEJ. Wisnu (2008) menganalisis portofolio saham
dengan model indeks tunggal sebagai dasar pengambilan keputusan investasi pada
Bursa Efek Jakarta tahun2004- 2006, dengan hasil penelitian yaitu investor
dapat menginvestasikan pada saham ARNA, ACAP,LMSH, EKAD, AUTO, AALI, dan LION,
dan perolehan investor yang berinvestasi pada saham ini akan menghasilkan
keuntungan pasar dengan risiko mendekati nol persen. Pada penelitian ini akan
dianalisis bagaimana pembentukan portofolio optimal menggunakan model indeks
tunggal pada saham-saham yang termasuk dalam saham unggulan FBMS dan JII.
Kemudian akan dianalisis bagaimana
keputusan investor dalam melakukan investasi secara rasional pada saham yang
merupakan kandidat portofolio optimal. Objek penelitian ini hanya terbatas pada
saham - saham dan JII di BEI yang listing selama 2010- 2012 dan FBMSselama
tahun 2010 - 2012. Penelitian ini tidak menggunakan indeks ganda karena
keterbatasan data yang dapat diperoleh oleh penulis karena sangat sulit mencari
informasi tentang keadaan ekonomi di Malaysia. Apalagi menyangkut ekonomi makro
di Malaysia. Sehingga penulis menggunakan indeks tunggal untuk membandingkan
portofolio di kedua indeks tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya
data dan informasi mengenai pembentukan portofolio optimal pada saham JII dan
FBMS menggunakan model indeks tunggal. Karena belum adanya penelitian yang
membandingkan portofolio antara JII dan FBMS oleh sebab itu maka penulis akan
membandingkan kedua indeks tersebut dan membuat penelitian yang berjudul : “
PERBANDINGAN PORTOFOLIO SAHAM DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL ANTARA JII DENGAN
FTSE BURSA MALAYSIA EMAS SHARIAH INDEXDI MALAYSIA” .
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa tingkat keuntungan dan resiko yang
di hasilkan dari portofolio yang optima dari JII dan FBMS?
2. Bagaimanakah perbandingan
portofolio antara FBMS dan JII dengan menggunakan indeks tunggal ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui berapa tingkat
keuntungan dan resiko yang di hasilkan dari portofolio optima dari JII dan
FBMS.
2. Untuk mengetahui pagaimanakah
perbandingan portofolio antara FBMS dan JII dengan menggunakan indeks tunggal.
1.4Manfaat Penelitian
A. Manfaat Akademik
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana
informasi untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang investasi dalam
portofolio. Selain itu memberikan kontribusi sebagai bahan referensi untuk
penelitian sejenis
. B. Manfaat bagi Praktisi dan
Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat dan kegunaan bagi para investor untuk membantu proses
pengambilan keputusan dalam melakukan investasi portofolio saham di pasar modal
sehingga para investor dapat memilih altenatif investasi terbaik.
C. Manfaat bagi penulis selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian, pertimbangan dan
pengembangan kearah yang lebih baik bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Batasan
Penelitian Data dan laporan keuangan yang digunakan hanya dibatasi saja dari
tahun 2010 – 2012 selain itu metode yang dilakuakan untuk mengetahui portofolio
optima hanya menggunakan model indeks tunggal.
No comments:
Post a Comment