Abstract
INDONESIA:
Pondok pesantren adalah suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Kehidupan di pesantren sangat dikenal dengan kepatuhan santrinya. Kepatuhan terhadap Kiai menjadi aspek psikologis yang sangat lekat dengan kehidupan santri di pesantren. Ketika suatu kepatuhan dituntut untuk terjadi, maka santri perlu menanamkan efek positif dari peraturan kepada diri mereka. berpikiran yang positif memiliki andil yang cukup penting dalam upaya menumbuhkan rasa patuh terhadap peraturan yang ada. Karena kepatuhan adalah suatu sikap dan suatu sikap terbentuk dari pikiran-pikiran kita. Jika pikiran kita selalu positif maka kita akan menciptakan sikap yang positif pula begitu juga sebaliknya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat berpikir positif dan kepatuhan santri serta adakah hubungan antara berpikir positif dengan kepatuhan pada aturan santri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat berpikir positif dan kepatuhan santri serta menguji apakah ada hubungan yang signifikan antara berpikir positif dengan kepatuhan pada santri yang tinggal di pondok pesantren Al-Amanah Tambakberas Jombang.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Subjek dalam penelitian ini adalah santri di pondok pesantren Al-Amanah Tambakberas Jombang. Populasi pada penelitian ini berjumlah 280 santri, teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga sampel yang didapat berjumlah 48 santri. Uji validitas dengan menggunakan rumus Product Moment, dan uji reliabilitas dengan Alpa Cronbach Hipotesa awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara berpikir positif dengan kepatuhan santri.
Hasil penelitian yaitu Tingkat berpikir positif dan kepatuhan masing- masing berada pada ketegori sedang dan keduanya memiliki prosentase yang sama yaitu 70,8%. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 16.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara berpikir positif dan kepatuhan santri. Korelasi product moment dari Pearsons menunjukkan angka sebesar 0,067 dengan p 0,651 (p < 0,05) artinya Tidak ada hubungan yang signifikan antara berpikir positif dan kepatuhan santri pondok pesantren Al-Amanah Tambakberas Jombang. Berarti hipotesa yang diajukan peneliti ditolak.
ENGLISH:
Boarding school is a place that emphasizes education and teaching Islamic studies and supported as a residence dorm students who are permanent. Life at boarding school is known for its compliance and independence of its students. Compliance with the psychological aspects of Kiai became very attached to the lives of students in boarding schools. When a compliance required to be the case, then students need to cultivate a positive effect of the rules to themselves. Positive thinking has a significant stake in the effort to foster a sense of adherence to existing regulations. Because adherence is an attitude and an attitude is formed of our thoughts. If our mind is always positive then we will also create a positive attitude and vice versa.
Formulation of the problem in this research is how positive thinking and adherence level students and is there any relationship between positive thinking with adherence to the rule of students.This study aims to determine the level of positive thinking and adherence students and test whether there is a significant relationship between positive thinking with adherence to the students, who live in Islamic boarding Al-Amanah Tambakberas Jombang.
Research design used in this study is a quantitative correlation. Subjects in this study were students at Islamic boarding Al-Amanah Tambakberas Jombang. The population in this study are to 280 students, the sampling technique used purposive sampling method so that the sample obtained amounted to 48 students. The validity test used is Product Moment formula, and reliability test using Cronbach Alpha. Initial hypothesis proposed in this study is that there is significant relationship between positive thinking with students obedience.
The results of the study are the level of positive thinking and adherence to the respective categories were moderate and both have the same percentage 70.8%. Methods of data analysis in this study using SPSS version 16.0 program to test whether there is a relationship between positive thinking and students obedience. Pearsons product moment correlation of 0.067 indicates the number of p 0.651 (p <0.05) means that there is no significant relationship between positive thinking and students adherence of Islamic boarding Al-Amanah Tambakberas Jombang. If means the proposed research hypothesis was rejected.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah Pondok pesantren adalah suatu tempat
pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung
asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Pondok pesantren
dikenal sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia dan menjadi lembaga yang
mempunyai kontribusi penting dalam mencerdaskan bangsa. Keberadaan pondok
pesantren dengan segala aspek kehidupan dan perjuangannya memiliki nilai
strategis dalam membina insan kualitas iman, ilmu, dan amal. Kedudukan pondok
pesantren dalam sistem pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam UU
sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan keagamaan pasal 30, bahwa pondok
pesantren merupakan salah satu bentuk dari pendidikan keagamaan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk
agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan (ayat 1), serta dapat
diselenggarakan lewat jalur formal, non-formal, dan informal (ayat 3)
(Kresnawan, 2010:20). Sejak semula pesantren telah menjadi pusat pembelajaran
dan dakwah. Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia pesantren memainkan
peran yang sangat penting dalam sejarah pendidikan. Pesantren memiliki tradisi
yang kuat dalam mensosialisasikan nilai-nilai dan menurunkan pemikiran para
pendahulunya dari generasi ke generasi (Marhumah, 2011:1). 2 Pondok pesantren
merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang memiliki fokus tidak
hanya pada ilmu pengetahuan umum tetapi juga ilmu agama. Selain itu sistem
pendidikan yang diterapkan di pesantren juga tidak sama dengan sekolah umum
biasa. Hal itu terlihat bahwa pondok pesantren lebih menekankan sistem
pengajaran yang berlandaskan kekeluargaan. Hal ini dilakukan karena sebagian
besar santrinya berusia belasan tahun atau biasa dikenal dengan masa remaja
dimana dipenuhi oleh gejolak emosi yang meluap-luap dan sangat mudah
dipengaruhi oleh orang lain. Kelebihan inilah yang dimiliki pesantren sebagai lembaga
pendidikan. Dengan segala keterbatasannya pesantren mampu menampilkan diri
sebagai lembaga pembelajaran yang berlangsung terus-menerus hampir 24 jam
sehari (Hartono, 2006:2). Pondok pesantren (Ponpes) dalam bacaan teknis
merupakan suatu tempat yang dihuni oleh para santri.
Pernyataan ini menunjukkan makna
pentingnya ciri-ciri pondok pesantren sebagai sebuah lingkungan pendidikan
integral. Sistem pendidikan pondok pesantren sebetulnya sama dengan sistem yang
dipergunakan akademi militer, yakni dicirikan dengan adanya sebuah bangunan
beranda yang di situ seseorang dapat mengambil pengalaman secara integral
(Halim, A dkk, 2005: 221) . Penelitian tentang pesantren telah banyak dilakukan
yang mana hal itu menunjukkan keragaman dari berbagai segi. Sebagian besar
penelitian berbicara tentang “Tradisi Pesantren” oleh Zamakhsyari Dhofier pada
tahun 1980, “Nilai-Nilai Pendidikan Di Pesantren” oleh Abdurrahman Mas’ud pada
3 tahun 2004, dan “Kiai dan Kekuasaan” oleh Endang Turmudi pada tahun 2007,
yang kesemuanya memandang pesantren dari sudut pandang yang berbeda-beda
(Marhumah, 2010:10). Salah satu unsur yang harus dimiliki pondok pesantren
adalah keberadaan santri. Geertz menjelaskan bahwa santri memiliki arti sempit
dan arti luas. Santri secara sempit adalah seorang pelajar sekolah agama yang
disebut pesantren. Adapun dalam arti yang lebih luas kata santri mengacu pada
seorang anggota bagian penduduk jawa yang menganut Islam dengan sungguh-sungguh
(Ziemek. 1986:99). Kehidupan di pesantren sangat dikenal dengan kepatuhan dan
kemandirian santrinya. Kepatuhan terhadap Kiai dan kemandirian menjadi dua
aspek psikologis yang sangat lekat dengan kehidupan santri di pesantren.
Kepatuhan adalah perubahan sikap dan tingkah-laku seseorang untuk mengikuti
permintaan atau perintah orang lain (Hartono, 2006:1). Secara psikologis
ketaatan pada aturan sangat penting, meskipun terkesan kalau kepatuhan akan
membatasi kebebasan individu, namun sebenarnya ada dasar yang sangat kuat
berkaitan dengan kepatuhan. Tanpa kepatuhan seseorang tidak akan mengetahui
sedang berada dalam kekacauan sosial (Nuqul, 2006 dalam Umami, 2010:19).
Demikian pula dengan aturan yang ada di pondok pesantren Al-Amanah
Al-Fathimiyyah Tambakberas Jombang, keberadaanya sangat penting untuk dipatuhi.
Kepatuhan didasarkan pada keyakinan bahwa otoritas memiliki hak untuk meminta.
Riset menunjukkan bahwa orang lebih mungkin untuk menerima 4 otoritas seperti
majikan atau pemimpin agama jika mereka mendapat manfaat atau keuntungan
(Taylor, Peplau & Sears 2009:284).
Kepatuhan atau ketaatan dapat
menjadi hal yang baik, misalnya ketaatan atau kepatuhan kepada orang tua dan
guru merupakan bagian dari sosialisasi hampir semua orang menjalankan sebuah
pasukan, sebuah rumah sakit, atau usaha apapun yang melibatkan banyak orang akan
menjadi hampir tidak mungkin jika orang tersebut tidak mematuhi peraturan yang
ditentukan oleh sebuah lembaga tersebut (Umami, 2010:3). Fenomena di pesantren
saat ini banyak santri yang acuh tak acuh dengan adanya peraturan. Mereka
menganggap bahwa peraturan adalah hal yang biasa jika dilanggar sehingga banyak
santri yang berlomba-lomba untuk melakukan bervariasi pelanggaran yang radikal.
Pada awalnya banyak santri yang berontak apabila pesantren mengeluarkan
peraturan baru, tapi jika kita telusuri peraturan tersebut timbul akibat
pelanggaran yang dilakukan santri itu sendiri. Peraturan pesantren bukan
menekan kita tapi justru memberikan jalan yang baik untuk kedisiplinan kita
(Insaf, 2012:58). Seseorang berperilaku patuh karena beberapa sebab yaitu; a)
untuk keluar dan menghindar dari orang lain, b) untuk menghindari timbulnya
masalah dan menjauhi tantangan, c) untuk menghindari rasa takut atau hal buruk
lain yang diakibatkannya, d) agar perhatian tidak tertuju padanya. Biasanya
kita menemui seseorang menggunakan sikap patuh sebagai cara untuk beradaptasi
dalam hidup. Sikap ini juga biasanya dilakukan sebagai pertanda menyerah 5 dan
mengalah karena posisinya lebih lemah dibanding orang lain, sehingga dia merasa
tidak bisa mempertahankan prinsipnya (Elfiky, 2010:32-33). Sebelum penelitian
ini dilakukan ada beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti tentang
kepatuhan. Namun walaupun demikian tetap ada perbedaan dengan penelitian ini
dari segi subyek penelitian serta metode penelitian. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ardini puji Wilujeng diungakapkan bahwa pelatihan berfikir
positif dalam meningkatkan perilaku kepatuhan santri adalah ditolak. Ini
berarti pelatihan berfikir positif tidak efektif dalam meningkatkan kepatuhan
pada santri pondok pesantren Tebuireng Jombang (Wilujeng, 2010). Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah Umami bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara dukungan sosial dengan kepatuhan pada aturan. Itu artinya
dukungan sosial adalah salah satu faktor yang penting yang dapat mempengaruhi
kepatuhan santri (Umami, 2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili
Rahmah mengungkapkan bahwa ada hubungan signifikan antara kecerdasan emosional
dengan kepatuhan pada santri Remaja di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah (Rahmah,
2010). Ketika suatu kepatuhan dituntut untuk terjadi, maka santri perlu
menanamkan efek positif dari peraturan kepada diri mereka. Pemahaman tentang
kebaikan peraturan akan mereka dapatkan ketika mereka mampu berpikir positif
tentang peraturan. Mitos yang selama ini berkembang bahwa peraturan akan mengekang kebebasan mereka
perlu dirubah. Peraturan yang dibentuk adalah demi kebaikan mereka sendiri
(Wilujeng, 2010:27).
Menurut Elfiky (2010) bahwa pikiran
mampu mempengaruhi mindset dan membuat fokus pada satu persoalan tertentu. Bila
telah fokus, maka hal itu juga akan menyebabkan perubahan pada perasaan. Pada
titik ini mulai terlihat perubahan pada ekspresi wajah yang dilanjutkan dengan
gerakan anggota tubuh dan disambut dengan ucapan yang akan keluar dari mulut.
Semua itu sebab dasarnya adalah pikiran (Elfiky, 2010:31). Pikiran sangat
menentukan perilaku dan kesuksesan kita di masa depan. Sebab, kesedihan dan
kebahagiaan kita bermula dari pikiran. Jika pikiran kita selalu positif dalam
memandang apa pun realitas yang terjadi maka perjalanan hidup akan senantiasa
diwarnai ketentraman, kenyamanan, dan kebahagiaan lahir batin (Asmani,
2009:16). Bagi kebanyakan orang , berpikir sudah menjadi sesuatu yang wajar.
Kapan pun, di mana pun dan dalam keadaan bagaimana pun berpikir telah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Tanpa sadar, pikiran kita membentuk
apa yang ingin kita lakukan, rasakan, dan inginkan. Jika ingin kehidupan di
penuhi dengan banyak hal positif maka pikiran hanya harus dipenuhi dengan yang
positif saja (Arifin, 2011:12). Pikiran positif adalah potensi dasar yang
mendorong manusia untuk berbuat dan bekerja dengan menginvestasikan seluruh
kemampuan kemanusiaannya. Itulah pikiran yang membuat hidup seseorang menjadi
lebih 7 baik. Pikiran yang membantu seseorang dalam mengembangkan akal,
perasaan, dan perilakunya menjadi lebih baik (El-Bahdal, 2010:41). Berpikir
positif adalah kemampuan berpikir seseorang untuk menilai pengalaman-pengalaman
dalam hidupnya. Sebagai bahan yang berharga untuk pengalam selanjutnya dan
menganggap semua itu sebagai proses hidup yang harus diterima (Peale,
2006:135). Manusia memiliki pikiran, perasaan dan tingkah laku yang saling
berhubungan erat, semuanya akan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Demikian
juga ketika berpikir positif maka pada gilirannya akan memberi efek positif
pada perasaan dan perilaku. Jika seseorang berpikir positif bahwa ia dapat
menerima kenyataan diri apa adanya, berarti tidak hanya dapat membebaskan diri
dari rasa cemas yang berkepanjangan, tetapi juga akan mampu mengubah hal-hal
yang dapat diubah dan dengan tenang bisa menerima hal-hal yang memang tidak
dapat diubah. Pola berpikir baik positif maupun negatif akan berdampak besar
dalam memimpin diri sendiri.
Cara berpikir positif bermanfaat bagi titik
tolak untuk meningkatkan dunia psikologis karena akan berusaha memperhatikan
beberapa hal yang membantu untuk menjelaskan dampaknya pada perilaku dan
pengalaman hidup (Aprilanida, 2010:7). Dari uraian di atas, dapat diketahui
bahwa kepatuhan pada aturan merupakan hal yang penting dalam kehidupan santri
yang tinggal di pondok pesantren, dan kaitannya dengan remaja, yang merupakan
masa perkembangan dengan masalah yang kompleks, tidak semua remaja dapat 8
melakukan kepatuhan pada aturan dengan baik. Salah satu upaya untuk dapat
melakukan kepatuhan yang baik adalah dengan berpikir positif. Dari sinilah maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kepatuhan yang kaitannya
dengan berpikir positif santri yang tinggal di pondok pesantren, maka penulis
memilih judul Hubungan Antara Berpikir Positif Dengan Kepatuhan Pada Aturan
(Studi pada santri di Pondok Pesantren Putri AlAmanah Tambakberas Jombang).
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian pada latar belakang di
atas, penulis menitik-beratkan pada permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat berpikir
positif santri di Pondok Pesantren Putri AlAmanah Tambakberas Jombang?
2. Bagaimana tingkat kepatuhan pada
aturan santri di Pondok Pesantren Putri AlAmanah Tambakberas Jombang?
3. Adakah hubungan antara berpikir
positif dengan kepatuhan pada aturan santri di Pondok Pesantren Putri Al-Amanah
Tambakberas Jombang?
C. Tujuan Penelitian Dari rumusan
masalah tersebut, adapun tujuan penelitian yang penulis angkat ini adalah
untuk:
1. Mengetahui tingkat berpikir
positif santri di Pondok Pesantren Putri AlAmanah Tambakberas Jombang.
2. Mengetahui tingkat kepatuhan pada aturan
santri di Pondok Pesantren Putri Al-Amanah Tambakberas Jombang.
3. Membuktikan hubungan antara berpikir
positif dengan kepatuhan pada aturan santri di Pondok Pesantren Putri Al-Amanah
Tambakberas Jombang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian
ini antara lain: Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi bagi penelitianpenelitian yang berkaitan dengan berpikir positif
dengan kepatuhan pada aturan, selain itu dapat memberikan informasi dan masukan
yang dapat memperjelas konsep maupun teori dalam bidang psikologi. Secara
Praktis
1. Bagi Pimpinan dan Pengelola
Pondok Pesantren Memberikan informasi tentang permasalahan kepatuhan pada
aturan yang dihadapi para santri di pondok pesantren, faktor yang terkait yang
mempengaruhinya serta upaya dalam meningkatkan kepatuhan yang baik.
2. Bagi Santri di Pondok Pesantren
Memberikan pandangan baru bagi santri untuk mengembangkan pola kepatuhan pada
aturan yang tepat di pondok pesantren.
3. Bagi Departemen Agama (Depag)/Kementrian
Agama Dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan formulasi yang tepat
mengenai pengembangan kualitas pondok pesantren.
4. Bagi Bidang Psikologi Dapat
menambah khasanah pengetahuan dalam bidang psikologi pendidikan dan psikologi
islami khususnya mengenai kepatuhan pada aturan santri di pondok pesantren.
5. Bagi Peneliti Lain Dapat
dijadikan referensi untuk mengadakan penelitian sejenis atau mengembangkan lagi
penelitian ini sehingga menambah wacana yang sudah ada sebelumnya.
6. Bagi peneliti Penulisan
penelitian ini bermanfaat sebagai penerapan disiplin ilmu yang diterima
khususnya tentang hubungan antara berpikir positif dengan kepatuhan pada aturan
pada santri.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Hubungan antara berfikir positif dengan kepatuhan pada aturan: Studi pada santri di Pondok Pesantren Putri Al-Amanah Tambakberas Jombang. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment