Abstract
INDONESIA:
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Namun, di balik prestasi yang dimilikinya, masih terdapat permasalahan yang dihadapi oleh UMKM yaitu mengenai pengelolaan keuangan dalam usahanya diantaranya seperti tidak terbiasa menyusun laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara empiris persepsi pelaku UMKM di Pasar Porong atas pelaporan keuangan, untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pelaku UMKM Pasar Porong atas pelaporan keuangan, serta untuk mengetahui pengaruh persepsi pelaku UMKM Pasar Porong terhadap pelaporan keuangan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis Partial Least Square (PLS). Populasi dalam penelitian ini adalah UMKM di Pasar Porong Sidoarjo dengan jumlah 2615 UMKM dan jumlah sampel yang diambil berdasarkan tabel Nomogram Herry King adalah sebanyak 245 UMKM.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil rekapitulasi data dan scoring adalah UMKM di Pasar Porong Sidoarjo memiliki persepsi negatif atas pelaporan keungan. Sebanyak 139 UMKM memiliki persepsi negatif atas penggunaan laporan keuangan dengan persentase sebesar 57%. Pada pengujian Partial Least Square dapat diketahui bahwa faktor-faktor dalam diri (X1) secara langsung berpengaruh terhadap persepsi UMKM di pasar Porong Sidoarjo (Y1). Demikian faktor-faktor dalam situasi (X2) secara langsung juga berpengaruh terhadap persepsi UMKM di pasar Porong Sidoarjo (Y1). Akan tetapi, faktor-faktor dalam objek (X3) secara langsung tidak berpengaruh terhadap persepsi UMKM di pasar Porong Sidoarjo (Y1). Sedangkan persepsi UMKM di pasar Porong Sidoarjo (Y1) secara langsung berpengaruh terhadap pelaporan keuangan UMKM pasar Porong Sidoarjo (Y2).
INDONESIA:
Micro, small , and medium enterprises (SMEs) play a very vital role in the development and economic growth . However , despite its achievements , there are still problems faced by SMEs is about financial management in their business such as not accustomed to prepare financial statements . Based on the description , this study was conducted in order to determine empirically the perception of SMEs in Porong Market over financial reporting , to identify the factors that influence the perception of SMEs Porong Market over financial reporting , as well as to determine the effect of the perception of SMEs towards reporting Porong Market finance .
This study uses quantitative methods to the analysis of Partial Least Square (PLS) . The population in this study is Porong Sidoarjo SME Market SMEs with the number 2615 and the number of samples taken by King HerryNomogram table is as much as 245 SMEs .
Conclusion of the results and scoring data summary , SMEs in the Porong Sidoarjo market have a negative perception over the financial reporting . A total of 139 SMEs have a negative perception on the use of financial statements with a percentage of 57 % . In Partial Least Square test can be seen that the factors within (X1) directly affect the perception of SMEs in the Porong Sidoarjo market (Y1) . Thus the factors in the situation (X2) is also directly affect the perception of SMEs in the Porong Sidoarjo market (Y1) . However , the factors in the object (X3) does not directly affect the perception of SMEs in the Porong Sidoarjo market (Y1) . While the perception of SMEs in the Porong Sidoarjo market (Y1) directly affect the financial reporting of Porong Sidoarjo market SMEs (Y2)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari perspektif dunia, diakui bahwa
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital
di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya karena kelompok usaha
tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja sehingga menjadi sumber
pertumbuhan kesempatan kerja atau pendapatan, tetapi juga di banyak negara
kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)
sangat besar (Tambunan, 2009:1). UMKM memberikan sumbangan dalam output
nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam ekspor non migas hanya 15 persen,
namun memberi kontribusi sekitar 99 persen dalam jumlah badan usaha di
Indonesia serta mempunyai andil 99,6 persen dalam penyerapan tenaga kerja
(www.slideshare.net). Menurut Rudiantoro (2010), Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan memberikan kontribusi bagi
perekonomian Indonesia. Kontribusi UMKM tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1
berikut. Tabel 1.1 Kontribusi pada PDB Tahun Kontribusi pada PDB (dalam rupiah)
2009 2.000.000.000.000.000 2010 3.000.000.000.000.000 Besarnya kontribusi yang
disumbangkan oleh UMKM juga terlihat dari tingginya penyerapan tenaga kerja
dari sektor UMKM ini, yaitu hingga tahun 2009 sebanyak 91,8 juta atau 97.3%
dari seluruh tenaga kerja di Indonesia Eksistensi UMKM semakin diperkuat dengan
segala keunggulan yang dimilikinya. Pada saat bencana ekonomi menjadi pukulan
bagi bangsa Indonesia yakni krisis ekonomi tahun 1997, kemerosotan ekonomi yang
terjadi membuat banyak pihak tak bersiap diri menghadapi kondisi ini. Akan
tetapi diantara negara-negara lain, Indonesia adalah negara yang paling tidak
diperkirakan akan terkena krisis bila dibandingkan dengan negara-negara lain.
Hal ini disebabkan terdapat banyak UMKM di Indonesia yang mampu bertahan pada
saat krisis (Mansyur: 2012). Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Syariefuddin Hasan, mengatakan bahwa, “Jumlah usaha kecil menegah di Indonesia
mencapai sekitar 56,7 juta. 99,8 persennya adalah UMKM”. Jumlah tersebut meningkat
dari tahun ke tahun seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia (www.depkop.go.id)
Dengan semakin meningkatya jumlah
UMKM tersebut, pertumbuhan ekonomi juga semakin meningkat. Kenyataannya, pada
tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 6,23 persen. Kedua
tertinggi di dunia setelah Cina. Pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan lebih
tinggi dari pertumbuhan ekonomi India dan Brazil. Salah satu pendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sektor koperasi dan UMKM
(http://chirpstory.com). Namun, dibalik prestasi gemilang yang ditunjukkan
dengan keberadaan UMKM tersebut, pada kenyataannya masih terdapat berbagai
permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh UMKM, diantaranya kendala klasik
yaitu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), lemahnya jaringan usaha dan kemampuan
penetrasi pasar, mentalitas pengusaha UMKM, kurangnya transparansi antara
generasi awal pembangun UMKM tersebut terhadap generasi selanjutnya, legalitas,
serta masalah finansial (http://repository.ipb.ac.id). Menurut Tlhomola (2013:24)
dalam penelitiannya membuktikan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang
menyebabkan kegagalan pada UMKM. Permasalahan tersebut antara lain tingkat
pendidikan yang rendah dan kurangnya pelatihan, pemasaran yang buruk,
keengganan bank untuk memberikan pinjaman kepada UMKM, penggunaan aset bisnis
untuk keperluan pribadi, besarnya biaya keamanan (pungutan liar), serta tidak
adanya dukungan dari pemerintah. Diantara permasalahan dan kendala yang
dihadapi oleh UMKM, masalah utama yang ada pada UMKM yaitu mengenai pengelolaan
keuangan dalam usahanya tersebut, karena pengelolaan yang baik memerlukan
keterampilan Akuntansi yang baik pula oleh pelaku bisnis UMKM (Handayani,
2009:1). Menurut Raja (2010:169), ada beberapa faktor penyebab kegagalan UMKM,
diantaranya seperti tidak terbiasa menyusun laporan keuangan. Padahal dari
laporan keuangan, UMKM dapat mengevaluasi perkembangan usahanya, sehingga dapat
mengetahui keuntungan dan kerugian usaha berdasarkan analisis laporan keuangan.
Sebagian besar UMKM tidak mengalami perkembangan dalam hal kinerja keuangannya.
Hal ini tak lepas dari ketidaksadaran pelaku UMKM terhadap pentingnya
pengelolaan keuangan perusahaan. Padahal, pengelolaan keuangan menjadi salah
satu aspek penting bagi kemajuan perusahaan. Pengelolaan keuangan dapat
menghasilkan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan bagi penggunanya. Sepanjang UMKM masih menggunakan uang sebagai alat
tukarnya, laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh UMKM (Setyorini, 2012:2).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan UMKM, tujuan laporan keuangan entitas mikro
kecil dan menengah adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja, dan
laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat
meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu
(IAI:2009). Laporan keuangan mempunyai peran penting untuk mencapai
keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Ervillia:2009). Laporan keuangan
dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan dalam pengelolaan
usaha mikro kecil dan menengah, antara lain untuk keputusan penetapan harga,
pengembangan pasar, termasuk untuk keputusan investasi (Prastowo,dkk:2002).
Pentingnya laporan keuangan didukung oleh Kasmir (2012:19) yang menyatakan
bahwa pembuatan dan penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi
kepentingan berbagai pihak, baik pihak intern maupun ekstern perusahaan. Pihak
yang paling berkepentingan tentunya pemilik usaha dan manajemen itu sendiri.
Sementara itu, pihak luar adalah mereka yang memiliki hubungan. Masing-masing
pihak memiliki keuntungan tersendiri dari laporan keuangan. Banyak pelaku UMKM
merasa bahwa perusahaan mereka berjalan normal namun sebenarnya UMKM tersebut
tidak mengalami perkembangan. Ketika mereka mendapatkan pertanyaan mengenai
laba yang didapatkan setiap periode, mereka tidak bisa menunjukkan dengan
nominal angka melainkan dengan aset berwujud seperti tanah, rumah, atau
kendaraan. Lebih lanjut, aset tersebut didapatkan tidak hanya dengan dana
perusahaan tetapi terkadang ditambah dengan harta pribadi. Aset tersebut
terkadang juga bukan digunakan untuk perusahaan namun digunakan untuk
kepentingan pribadi dan tidak terdapat pencatatan ataupun pemisahan di antara
keduanya. Hal ini menyebabkan perkembangan perusahaan khususnya dalam hal
kinerja keuangan tidak dapat diketahui secara jelas (Setyorini, 2012:3).
Menurut Suhairi (2013) dalam penelitiannya membuktikan salah satu faktor yang
diduga mempengaruhi pengembangan UKM adalah rendah penerapan akuntansi pada
UKM. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tlhomola (2013)
tentang “Persepsi Pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah tentang Faktor-Faktor
Penyebab Kegagalan : Sebuah Kasus Metropolitan Tshwane”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dianggap memberikan kontribusi pada
kegagalan bisnis salah satunya adalah cukup sering pengusaha menggunakan aset
bisnis untuk penggunaan pribadi mereka yang pada akhirnya akan mempengaruhi
profitabilitas bisnis. Adanya permasalahan pelaporan keuangan (penerapan
akuntansi) pada UMKM juga didukung oleh Handayani. Menurut Handayani (2009:11)
dalam penelitiannya di Perkebunan Artagalantina juga membuktikan bahwa UKM
Perkebunan Artagalantina sebelumnya tidak pernah menyusun dan membuat laporan
keuangan usaha yang dijalaninya tersebut.
Sehingga, penulis berusaha membantu
Usaha Kecil Menengah (UKM) Perkebunan Artagalantina dalam merancang dan
menyajikan laporan keuangan berdasarkan pada teori yang ada dengan menerapkan
siklus akuntansi sehingga dapat dihasilkan laporan keuangan yang baik, sesuai
dan memadai dengan usaha Perkebunan Artagalantina. Demikian halnya yang terjadi
pada UMKM di Pasar Porong. Pasar porong merupakan salah satu tempat perdagangan
besar yang terdiri dari ribuan UMKM dengan berbagai jenis dan bidang usaha yang
beraneka macam di dalamnya. Dari hasil observasi, sebanyak 30 UMKM dari 34 UMKM
di dalamnya tidak menggunakan laporan keuangan dalam menjalankan usahanya.
Selain itu, hampir keseluruhan dari mereka tidak memisahkan antara asset bisnis
dengan asset pribadi, sehingga mereka tidak bisa mengetahui jumlah laba dan
tambahan modal yang diperoleh setiap harinya. Tidak terselenggarakannya praktik
pelaporan keuangan pada UMKM sebagaimana yang terjadi pada banyak wilayah
bersumber dari persepsi yang salah terhadap urgensi laporan keuangan bagi UMKM.
Hal ini didukung oleh Tlhomola (2013) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
persepsi para pelaku UMKM bisa menjadi bantuan untuk menghindari kegagalan di
bisnis mereka sendiri dan juga bisa menjadi hambatan serta berpengaruh negatif
terhadap bisnis mereka. Individu bisa melihat hal yang sama, namun
mengartikannya secara berbeda. Sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan
terkadang mengubah persepsi. Faktor – faktor ini bisa terletak dalam diri
pembentuk persepsi, dalam diri objek, atau target yang diartikan, atau dalam
konteks situasi dimana persepsi tersebut dibuat. (Robbins,dkk,2008:175)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, bagi sebagian besar UMKM, tidak
pentingnya pelaporan keuangan karena mereka merasa tidak membutuhkan informasi
akuntansi dan memandang akuntansi merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk
dijangkau serta menganggap informasi akuntansi tidak penting. Untuk itu, dapat
dinyatakan bahwa tidak diterapkannya praktik akuntansi secara optimal pada
sebagian besar UMKM selama ini dikarenakan para pelaku UMKM belum pernah
merasakan manfaat dari informasi akuntansi. Selain itu, UMKM di Indonesia masih
didominasi oleh Usaha Mikro dan Kecil, yang mana pada kedua jenis kelompok
usaha tersebut masih lebih banyak dikelola secara perseorangan dengan manajemen
seadanya. Sehingga mereka beranggapan segala aktivitas mereka yang menjalankan
sendiri dan tidak perlu adanya pelaporan keuangan. Menurut Sariningtyas (2012),
pemahaman teknologi informasi secara parsial berpegaruh terhadap kebutuhan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK ETAP) bagi
Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sedangkan variabel tingkat pendidikan pemilik dan
karakteristik kualitatif laporan keuangan secara parsial tidak berpengaruh
terhadap kebutuhan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas
Publik (SAK ETAP) bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Sedangkan Abrory (2010)
menyatakan bahwa variabel pendidikan pemilik (X1) dan jenis laporan keuangan
(X3) memiliki pola hubungan yang searah (positif) dengan kebutuhan SAK,
sedangkan variabel karakteristik kualitatif laporan keuangan (X2) memiliki pola
hubungan yang berlawanan (negatif) dengan kebutuhan SAK. Anwar (2006) dalam
hasil penelitiannya menyatakan bahwa tingkat pendidikan dan ilmu pengetahuan
mempengaruhi dan membentuk persepsi.
Sedangkan Mansyur (2012) memperoleh
hasil bahwa ada pengaruh antara pengalaman masa lalu UMKM Mitra Binaan PT.
Telkom Indonesia, Tbk Wilayah VII KTI) terhadap persepsi penggunanaan laporan
keuangan. Sedangkan kebutuhan dan keinginan, serta kondisi lingkungan tidak
berpengaruh terhadap persepsi penggunanaan laporan keuangan. Merujuk dari
berbagai penelitian dan permasalahan yang ada, adanya gap yaitu peneliti
selanjutnya disarankan untuk mengembangkan penelitian sebelumnya dengan juga
meneliti faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap persepsi atas penggunaan
laporan keuangan yang tidak diteliti oleh peneliti sebelumnya dan juga menambah
metode lain untuk mengatasi kelemahan pada penelitian sebelumnya. Selain itu
terdapat kontradiksi yaitu teori yang menyatakan bahwa laporan keuangan adalah
bentuk pertanggungjawaban dan penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi
kepentingan berbagai pihak. Pihak yang paling berkepentingan adalah pemilik
usaha dan manajemen. Pada kenyataannya pemilik UMKM yang sebagian besar juga
berperan sebagai manajemen perusahaan tidak melakukan pelaporan keuangan. Untuk
menindaklanjuti penelitian yang dilakukan oleh Mansyur (2012), adanya gap dan
kontradiksi menjadi dasar bagi penulis untuk mencoba melakukan penelitian
terhadap analisis persepsi UMKM dan Pasar Porong sebagai objek penelitiannya.
Dalam penulisan ini penulis
mengangkat judul “ANALISIS PERSEPSI UMKM ATAS PELAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris
pada UMKM Pasar Porong, Sidoarjo)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah persepsi pelaku UMKM di Pasar Porong
atas pelaporan keuangan positif atau negatif?
2. Apakah faktor – faktor yang
mempengaruhi persepsi pelaku UMKM Pasar Porong atas pelaporan keuangan?
3. Apakah persepsi pelaku UMKM Pasar
Porong mempengaruhi pelaporan keuangan?
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan
Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Dengan
mengacu terhadap rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
:
1. Untuk mengetahui persepsi pelaku
UMKM di Pasar Porong atas pelaporan keuangan.
2. Untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang
mempengaruhi persepsi pelaku UMKM Pasar Porong atas pelaporan keuangan.
3. Untuk mengetahui pengaruh
persepsi pelaku UMKM Pasar Porong terhadap pelaporan keuangan.
1.3.2 Kegunaan Penelitian Penelitian
ini memiliki beberapa manfaat yang hendak diperoleh yaitu diantaranya :
1. Manfaat bagi penulis Penelitian
ini memberikan manfaat bagi penulis yaitu menambah pengetahuan dan pengalaman
tentang bagaimana berpikir ilmiah. Selain itu penelitian ini juga memberikan
pengetahuan bagi penulis tentang bagaimana persepsi terhadap pentingnya laporan
keuangan bagi UMKM di lapangan dalam hal ini adalah di sebuah pasar yang di
dalamnya terdapat banyak UMKM.
2. Manfaat bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi bagi UMKM
di pasar porong dalam hal ini mengenai manfaat yang akan diperoleh dalam
menerapkan laporan keuangan pada operasional usahanya.
3. Manfaat akademik Penelitian ini
dapat digunakan sebagai alat pembanding dan pembantu bagi penelitian sejenis di
masa yang akan datang atau juga dapat diteliti lebih lanjut. Selain itu
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi –informasi bagi
keperluan studi lain dalam dunia akademis terutama bagi praktek dan pemanfaatan
analisis persepsi UMKM terhadap urgensi laporan dalam operasional usaha.
1.4 Batasan Penelitian
Penulis akan membatasi penelitian
dengan hanya meneliti UMKM di Pasar Porong mulai tanggal 28 Oktober 2013 sampai
dengan 08 Desember 2013 yang menggunakan populasi ruko, kios, dan loss sebanyak
2615 buah. Sehingga, jumlah sampel UMKM yang akan diteliti adalah 245 UMKM yang
diambil dari berbagai bidang dan jenis usaha selain pedagang lesehan dan
bongkar muat.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisis persepsi UMKM atas pelaporan keuangan: Studi empiris pada UMKM pasar Porong Sidoarjo. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment