Abstract
INDONESIA:
Sukuk merupakan instrumen investasi berbasis syariah yang sedang trend di pasar modal Indonesia. Sukuk bermanfaat bagi perkembangan institusi pembiayaan perusahaan sehingga dapat menambah instrument syariah yang bisa digunakan sebagai alternatif pembiayaan dan investasi dalam pasar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek dari variabel makro ekonomi yakni pertumbuhan ekonomi (PDB), inflasi, kurs dan jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan sukuk korporasi pada Januari 2010 – Juni 2014.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Obyek penelitan ini adalah sukuk korporasi di Indonesia. Model analisis yang digunakan adalah error correction model, Dimana metode ini memberikan gambaran tentang pengaruh hubungan jangka panjang dan jangka pendek.
Hasil pengujian ECM menunjukkan bahwa dalam jangka panjang variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan jangka panjang terhadap pertumbuhan sukuk korporasi sebesar 1.363675. Inflasi memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan sukuk sebesar -0.170991. Dan jumlah uang beredar juga memiliki pengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan sukuk korporasi sebesar 1.414610. Nilai Adjusted R-squared dalam jangka panjang adalah 0.654 atau sebesar 65%. Dalam jangka pendek hanya pertumbuhan ekonomi yang memiliki pengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan sukuk sebesar 0.858677. Sedangkan inflasi, kurs dan jumlah uang beredar tidak memiliki pengaruh jangka pendek. Nilai Adjusted R-squared dalam jangka pendek adalah 0.157533 atau sebesar 15%. Variabel makro ekonomi yang memiliki pengaruh dominan terhadap pertumbuhan sukuk adalah pertumbuhan ekonomi (PDB). Dilihat dari tingkat signifikansi yang saling memiliki hubungan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
ENGLISH:
Sukuk is an Islamic-based investment instrument is a trend in the Indonesian capital market. Useful for the development of sukuk financing institutions so that the company can add sharia instruments that can be used as an alternative financing and investment in the market. This study aims to look at the effect of long-term and short-term macro-economic variables that economic growth (GDP), inflation, exchange rate and money supply on the growth of corporate sukuk in January 2010 - June 2014.
This study uses a quantitative approach. Object of this research is the corporate sukuk in Indonesia. The analysis model is the error correction model, where these methods provide an overview of the effect of long-term and short- term.
ECM test results showed that in the long-term economic growth variables have a significant effect on the growth of long-term corporate sukuk by 1.363675. Inflation has a significantly negative effect on the growth of sukuk of -0.170991. And the money supply also has a positive significant effect on the growth of corporate sukuk by 1.414610. Adjusted R-squared value in the long run is 0654 or by 65%. In the short-term economic growth only has a positive significant effect on the growth of sukuk by 0.858677. Meanwhile, inflation, exchange rate and money supply does not have a short term effect. Adjusted R-squared value in the short term is 0.157533 or equal to 15%. Macroeconomic variables that have a dominant influence on the growth of the sukuk is economic growth (GDP). Judging from the level of significance of mutual relations in the short term and long term.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran pasar modal sebagai lembaga intermediasi
dalam perekonomian suatu negara tidak bisa diabaikan. Melalui pasar modal
syariah, masyarakat dapat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan
memperoleh bagian keuntungan dan risikonya. Selain itu, dengan adanya pasar
modal syariah dapat memberikan alternatif instrumen investasi halal yang lebih
beragam untuk masyarakat. Salah satu instrumen investasi berbasis syariah yang
sedang trend di pasar modal Indonesia yaitu obligasi syariah atau dikenal
dengan istilah sukuk. Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dari kata
“sakk” dalam bahasa Arab yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan.
Sementara itu obligasi syariah merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional
Nomor 32/ DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi berupa bagi hasil atau margin/fee serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Sukuk bermanfaat bagi perkembangan
institusi pembiayaan perusahaan sehingga dapat menambah instrument syariah yang
bisa digunakan sebagai alternatif pembiayaan dan investasi dalam pasar. Manfaat
yang sama juga dapat 2 diperoleh oleh pihak investor, dimana sukuk dapat
menjadi alternatif pilihan bagi investor dalam melaburkan modalnya mengikuti
pertimbangan terhadap resiko yang akan dihadapi dan kadar pengembalian yang
akan diperoleh. Perusahaan akan selalu mempertimbangan pembiayaan yang akan
dipilih memenuhi standar atau tidak, dengan tingkat resiko yang rendah dan
keuntungan yang maksimal. (Wahid, 2010:207). Maka, penerbitan sukuk dianggap
lebih aman karena memiliki waktu pengembalian yang relatif lama dan dapat
menghindari fluktuasi jangka pendek yang terdapat pada pasar modal
konvensional. Dalam bentuk sederhana sukuk menggambarkan kepemilikan dari suatu
asset. Klaim atas sukuk tidak mendasarkan pada cash flow melainkan pada
kepemilikan. Kedudukan inilah yang membedakan antara sukuk dengan obligasi
konvensional yang selama ini berfungsi sebagai surat pengakuan utang. Industri
Keuangan Syariah Global mulai mengalami evolusi sejak tahun 1970. Diawali
dengan Commercial Banking, Project Finance & Sindications (1980), Equity,
Ijarah (1990) dan Sukuk (2000). Nilai emisi sukuk international terus meningkat
dari tahun ke tahun. Total penerbitan sukuk international dalam berbagai mata
uang sampai dengan Mei 2013 mencapai US$ 558.47 miliyar, dengan total
outstanding sebesar US$276.8 miliyar. Indonesia, Malaysia, Bahrain, Saudi
Arabia, UAE, Iran, Gambia telah menerbitkan sukuk secara regular baik domestik
maupun international. Negara-negara non muslim yang telah menerbitkan sukuk
adalah Jerman, USA, Jepang, China, United Kingdom, Canada, Russia, Singapura,
Hongkong dan Gambia. Beberapa perusahaan di 3 Indonesia juga menjadikan sukuk
sebagai alternatif pembiayaan mereka. (Datuk, 2014: 120). Penerbitan sukuk di
Indonesia pertama kali dipelopori oleh PT. Indosat, Tbk. dengan mengeluarkan
sukuk Mudharabah Indosat pada tahun 2002. Perkembangan sukuk di pasar modal
Indonesia dalam mengalami peningkatan setiap tahunnya. Terdapat emiten-emiten
baru yang mengeluarkan sukuk dan juga emiten yang telah melakukan pelunasan
sukuk. (www.ojk.go.id) Gambar 1.1 Perkembangan dan Penerbitan Sukuk dan Sukuk
Korporasi Outstanding Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2014) Pada gambar 1.1
diatas memberikan gambaran tentang perkembangan penerbitan sukuk dan sukuk
korporasi outstanding. Perkembangan penerbitan sukuk dinilai cukup baik,
meskipun tidak memperlihatkan nilai kenaikan yang signifikan. Sukuk mampu
tumbuh cepat di tengah krisis finansial global. Meskipun nilai outstanding
sukuk relatif kecil dibanding obligasi konvensional, tetapi pasar sukuk
Indonesia mengalami perkembangan yang sangat signifikan 4 dari tahun ke
tahunnya. Nilai total emisi penerbitan sukuk dan sukuk korporasi di Indonesia
pada Juni 2014 mencapai 12.294,4 milliar rupiah, dengan nilai outstanding
sebesar 6.958 milliar rupiah. Nilai ini tidak berbeda jauh dengan total nilai
emisi sukuk pada bulan sebelumnya dan nilai sukuk outstanding yang relatif sama
besar. Perkembangan sukuk yang sangat pesat akan mengakibatkan banyak
perusahaan untuk mempertimbangkan sukuk sebagai alternatif pendanaan perusahaan.
Pada tahun 2013, terdapat
penerbitan sukuk korporasi dan 16 sukuk negara
dengan total nilai mencapai Rp. 51,4 triliun. Total penerbitan sukuk di
Indonesia menyumbang 5% penerbitan sukuk di dunia (Setiawan, 2014). Peningkatan
Sukuk Ritel Februari 2014 pada instrument sukuk ritel seri SR-006 diserbu
maryarakat dengan nilai pemesanan mencapai Rp. 19,354 trilliun. Dari jumlah itu
pemerintah menyerap Rp. 19,323 trilliun (Jefriando: 2014). Sukuk sebagai produk
pasar modal syariah dalam perkembanganya tidak terlepas dari pengaruh
variabel-variabel lain baik itu variabel internal atau variabel eksternal
sukuk. Variabel internal sukuk dapat dilihat dari kurangnya sosialisasi pada
masyarakat terkait produk sukuk, minat emiten pada sukuk yang masih rendah
serta masih cenderungnya investor dengan saham yang bisa dijual sewaktu-waktu
ketika investor membutuhkan dananya kembali. Yuliati (2011) menyebutkan jika
risiko investasi dan atribut produk islami berpengaruh positif terhadap minat
masyarakat untuk berinvestasi. Tim Studi Minat Emiten di Pasar Modal-BAPEPAM LK
(2009) dalam studi faktor-faktor yang mempengaruhi minat emiten dalam
menerbitkan sukuk di 5 pasar modal menyebutkan jika faktor yang paling
berpengaruh dalam penerbitan sukuk adalah faktor eksternal, sedangkan faktor
yang paling tidak berpengaruh adalah faktor internal. Dari faktor eksternal
tersebut, hal yang paling berpengaruh adalah kelebihan likuiditas di pasar yang
menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam penerbitan sukuk. Likuiditas pasar
ini mencerminkan kondisi perekonomian yang sedang terjadi. Maka sukuk sebagai
instrumen keuangan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan perkembangan
ekonomi Indonesia. Tabel 1.1 Indikator Makroekonomi Indonesia dan Nilai Sukuk
Korporasi Tahun 2010-2014 Indikator Makroekonomi 2010 2011 2012 2013 2014* PDB
(milyar) 6.446 7.419 8.229 9.083 2.480 Nilai Tukar terhadap USD 8.991 9.068
9.605 12.189 11.969 Inflasi 6,96% 3,79% 4,30% 8,30% 3,71% Jumlah Uang Beredar
M1 (milyaran rupiah) 605.441 722.291 841.722 887.064 945.789 Nilai Sukuk
Korporasi Outstanding (miliyaran rupiah) 6.121 5.876 6.883 7.553 6.958 *Data
terakhir sampai triwulan kedua (Juni) Sumber: BPS, OJK (2010-2014) Tingkat PDB
Indonesia mengalami meningkatan setiap tahunnya. miliar rupiah. Dilihat dari
nilai PDB semua sektor pada tahun 2010 mencapai 6.446.851 miliar atau sebesar
6.1% dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 dengan nilai pertumbuhan sebesar
6,5%. Nilai PDB dari semua sektor terus mengalami pertumbuhan hingga tahu 2013.
Dan hingga triwulan kedua 2014 nilai total PDB dari semua sektor mencapai
2.480.807 miliar rupiah dan diperkirakan terus mengalami kenaikan terlihat dari
membaiknya pertumbuhan ekonomi di 6 Indonesia
. Dampak dari perkekonomian global
menyebabkan laju inflasi di Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2013, dimana
inflasi di Indonesia mencapai 8,30% dan kemudian pada tahun 2014 triwulan kedua
mengalami penurunan mencapai 3,71%. Setiap tahunnya jumlah uang beredar
mengalami peningkatan, peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2013 hingga
mencapai 3.727.658 miliar rupiah. Penurunan nilai pertumbuhan ekonomi yang membaik
diikuti dengan nilai outstanding sukuk yang juga mengalami peningkatan. Namun,
tingginya laju inflasi pada tahun 2013 menyebabkan nilai sukuk korporasi
outstanding meningkat mencapai 7.553 miliyar rupiah hal ini disebabkan ada
emiten yang mempercepat pelunasan sukuk. (Laporan Triwulan OJK: 2013). Harahap
(2008) menyatakan jika sukuk dapat dijadikan instrument pembiayaan negara
karena sukuk diharapkan dapat menutupi kebutuhan dana pembangunan dengan cepat.
Hal yang sama diungkapkan oleh Sulistyoningsih (2013) masih besarnya gap
kebutuhan dana investasi infrastruktur pada proyek MP3EI memungkinkan
pemerintah (baik pusat maupun daerah) untuk melakukan pembiayaan proyek
infrastruktur tersebut melalui mekanisme sukuk. Namun Endri (2008) menyebutkan
jika masih ada permasalahan yang terjadi dalam pengembangan sukuk korporasi di
Indonesia. Terdapat dua penyebab utama dalam mengembangkan sukuk korporasi di
Indonesia yakni kurangnya pemain pasar dan kualitas sumber daya manusia yang
terlibat dalam pasar modal syariah serta tidak ada adanya kepastian peraturan
perpajakan. Pratiwi dan Asrori (2014) menyebutkan jika pertumbuhan ekonomi
berpengaruh terhadap tingkat sewa sukuk. Sedangkan Melati (2013) menyebutkan 7
jika PDB memiliki pengaruh yang negatif terhadap tingkat sewa sukuk. Kewal
(2012) menyebutkan bahwa PDB tidak memiliki pengaruh terhadap pasar modal.
Kalingga (2014) menyebutkan jika secara simultan inflasi, Bi-Rate, nilai tukar,
Indeks obligasi Negara, DPK, NAB Reksa dana dan tingkat bagi hasil memiliki pengaruh
secara simultan terhadap spread harga pada sukuk. Sedangkan Adegelan (2009)
menyebutkan inflasi tidak memiliki pengaruh yang besar dalam pertumbuhan sukuk
pada umumnya.
Mujahid dan Fitrijanti (2010) menyatakan jika
nilai dan rating penerbitan obligasi syariah, baik secara simultan maupun
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap cumulative abnormal return. Fadli
(2014) menyebutkan jika jumlah uang beredar tidak memiliki pengaruh signifikan
jangka pendek terhadap pengaruh pertumbuhan sukuk. Firdaus dan Pasaribu (2013)
menyebutkan jika jumlah uang beredar memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
sukuk. Grassa and Gazdar (2012) menyimpulkan jika pertumbuhan ekonomi memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan sukuk. Sedangkan Basyariah (2014)
menyebutkan jika variabel yang paling mempengaruhi nilai emisi sukuk adalah
dengan urutan nilai emisi sukuk itu sendiri, inflasi, nilai emisi obligasi,
IHSG, BI-rate, dan nilai emisi saham. Handayani dan Artini (2013) menyebutkan
jika faktor ekonomi makro berpengaruh positif terhadap yield obligasi.
Kestabilan kondisi makroekonomi Indonesia sangat mutlak diperlukan bagi
perkembangan pasar modal di Indonesia umumnya dan penerbitan sukuk khususnya.
Hal ini akan mempengaruhi kondisi pasar uang yang terdapat di Indonesia.
Likuiditas Pasar uang yang kondusif akan memengaruhi keputusan 8 penerbitan
sukuk yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh korporasi. Dari
penjelasan diatas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang Analisis
Indikator Makroekonomi (Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan
Jumlah Uang Beredar) Terhadap pertumbuhan Sukuk (Sebuah Analisis dengan Model
Error Correction Model).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah terdapat pengaruh hubungan jangka
pendek dan jangka panjang melalui metode Error Corection Model (ECM) antara
pertumbuhan ekonomi (PDB), inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang yang
beredar terhadap pertumbuhan sukuk?
b. Dari variabel yang terpilih,
faktor makroekonomi apa yang memliki pengaruh dominan dalam mempengaruhi
pertumbuhan sukuk?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis pengaruh hubungan jangka
pendek dan jangka panjang melalui metode Error Corection Model (ECM) antara
pertumbuhan ekonomi (PDB), inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar
terhadap pertumbuhan sukuk di Indonesia.
b. Untuk menganalisis variabel
faktor makroekonomi yang memiliki pengaruh dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan
sukuk di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Investor Sebagai bahan
pertimbangan kepada pihak pasar modal syariah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan investasi, terkait keputusan pemilihan produk investasi serta
analisis kondisi makroekonomi dan pengaruhnya terhadap produk investasi pilihan
mereka.
b. Perusahaan Sebagai bahan kajian
dan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan bagi Korporasi atau Perusahaan
mengenai alternatif pendanaan serta mengetahi interaksi antara pertumbuhan
ekonomi (PDB), inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar terhadap
pertumbuhan sukuk di Indonesia.
c. Akademisi Sebagai tambahan
wawasan dan pengembangan lebih mendalam mengenai pertumbuhan sukuk dan
makroekonomi di Indonesia. selain itu diharapakan penelitian ini dapat
berkontribusi untuk memperkaya dan melengkapi khasana ilmu pengetahuan dibidang
manajemen keuangan.
1.5 Batasan Penelitian
a. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data bulanan. Untuk data pertumbuhan ekonomi (PDB) digunakan metode
quadratic match sum untuk merubah nilai triwulan menjadi bulanan.
b. Obyek sukuk yang digunakan dalam
penelitian penelitian ini adalah nilai emisi sukuk korporasi outstanding.
c. Metode yang dipilih dalam penelitian ini
adalah Metode Error Correction Model. Pemilihan metode ini karena peneliti
ingin melihat pengaruh hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara
variabel makroekonomi dan pertumbuhan sukuk.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisa indikator makro ekonomi terhadap pertumbuhan sukuk di Indonesia: Sebuah analisa dengan metode Error Correction Model (ECM). Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment