Abstract
INDONESIA:
Persaingan usaha dibidang makanan kecil olahan khas kota Malang dan Batu yaitu keripik tempe dan keripik buah sangat ketat sekali. Oleh karenanya diperlukan suatu inovasi dan kreativitas bagi para pelaku industri keripik di kota Malang dan sekitarnya untuk tetap bertahan dan dapat memenuhi permintaan pasar. Melihat kondisi diatas, diperlukan suatu pengukuran kinerja yang komprehensif, artinya dapat mengukur kinerja dari sisi keuangan dan non keuangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengukuran kinerja perusahaan keripik tempe “ABADI” Malang dan perusahaan keripik buah “PUTRA FAJAR” Batu jika diukur dengan metode balanced scorecard.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. dengan melakukan penerapan dan membandingkan hasil pengukuran kinerja usaha keripik skala kecil dan menengah dengan menggunakan penilaian kinerja berbasis balanced scorecard yang diukur menggunakan standar nilai untuk menilai tiap perspektif dalam balanced scorecard yang disebut performance grade. Adapun empat perspektif yang diukur dalam balanced scorecard dalam penelitian ini adalah perspektif keuangan yang terdiri dari meningkatnya pendapatan, berkurangnya biaya, meningkatkan laba, perspektif pelanggan terdiri dari kepuasan pelanggan dan retensi pelanggan, perspektif proses bisnis internal terdiri dari on time delivery dan product innovation, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terdiri dari retensi karyawan dan kepuasan karyawan.
Dari hasil pengukuran menggunakan 4 perspektif dalam balanced scorecard, maka diperoleh skor kedua usaha tersebut. Seluruh kinerja Perusahaan keripik tempe “ABADI” Malang mendapatkan skor sebesar 3,75, dalam tabel tolok ukur kinerja (performance grade) balanced scorecard dikategorikan baik. Kemudian seluruh kinerja industri keripik buah “PUTRA FAJAR” mendapatkan skor 3,98, dalam tabel tolok ukur kinerja (performance grade) balanced scorecard dikategorikan baik. Akan tetapi dari perspektif keuangan peningkatan laba pada “ABADI” lebih tinggi dibandingkan “PUTRA FAJAR”, dari perspektif pelanggan untuk retensi pelanggan “PUTRA FAJAR” lebih tinggi daripada “ABADI”, dari perspektif bisnis internal untuk inovasi produk “ABADI” masih kurang dibandingkan “PUTRA FAJAR”,dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran kinerja “ABADI” lebih tinggi disbanding “PUTRA FAJAR”
ENGLISH:
Competition in the field of small food businesses typical of Malang and Batu namely fruit chips and tempe chips very tight indeed. Therefore required an innovation and creativity for the industrial chips in Malang and surrounding areas to stay afloat and can meet the demand of the market. See above, conditions required a comprehensive performance measurement, that can measure the performance of the financial and non-financial side. The purpose of this study was to describe the performance measurement tempe chips company "ABADI" and fruit crisps company "PUTRA FAJAR" Batu if measured with the balanced scorecard method.
This research uses a quantitative research method with descriptive approach. by performing application performance measurement results and compare the efforts of small and medium-scale chips by using the balanced scorecard based performance assessment measured using standard values to assess each of the perspectives of the balanced scorecard in the so-called performance grade. As for the four perspectives of the balanced scorecard in measured in this study is a financial perspective which consists of increased revenues, reduced costs, increased profits, customer perspective consists of customer satisfaction and customer retention, internal business process perspective consists of on time delivery and product innovation, learning and growth perspective consists of employee retention and employee satisfaction.
From the measurement results using of the four balanced scorecard perspectives, then obtained a second attempt to score. The whole tempe company's performance chips "ABADI" Unfortunate to get a score of 3.75, benchmark the performance (performance grade) balanced scorecard categorized either. Then the whole fruit chips industry performance, "PUTRA FAJAR" get score 3.98, in the table of benchmark performance (performance grade) balanced scorecard categorized either. But from a financial perspective increasing the profit on "ABADI" higher than "PUTRA FAJAR", from the perspective of customer to customer retention "PUTRA FAJAR" is higher than "ABADI", from the perspective of internal business for product innovation "ABADI" is still less than the "PUTRA FAJAR", from the perspective of growth and learning performance "ABADI" is higher than "PUTRA FAJAR"
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingkat persaingan perusahaan di era
globalisasi ini menuntut adanya perusahaan untuk menata kembali strategi
persaingannya dengan berfokus terhadap tujuan strategis perusahaan. Adapun cara
untuk melihat seberapa baik kinerja suatu perusahaan adalah dengan melakukan
pengukuran kinerja. Saat ini pengukuran kinerja yang marak dipublikasikan oleh
kalangan akademisi diantaranya Activity Based Costing (ABC), Activity Based
Management (ABM), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA),
Stakeholder Value Added (SVA), dan lain sebagainya. Model-model pengukuran
kinerja perusahaan tersebut masing-masing berdiri sendiri dan tidak memandang
kinerja secara komprehensif. (Wibisono, 2006). Banyak perusahaan saat ini yang
merasa bahwa sistem manajemen kinerja yang diterapkan, mayoritas didasarkan
pada pengukuran finansial saja. Jika kita lihat, pengukuran secara finansial
tidak dapat mengakomodasikan tuntutan persaingan. Pengukuran finansial hanya
mengukur perusahaan untuk jangka waktu pendek. Karena pengukuran finansial
mempunyai beberapa kelemahan, dengan demikian diperlukan suatu alat pengukuran kinerja
yang bermanfaat untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan
ataupun organisasi. Sehingga perusahaan ataupun organisasi dapat memperbaiki
dan mengevaluasi
kinerja mereka. Balanced scorecard sebagai
sistem manajemen kinerja baru yang mengintegrasikan aspek finansial dan non
finansial. Diantaranya aspek finansial yaitu perspektif keuangan dengan
menggunakan rasio keuangan. antara lain rasio profitabilitas, rasio likuiditas,
rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan lain sebagainya. Aspek non finansial
yang merupakan perluasan dari aspek financial yang meliputi perspektif
pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Keempat
perspektif tersebut menghasilkan suatu keseimbangan antara tujuan jangka pendek
dan tujuan jangka panjang. Jangka panjang dalam balanced scorecard, maksudnya
adalah ada empat sasaran strategic yang perlu diwujudkan oleh perusahaan yang
pertama Financial returns yang berlipat ganda dan berjangka panjang (perspektif
keuangan), kedua produk dan jasa yang mampu menghasilkan value terbaik bagi
pelanggan (perspektif pelanggan), ketiga proses yang produktif dan cost
effective (perspektif proses bisnis/intern), dan keempat sumber daya manusia
yang produktif dan berkomitmen (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan).
(Mulyadi, 2001) Balanced scorecard memiliki keunggulan yang menjadikan
manajemen strategi sekarang berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen
dalam manajemen tradisional. Balanced scorecard menjadikan sistem manajemen
kontemporer memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sistem manajemen
tradisional yaitu memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategi
dalam membawa perusahaan menuju masa depan, menghasilkan total bussines plan
yang 3 komprehensif dan koheren, serta menghasilkan sasaran – sasaran strategi
yang terukur. Saat ini, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Mikro dan Kecil
Menengah (UMKM) adalah berkaitan dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia
khususnya dalam bidang manajemen, termasuk dalam melakukan pencatatan kinerja
keuangan organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, serta rendahnya
kompetensi kewirausahaan UMKM. (Khaddaf, 2013) Keadaan demikian yang akan
melemahkan kesiapan bersaing dan daya adaptasi dalam kancah internasional,
padahal perkembangan usaha kecil menengah di Indonesia saat ini sangat
signifikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Jawa Timur kinerja perekonomian
Jawa Timur selama 2013 dibilang cukup baik karena pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur melampaui pertumbuhan perekonomian provinsi lain di Jawa. Antara lain DKI
Jakarta yang hanya tumbuh 6,11 persen, Jawa Barat 6,06 persen dan Jawa Tengah
5,81 persen. (http://www.jatimprov.go.id) Menurut Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Koperasi kota Malang, menjelaskan kota Malang sebagai salah satu kota
di Jawa Timur yang mempunyai kewenangan untuk mengembangkan ekonomi daerah
dengan tujuan untuk meningkatka kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan
daya saing daerah. Salah satu usaha pengembangan ekonomi yang dilakukan adalah
pengembangan UMKM. Secara umum kondisi UMKM di kota Malang sebagian besar belum
dikelola professional, tanpa manajemen yang jelas dan masih bersifat subsistem.
Sentra UMKM di kota Malang seperti yang ditunjukkan grafik diatas, sentra 4
UMKM di kota Malang tersebar dalam lima kecamatan dan 57 kelurahan dengan
jumlah keseluruhan sebanyak 1.078 buah. Penyebaran UMKM tersebar di kecamatan
Sukun sebanyak 274 unit usaha, kemudian kecamatan Klojen sebanyak 257 unit
usaha. Kecamatan Lowokwaru sebanyak 228 unit usaha, kecamatan Blimbing sebanyak
213 unit usaha, dan kecamatan Kedungkandang sebanyak 106 unit usaha.
(Disperindagkop, 2013). Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Malang tahun 2013 terlihat pada diagram di bawah ini. Sumber: Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang (data diolah oleh peneliti)
Pemerintah Kabupaten Malang dari tahun 2009, telah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,6 persen hingga mencapai 6 persen. Sebagai pemicu pertumbuhan
ekonomi di kabupaten Malang, tercatat pada tahun 2009 kontribusi terbesar
diberikan oleh sektor pertanian sebesar 28,6 persen, ada kenaikan 4 persen
dibandingkan tahun lalu. Sedangkan untuk sektor industri sebesar 20,3 persen,
perdagangan 24,2 persen, dan untuk sektor jasa sebesar 12,2 persen. Selain itu
sektor Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah 5 (UMKM)
juga memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebab
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai solusi untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam keadaan apapun. Ini dapat dibuktikan
saat krisis ekonomi lalu, industri – industri besar belum stabil maka koperasi
dan UMKM salah satu alternatif untuk menekan keterpurukan ekonomi yang lebih
dalam. Karena sector tersebut bisaa menciptakan lapangan pekerjaan baru, serta
pemerataan pendapatan bagi masyarakat. (cah/surabayapagi, 2009). Keberadaan
UMKM tersebut dapat memberikan peluang yang besar untuk penyerapan tenaga kerja
bagi masyarakat yang tidak memiliki pendidikan tinggi atau masyarakat kecil dan
menengah serta dapat dijadikan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Di kota Malang banyak berkembang industri dengan jenis olahan dan skala
usaha yang beragam, sehingga Malang merupakan tempat tumbuhnya berbagai macam
tempat industri yang salah satunya adalah industri keripik tempe. Produk
keripik tempe di kota Malang, dihasilkan oleh industri kecil rumah tangga
(IKRT). IKRT di kota Malang memiliki peranan besar dalam perekonomian. Yaitu
dalam penyerapan tenaga kerja dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah maupun
nasional. Pada tahun 2007, jumlah industri keripik tempe di kota Malang sekitar
80 – 90 industri keripik tempe. Akan tetapi pada tahun 2010, menurun menjadi 65
industri keripik tempe. (Kanwil Disperindag, 2010). Hal ini terjadi karena
terdapat masalah yang dihadapi industri ini yaitu menurut Koperasi Tempe Tahu
Indonesia perwakilan Malang, antara lain tidak semua industri dapat melakukan
promosi melalui media 6 cetak, elektronik ataupun internet, masalah
aksesibilitas atau keterjangkauan dalam pemasaran ataupun distribusi produk
yang membutuhkan biaya lebih dan alat transportasi yang memadai, pemasaran yang
tidak merata karena terdapat beberapa industri keripik tempe yang kurang
inovatif dan kreatif dalam meracik produknya. Sehingga kurang begitu diminati
dipasaran. Di kota Batu ada sekitar 14.570 pegiat UMKM, yang mana sektor UMKM
ini memiliki beberapa keunggulan, pertama padat karya yang melibatkan banyak
tenaga kerja dan membuka lapangan pekerjaan. Kedua tidak membutuhkan modal
besar, ketiga UMKM menggunakan sumber daya lokal. Tidak bergantung faktor luar,
keempat faktor produksi bisa waktu cepat. Adanya UMKM di kota Batu dapat
membantu perekonomian mencapai 42 persen dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Batu sekitar Rp 54 miliar. (Fauzi, 2013). Kota Batu sebagai kota sentra wisata
Jatim, yang mana hasil industrinya terutama sektor pertanian sangat potensial
sekali.
Betapa tidak di sana terdapat
pembudidayaan buah apel. Yang mana buah apel tersebut merupakan produk utama
untuk dijadikan sebagai keripik buah apel oleh masyarakat kota Batu. Pemerintah
Kota Batu melalui Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, telah membantu
berbagai kelompok masyarakat dan individu yang membuat produk olahan dari apel
menjadi Badan Usaha resmi berbadan hukum atau UKM. Sehingga, dalam
keberlanjutannya, para UKM ini dibantu oleh Diskopperindag untuk memperoleh
modal, juga pelatihan manajemen dan sebagainya. Sampai saat ini, di Kota Wisata
Batu telah bermunculan para UKM untuk produk olahan apel dan buah-buah lainnya,
karena permintaan pasar semakin meningkat tajam. Tentu saja, peran pemerintah
untuk 7 memberdayakan masyarakat melalui pemberdayaan petani apel dan produk
olahan apel dapat berjalan dengan baik. Dan Pemerintah Kota Batu melalui Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan kini terus mempromosikan melalui berbagai media
nasional dan on-line website. (www.kotawisatabatu.com). Sebagai salah satu
usaha dalam skala menengah yaitu keripik tempe yang terdapat di kota Malang,
perusahaan keripik tempe “ABADI” merupakan usaha “home industry” dan termasuk
usaha keluarga (turun – temurun) yang sudah beroperasi sekitar 38 tahun yang
lalu dan mempunyai karyawan sekitar 30 orang. Sebagai pembanding penulis
mengambil usaha kecil yang terdapat di kota Batu yang bergerak dibidang yang
sama, akan tetapi produk utamanya adalah keripik buah, yaitu industri keripik
buah “PUTRA FAJAR”. Yang beroperasi sekitar 20 tahun yang lalu, yang termasuk
usaha keluarga yang mempunyai 32 orang karyawan serta merupakan salah satu
distributor keripik buah terbesar di kota Batu tepatnya di desa Bumiaji
tersebut. Beberapa penelitian yang telah mengukur kinerja di BUMN dan sektor
swasta (UIN Malang, PLN, PDAM Madiun, Bank Mandiri, RSUD Tungurejo Semarang,
PDAM kab, Semarang, studi komparasi CV. Lestari dan UD. Yan Murni, Kanindo
Syari’ah) dengan menggunakan Balanced Scorecard sebagian besar menunjukkan
hasil kinerja yang baik dimana seluruh perspektif dalam balanced scorecard
dapat terukur. (Rahmani, 2010; Muhammad, 2011; Azizah, 2009; Irawan, 2009;
Aurora, 2010; Rusdiyanto, 2010, Kaesareno, 2011; Mahtumah, 2012; Febryanty,
2013). Sementara itu beberapa penelitian kinerja yang dilakukan pada usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan 8 menggunakan metode SMART, metode
penelitian yang digunakan adalah Identifikasi Strategi Obyektif dan Key
Performance Indicator (KPI) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan cukup baik, terutama pada level departemen dan pusat kerja, dan
level unit operasi bisnis. ( Pratiwi, 2009; Taman, 2008). Sementara penelitian
dengan judul “evaluasi pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard
pada U.D Bumbu Masak Machmudah”, menghasilkan seluruh perspektif dalam balanced
scorecard nilainya sebesar 4,274, yang artinya kinerja keseluruhan U.D tersebut
baik. (Ali, 2008) Melalui pertimbangan diatas penulis tertarik untuk
membandingkan kinerja manajemen kedua usaha keripik tersebut dengan menggunakan
metode Balanced scorecard. Karena kedua usaha tersebut belum mempunyai sistem
pengukuran kinerja yang komprehensif. Berdasarkan uraian diatas maka penulis
ingin membahasnya dalam sebuah judul “Penerapan Balanced Scorecard Sebagai
Tolok Ukur Kinerja Keripik Skala kecil dan Menengah (Studi perusahaan keripik
tempe “ABADI” Malang dan perusahaan keripik buah “PUTRA FAJAR” Batu). 1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah kinerja perusahaan keripik
tempe “ABADI” Malang dan perusahaan keripik buah “PUTRA FAJAR” Batu jika diukur
menggunakan metode balanced scorecard ?
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan pengukuran kinerja perusahaan keripik tempe “ABADI” Malang dan
perusahaan keripik buah “PUTRA FAJAR” Batu jika diukur dengan metode balanced
scorecard.
1.3 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diperoleh dari penelitian
ini adalah:
1. Bagi Perusahaan Diharapkan bagi perusahaan,
untuk mendapatkan masukan mengenai pengukuran kinerja dengan menggunakan
balanced scorecard dalam menetapkann pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan
secara lebih komprehensif.
2. Bagi Lembaga / Akademik
a.) Dapat
dijadikan bahan perbandingan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
b.) Dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Penulis
a.) Dapat mengetahui penerapan dari metode
Balanced scorecard sebagai tolok ukur efektivitas kinerja, khususnya pada usaha
mikro, kecil dan menengah yang bergerak pada usaha rumahan (home industry) yang
memproduksi makanan khas kota Malang dan kota Batu. Yang mana pada umumnya kita
mempelajari penerapan metode tersebut pada perusahaan pada sektor swasta
ataupun BUMN.
b.) Dapat
memperkaya pengetahuan mengenai kinerja yang dilakukan oleh suatu usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM).
1.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini meliputi perbandingan pengukuran
kinerja pada perusahaan keripik tempe “ABADI” Malang dan perusahaan keripik
buah “PUTRA FAJAR” Batu yang diukur dengan menggunakan metode balanced
scorecard.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Penerapan metode balance scorecard sebagai tolak ukur kinerja pada usaha keripik skala kecil dan menengah: Studi pada perusahaan keripik tempe Abadi Malang dan industri keripik buah Putra Fajar Batu. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment