Abstract
INDONESIA:
Perdagangan internasional saat ini menjadi sesuatu yang lazim digunakan oleh berbagai perusahaan di era globalisasi. Karena sangat mudahnya perusahaan bisa berinteraksi dengan dunia global. Sehingga kondisi keuangan suatu perusahaan yang melakukan kegiatan bisnis berupa eksport akan sangat berpengaruh besar dalam perkembangan dan eksistensi perusahaan. Jika eksport suatu perusahaan mengalami penurunan, maka perusahaan akan berpotensi mengalami penurunan dalam laba ataupun kerugian. Dalam hal ini kegiatan eksport banyak di lakukan oleh perusahaan- perusahaan yang sudah go publik dan salah satunya adalah perusahaan manufaktur. Sehingga di prediksikan perusahan akan mengalami fase financial distress.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2008-2011 dengan menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan dan diunduh melalui situs resmi IDX. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur financial distress adalah dengan menggunakan metode X-Score, Y-Score dan Z-Score. Sedangkan untuk penetuan perbedaan antara ketiga metode tersebut adalah Uji One Way ANOVA dengan tingkat signifikansi 5%.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa dengan metode X-Score menunjukkan bahwa perusahaan yang masuk kategori “BANGKRUT” adalah pada sektor industri dasar dan kimia, logam & sejenisnya (JKSW), sektor aneka industri tekstil & garment (ERTX) dan (POLY). Hasil perhitungan Y-Score dalam penilaian perusahaan yang “BANGKRUT” adalah pada sektor industri dasar dan kimia, kayu dan pengolahannya (SULI), sektor aneka industri tekstil & garment (KARW) dan (POLY). Hasil perhitungan Z-Score dalam penilaian perusahaan yang “BANGKRUT” adalah semua perusahaan yang ada di sampel kecuali 3 perusahaan yaitu TBMS dan PTSN yang masuk kategori “SEHAT” sedangkan (APLI) masuk pada kategori “KRISIS”. Menurut hasil pengujian ANOVA dengan uji Benferroni menggunakan uji F menunjukkan nilai F sebesar 14,439 dengan sig 0,000. kesimpulan yang diperoleh adalah menolak Ho yang berarti dari ketiga metode tersebut (metode X-Score, metode Y-Score, dan metode Z-Score) ada perbedaan dalam perhitungan prediksi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur.
ENGLISH:
Now, international trade is becoming a common words for companies in the era of globalization. Since it is very easy for them to interact with the global world. Therefore, the financial condition of a company conducting export business gives a big influence in the development and existence of the company. If the total of the export decreases, the company may potentially experience decreasing profit or loss. In this case, a lot of export activities are undertaken by companies that have gone public, and one of them is manufacturing company. Thus, it is predicted that the company will experience financial distress phase.
The sample used in this study is manufacturing companies in IDX within the period of 2008-2011 by using purposive sampling method. The types of data used is secondary data obtained from published financial statements and downloaded from IDX official website. The analysis method used to measure financial distress is X- Score, Y-Score, and Z-Score method. The difference between the methods is determined using One Way ANOVA test with a significance level of 5%.
By using the X-Score method, the result of the analysis shows that “BANKRUPT” categorized companies are the companies in the sector of basic industry and chemical, metal and so on (JKSW), various textile and garment industry (ERTX) and (POLY). Y-Score calculation result in “BANKRUPT” categorized companies are in the sector of basic industries and chemicals, and wood processing (SULI), various textile and garment industry (KARW) and (POLY). The result of the Z-Score calculation in the assessment of “BANKRUPT” categorized companies are all companies in the sample, except 3 companies namely TBMS and PTSN which are “HEALTHY” and APLI which is in the category of “CRISIS”. According to the ANOVA test result using Benferroni test with F test shows that F value of 14.439 with sig 0,000. The conclusion is to reject the Ho which means there are differences in the manufacturers bankruptcy prediction using the three methods (X-Score, Y- Score, and Z-Score method).
No comments:
Post a Comment