Abstract
INDONESIA:
Bank Indonesia sebagai bank sentral diharapkan berhati-hati ketika mengeluarkan kebijakan dalam menaikkan tingkat suku bunga dan tetap memperhatikan laju inflasi yang telah ditetapkan. Hal ini, guna memenuhi tu juan utama dari Bank Indonesia yakni mencapai dan memelihara nilai Rupiah yang stabil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.Bukan hanya semata-mata untuk menarik Foreign Direct Investment (investasi modal asing langsung) ke Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah variabel Ekspor, Impor, Tingkat Inflasi, dan Suku Bunga berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah, dan variabel mana yang domina terhadap nilai tukar rupiah. Dari latar belakan itulah sehingga penelitian ini dilakukan dengan judul” Pengaruh Ekspor, Impor, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Tukar Rupiah”
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penentuan sampel berdasarkan data time series triwulan periode 2009-2013 dengan menggunakan metode sampling jenuh, yaitu sebanyak 60 sampel. Penelitian ini dilakukan pada Bank Indonesia karena Bank Indonesia memiliki tujuan tunggal yakni mencapai dan memelihara ke stabilan nilai Rupiah. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ekspor, impor, dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah.Sebaliknya, variabel tingkat inflasi secara parsial menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah. Dan variabel suku bunga merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah.
ENGLISH:
Bank of Indonesia is well-known as the central bank which takes role to give a precise policy in increasing the rates of interest and in keeping the standardized rates of inflation. This is aimed to complete the goal of Bank of Indonesia, which is to accomplish and to keep rupiah up as a result of stimulating the economy growth beside it has role to look for Foreign Direct Investment in Indonesia. This study is purposed to know whether the export, import, inflation rates, and interest rates variable give a significant difference on rupiah exchange and to figure out what variables which dominate rupiah exchange. From above cases, it then leads the researcher to conduct the study untitled “The Effect of Export, Import, Inflation Rates, and Interest Rates on Rupiah Exchange”.
The research design used in this study is descriptive quantitative. The samples are collected based on three-month time series data during 2009-2013 by using total sampling method by number of samples 60. This study is objected to Bank of Indonesia due to its goal in accomplishing and keeping Indonesian rupiah up. Also, this study is analyzed using double linear regression method.
Next, the findings of this study show that the export, import, and interest rates are significant on rupiah exchange. In contrast, there has been a partial significance of inflation rates on rupiah exchange. Finally, it is known that interest stands as the dominant variable which influences the exchange of rupiah.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara
semakin ketat, ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara
akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional
akan semakin erat. Globalisasi membawa pengaruh positif maupun negatif terhadap
perekonomian Indonesia. Pemerintah perlu menyikapi kehadiran globalisasi disini
secara intensif dan berkelanjutan (berkala). Karena dampak/pengaruh negatif
dari globalisasi ini jika dibiarkan secara terus menerus maka sama saja
memutarbalikkan keadaan bahkan membuat keadaan (kehidupan masyarakat) Indonesia
semakin terpuruk. Perdagangan internasional melibatkan suatu negara dengan
negara yang lain dan menjadikan negara-negara di dunia menjadi lebih terikat.
Oleh karena itu, interaksi dengan dunia luar negeri merupakan hal yang tidak
bisa dihindari oleh negara manapun, termasuk Indonesia. Guna memperlancar
transaksi perdagangan internasional, penggunaan uang dalam perekonomian terbuka
tersebut ditetapkan dengan menggunakan mata uang yang telah disepakati. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya risiko perubahan nilai tukar mata uang yang timbul
karena adanya ketidakpastian nilai tukar itu sendiri. Perubahan nilai tukar ini
berpengaruh langsung 2 terhadap perkembangan harga barang dan jasa di dalam
negeri. “Ketidakstabilan kurs akan mempengaruhi arus modal atau investasi dan
perdagangan internasional” (Ulfia dan Aliasaddin, 2011). Perubahan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang Dollar AS dipengaruhi oleh banyak faktor.Beberapa
diantaranya adalah kondisi makro ekonomi suatu negara. Kondisi makro ekonomi
yang digunakan sebagai variabel bebas dalam mempengaruhi perubahan nilai tukar
rupiah adalah ekspor, impor, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga. Gambar
1.1 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Tahun 2009-2013
Sumber: Data Bank Indonesia Dari grafik diatas menunjukkan bahwa nilai tukar
rupiah mulai tahun 2009 hingga tahun 2013 terjadi depresiasi. Hal tersebut
disebabkan karena kondisi makro perekonomian Indonesia yang kurang baik.
Perekonomian Indonesia pada kuartal IV 2013 sedikit membaik dengan mencatat
laju pertumbuhan year-on-year menjadi 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
2009 2010 2011 2012 2013 Nilai tukar Rupiah Nilai tukar Rupiah 3 5,72% meski
lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya
yaitu 6,18% hal ini terutama disebabkan oleh tekanan pada transaksi berjalan
dan pelemahan nilai tukar rupiah yang bersamaan dengan kenaikan laju inflasi.
Sejak tahun 2011 nilai tukar rupiah cenderung melemah, pada bulan Juni 2013
nilai tukar rupiah semakin melemah. Hal yang sama juga dialami oleh mata uang
beberapa negara emerging markets (Negara berkembang yang sedang mengalami
pertumbuhan ekonomi dengan cepat) lainnya. Selama Juni-Agustus 2013, nilai
tukar Lira Turki jatus sebesar 20%; dan nilai tukar Rupiah serta Real Brazil
jatuh sekitar 15%. Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi
penawaran-permintaan (supply-demand) atas mata uang tersebut. Jika permintaan
atas sebuah mata uang meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun,
maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang
meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata
uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran atasnya
tinggi, sementara permintaan atasnya rendah (www.indoprogres.com). Adanya
keterbukaan perekonomian memiliki dampak pada neraca pembayaran suatu negara
yang menyangkut arus perdagangan dan lalu lintas modal. Arus perdagangan dapat
dipengaruhi oleh kebijakan nilai tukar dalam upaya untuk menjaga daya saing
ekspor dan menekan impor untuk mengurangi defisit transaksi berjalan. Pengaruh
kebijakan nilai tukar terhadap perekonomian dapat dilihat melalui dua sisi,
yaitu permintaan dan penawaran (Mankiw, 2008) 4 Pada sisi permintaan,
depresiasi nilai tukar valas akan menyebakan harga barang luar negeri relatif
lebih tinggi dibandingkan harga barang dalam negeri. Hal tersebut akan
berdampak pada peningkatan permintaan terhadap barang dalam negeri, baik dari
permintaan domestik maupun dari permintaan luar negeri (ekspor meningkat).
Analisis sisi permintaan ini diperkaya dengan konsep elastisitas harga
Marshall-Lerner Condition, dimana depresiasi nilai tukar akan meningkatkan
ekspor netto apabila jumlah elastisitas harga ekspor dan impor lebih besar dari
satu. Sedangkan dari sisi penawaran, depresiasi nilai tukar valas akan
meningkatkan biaya bahan baku impor yang selanjutnya dapat menyebabkan
penurunan output produksi dan akan memicu kenaikan harga secara umum (inflasi).
Interaksi antara sisi permintaan dan sisi penawaran secara langsung akan
mempengaruhi arus perdagangan internasional, yang dalam indikator makro
tercermin pada neraca perdagangan (balance of trade) (Mankiw, 2008). Perubahan
permintaan dan penawaran terjadi sebagai akibat dari perdagangan barang dan
jasa, perubahan perubahan aliran modal, aktivitas pemerintah, perubahan
cadangan devisa, dan perubahan keadaan sosial politik suatu negara. Menurut
Nopirin (2000) kurs valuta asing suatu negara juga sangat ditentukan oleh
sistem kurs valuta asing yang diterapkan oleh negara tersebut.
Perubahan-perubahan kurs dapat terjadi dalam dua arah yang berlawanan, yaitu
sebagai depresiasi (melemah), atau apresiasi (menguat). Apabila kondisi lainnya
tetap (cateris paribus), depresiasi mata uang suatu negara membuat harga
barangbarangnya menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri. Sebaliknya bila
semua kondisi 5 lainnya tetap, apresiasi mata uang suatu negara menyebabkan
harga barang-barang menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri. Bila mata uang
suatu negara mengalami depresiasi, ekspor bagi pihak luar negeri menjadi
semakin murah, sedangkan impor bagi penduduk negara itu semakin mahal.
Apresiasi menimbulkan dampak yang sebaliknya, harga-harga produk negara itu
bagi pihak luar negeri menjadi semakin mahal, sedangkan harga impor bagi
penduduk domestik lebih murah dibandingkan sebelumnya. Melalui mekanisme
transmisi, inflasi serta suku bunga domestik bisa turun ke tingkat yang rendah.
Sebaliknya, dengan menguatnya dolar AS belakangan, nilai Rupiah merosot dan
berpotensi mendongkrakinflasi. Pergerakan nilai tukar yang fluktuatif ini
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memegang uang, selain faktor-faktor yang
lain seperti tingkat suku bunga dan inflasi. Kondisi ini didukung oleb laju
inflasi yang meningkat tajam dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
perbankannasional. Tingkat suku bunga yang tinggi, akan menyerap jumlah uang
yang beredar di masyarakat. Sebaliknya jika tingkat suku bunga terlalu rendah
maka jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah karena orang lebih
suka memutarkan uang pada sektor-sektor produktif dari pada menabung. Dalam hal
ini tingkat suku bunga merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan
inflasi (Mankiw, 2000).
Ekonomi Indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang
meningkat.dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat
kita dapat melihat perkembangan dan kemajuan kita pada negara lain. dengan 6
pendapatan nasional per tahun Indonesia mampu memberikan kemajuan. Ekonomi
makro yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi saat ini. Salah satu
pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik masih akan
menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor,
tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga juga akan tumbuh pesat. Hasil survey
awal menunjukkan bahwasanya dengan adanya fenomena krisis ekonomi global yang
terjadi di Amerika Serikat dan Eropa ditambah dengan beberapa faktor di atas
(Ekspor, Impor, Tingkat Inflasi, dan Suku Bunga) sedikit banyak mempengaruhi
nilai tukar rupiah. Disamping itu, data sekunder realisasi kegiatan ekspor
masih dibilangmengalami penurunan di banding impor yang setiap tahun mengalami
kenaikan, seperti data yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
nilai total ekspor dan impor Indonesia. Gambar 1.2 Perkembangan Ekspor-Impor
Indonesia Tahun 2009 – 2013 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 0 50000000
100000000 150000000 200000000 250000000 2009 2010 2011 2012 2013 Ekspor Impor 7
Dari grafik diatas menunjukkan bahwasa mulai tahun 2009 hingga tahun 2013
ekspor semakin rendah dan impor semakin meningkat. Padahal untuk menjaga daya
saing ekspor dan menekan impor untuk mengurangi defisit transaksi berjalan.
Padahal seharusnya bukan imporyang ditingkatkan melainkan ekspor yang harus
ditingkatkan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan. Mata uang dari negara
yang mengalami inflasi tinggi cenderung mengalami depesiasi. Sebaliknya mata
uang dari negara yang mempunyai tingkat inflasi rendah cenderung mengalami
apresiasi. Hal ini merupakan alsan mengapa tingkat inflasi menjadi bagian yang
ikut diperhatikan oleh para pelaku perdagangan mata uang asing.
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada
umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat maka
harga barang didalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang sama
artinya dengan turunnya nilai mata uang. Dengan demikian inflasi dapat
diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan jasa
secara umum. Tingkat inflasi menunjukkan presentase perubahan tingkat harga
rata-rata tertimbang untuk barang dan jasa dalam perekonomian suatu negara.
Pada dasarnya kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian,
namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak
yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif
lebih mahal menyebabkan turunnya daya saing barang domestik di pasar
internasional. Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relative
lebih murah. Hal ini berdampak pada turunnya nilai ekspor dan naiknya nilai
impor. Transaksi terhadap 8 barang dan jasa impor membutuhkan konversi mata
uang domestik menjadi mata uang asing. Meningkatnya permintaan mata uang asing
cenderung melemahkan mata uang domestik.
Dengan kata lain, kenaikan harga yang menyebabkan kenaikan tingkat
inflasi cenderung menurunkan daya saing dan melemahkan nilai mata uang
domestik. Indikator makro ekonomi lain yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah
adalah tingkat suku bunga SBI. Fluktuasi nilai tukar yang berimplikasi pada
perubahan tingkat inflasi pada akhirnya mengakibatkan pula kenaikkan dan penurunan
suku bunga domestik. Melalui Bank Indonesia yang memiliki kebijakan dalam
mengontrol suku bunga, diharapkan dapat menciptakan stabilisasi nilai Rupiah.
Hal ini karena, perubahan tingkat suku bunga akan memberikan pengaruh terhadap
aliran dana suatu negara sehingga akan mempengaruhi pula permintaan maupun
penawaran nilai tukar mata uang (Mishkin, 2008) Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Putra (2009) serta Sholehuddin (2013) mengatakan bahwa nilai ekspor
Indonesia sangat berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Puspitaningrum, Suhadak, Zahroh (2014) mengatakan bahwa tingkat inflasi,
tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap
nilai tukar rupiah.Samuelson dan Nordhaus (2004) serta Madura (2006) menyebutkan
bahwa inflasi merupakan faktor penentu dalam perubahan.Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi perubahan nilai tukar suatu mata uang. Murni (2006) dan Triyono
(2008) menyebutkan kurs valuta asing dapat berubah bila terjadi perubahan
selera, perubahan harga barang impor dan barang 9 ekspor, terjadinya inflasi,
perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi serta pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan menurut Madura (2006:128), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pergerakan nilai tukar diantaranya tingkat inflasi relatif, suku
bunga relatif, tingkat pendapatan relatif, pengendalian pemerintah, dan
prediksi pasar.
Pada penelitian ini menggunakan variabel tingkat inflasi, tingkat
suku bunga, ekspor, dan pendapatan negara. Untuk melihat dengan baik maka pendapatan
negara diambil dari hasil ekspor dan impor. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Samuelson dan Nordhaus (2004), Madura (2006), Murni (2006),
Triyono (2008), Putra (2009), Sholehuddin (2013), Puspitaningrum, Suhadak,
Zahroh (2014)maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “ Pengaruh
Ekspor, Impor, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Tukar
Rupiah”
1.2
Rumusan
Masalah
Perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagaimana berikut:
1. Apakah variabel Ekspor, Impor, Tingkat Inflasi, dan Suku Bunga
berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah?
2. Variabel manakah yang memiliki pengaruh dominan terhadap nilai
tukar rupiah? 1
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah variabel Ekspor, Impor, Tingkat Inflasi,
dan Suku Bunga berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
2. Untuk mengetahui variabel manakah yang dominan berpengaruh
terhadap nilai tukar rupiah.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Akedemisi Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
informasi mengenai kondisi ekonomi dan perkembangan nilai tukar rupiah sebagai
rujukan dalam penelitian ini.
2. Bagi Pemerintah Bagi
pemerintah baik eksekutif, legislative, maupun yudikatif sebagai bahan rujukan
dalam menentukan setiap kebijakan ekspor, impor agar nilai tukar rupiah tetap
stabil.
3. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai kondisi ekonomi
dan perkembangan nilai tukar rupiah agar menjadi pedoman perusahaan dalam
mengambil keputusan.
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai kondisi ekonomi,
dari segi ekspor, impor, tingkat iflasi, dan suku bunga agar perkembangan nilai
tukar rupiah sebagai rujukan dalam penelitia ini.
1.5 Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini terletak pada waktu
periode penelitian yang dilakukan, yaitu pada tahun 2009 sampai 2013, hal ini
dikarena pada setiap tahunnya bahkan disetiap bulanpun nilai tukar rupiah akan
mengalami perubahan dengan terus melemah atau mengalami depresiasi serta akan
mengalami perubahan dengan menguatnya atau mengalami apresiasi pada setiap
tahunnya, adanya perubahan ini akan terus berubah sesuai dengan kondisi makro
ekonomi yang ada di Indonesia. Terkadang kondisi makro ekonomi di Indonesia
akan mengalami perubahan menjadi lebih baik bahkan bisa saja berubah menjadi
lebih buruk dari sebelumnya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Pengaruh ekspor, impor, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga terhadap nilai tukar rupiah. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment