Abstract
INDONESIA:
Di Indonesia terdapat 5 perusahaan telekomunikasi yang sudah go public dan listing di BEI sampai periode 2011, yaitu PT. Indosat Tbk, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT. Smartfren Telecom Tbk dan PT. Bakrie Telecom Tbk, yang tentunya perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai beraneka macam sumber pendanaan dalam mendanai aktivitasnya. Hubungan antara likuiditas dan profitabilitas adalah berbanding terbalik, dimana untuk meningkatkan likuiditas mempunyai kecenderungan untuk menurunkan profitabilitas. Demikian pula sebaliknya, bila perusahaan terlalu memperhatikan profitabilitasnya, maka likuiditasnya cenderung turun. Tujuan penelitian ini adalalah Untuk mengetahui pengaruh baik secara simultan maupun parsial antara likuiditas terhadap profitabilitas, perusahaan telekomunikasi yang go public di BEI periode 2006-2011.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan menggunakan pendekatan explanatory. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan 5 obyek penelitian. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik dokumentasi. Analisis yang digunakan yaitu regresi liner beganda, di mana variabel bebas terdiri dari current ratio (X1), Acid Test Ratio (X2) dan Cash Ratio (X3). Sedangkan variabel terikat terdiri dari item-item profitabilitas, yaitu terdiri dari Gross Profit Margin (Y1), Net Profit Margin (Y2) dan Return OnINVESTMENT (Y3).
Pada item Gross Profit Margin, secara bersama-sama (simultan) variabel Current Ratio (X1), Acid Test Ratio (X2), dan Cash Ratio (X3) berpengaruh signifikan terhadap Gross Profit Margin. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan current ratio akan menambah profitabilitas perusahaan sedangkan acid test ratio dan cash ratio akan mengurangi profitabilitas perusahaan. Pada item Net Profit Margin, secara bersama-sama (simultan) variabel Current Ratio (X1), Acid Test Ratio (X2) dan Cash Ratio (X3) tidak berpengaruh signifikan dikarenakan tingkat signifikasi sebesar 0.468 > 0.005. Demikian juga secara parsial, baik Current Ratio (X1), Acid Test Ratio (X2), Cash Ratio (X3) tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Net Profit Margin. Pada item Return OnINVESTMENT, secara bersama-sama (simultan) variabel Current Ratio (X1), Acid Test Ratio (X2), dan Cash Ratio (X3) tidak berpengaruh signifikan, dikarenakan tingkat signifikasi sebesar 0.732 > 0,005. Demikian juga secara parsial, baik Current Ratio (X1), Acid Test Ratio (X2), Cash Ratio (X3) tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Return On Investment.
ENGLISH:
There are 5 telecommunication companies in Indonesia listed in IDX during the period 2011: PT. Indosat Tbk, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Telecom Tbk and PT Bakrie Telecom Tbk. The companies have equities to operate their activities. The liquidity and profitability has inverse correlation. There is a tendency for profitability to decrease when the liquidity increases and vice versa. If the companies pay to much attention to the profitability, then the liquidity tend to decrease. The objective of the research is to determine simultaneous and partial correlation between liquidity and profitability of telecommunication companies listed in IDX during the period 2006-2011.
The research uses quantitative method and explanatory approach. It is a population research which uses 5 research objects. Data is collected by reviewing the documents. The research uses multiple linear regressions. Independent variable consists of Current Ratio (X1), Acid Test Ratio (X2), Cash Ratio (X3). Dependent variable consists of profitability items: Profit Margin (Y1), Net Profit Margin (Y2) and Return onINVESTMENT (Y3).
For Gross Profit Margin, the variables of Current Ratio (X1), Acid Test Ratio (X2), and Cash Ratio (X3) simultaneously have significant effects on Gross Profit Margin. It indicates that the existence of the Current Ratio will increase the profitability of the company while the acid test ratio and cash ratio will reduce the profitability. For Net Profit Margin, the variables of Current Ratio (X1), Acid Test Ratio (X2), and Cash Ratio (X3) simultaneously have no significant effect with level of significance 0.468>0.005. Likewise, Current Ratio (X1), Acid Test Ratio (X2), and Cash Ratio (X3) variables partially have no significant effects on the Net Profit Margin. For Return onINVESTMENT, variables of Current Ratio (X1), Acid Test Ratio (X2), and Cash Ratio (X3) simultaneously has no significant effect with level of significance 0.732>0.005. Likewise, the variables of Current Ratio (X1), Acid Test Ratio (X2), and Cash Ratio (X3) partially has no significant
effect on Return of Investment.
effect on Return of Investment.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dengan perkembangan perekonomian di Indonesia
seperti sekarang ini, maka semakin komplek permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan. Persaingan akan terjadi diantara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lain terutama dengan perusahaan yang sejenis. Keberhasilan
perusahaan sangat tergantung atas kebijaksanaan yang akan diambil oleh pimpinan
perusahaan dalam mengelola perusahaannya. Pada dasarnya suatu perusahaan
didirikan untuk memperoleh keuntungan dan menjaga kontinuitas usaha guna
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan serta mengembangkan dimasa
mendatang. Selain itu perusahaan juga bertujuan untuk mensejahterakan semua
pihak yang berhubungan dengan perusahaan, baik itu pemegang saham, kreditur,
debitur, pegawai dan sebagainya. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan tersebut diperlukan tambahan modal yang dapat dibentuk oleh
perusahaan sendiri (modal sendiri) maupun dari modal pinjaman. Semakin besar
kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan modalnya, maka akan semakin besar
kemampuan perusahaan dalam operasinya. Suatu laporan keuangan yang merupakan
hasil akhir dari proses akuntansi tidak akan pernah berarti, jika tidak
dilakukan analisis. Analisis dilakukan terhadap laporan keuangan dengan tujuan
sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi perusahaan. Analisis perbandingan
antar pos keuangan yang mempunyai 1 2 hubungan secara relevan yang dilakukan
dengan menggunakan analisa rasio keuangan antara lain rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Selanjutnya rasio
likuiditas dan rasio solvabilitas dapat mencerminkan resiko yang dihadapi
perusahaan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan rasio
profitabilitas dan rasio aktivitas dapat mencerminkan keuntungan yang mampu
diraih perusahaan pada masa yang akan datang (Lidia Siska; 2) Menurut Munawir
(2000; 31) yang dimaksud dengan likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang segera dipenuhi.
Masalah likuiditas adalah
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya yang segera harus dipenuhi. Yang meliputi kewajiban terhadap pihak
ketiga, yaitu untuk membayar hutang dan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan. Oleh karena itu, likuiditas merupakan suatu hal yang menentukan
bagi perusahaan. Sebab disamping menyangkut kepercayaan yang akan diberikan
oleh pihak ketiga juga menyangkut bagaimana pimpinan perusahaan dapat menjaga
kekayaan yang tersedia sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga akan terhindar dari
kelebihan atau kekurangan dari persediaan kekayaan. Kelebihan kekayaan akan
dapat mengurangi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan, karena ada bagian
kekayaan yang tertanam tidak dimanfaatkan. Sebaliknya, jika perusahaan
mengalami pengurangan kekayaan akan mengakibatkan perusahaan mendapat kesulitan
didalam memenuhi kewajiban finansiilnya terhadap pihak ketiga (kreditur) dan
juga kewajiban intern yang dapat
mengganggu kelancaran operasi perusahaan. Sedangkan hubungan antara likuiditas
dan profitabilitas adalah berbanding terbalik, dimana untuk meningkatkan
likuiditas mempunyai kecenderungan untuk menurunkan profitabilitas.
Demikian pula sebaliknya, bila
perusahaan terlalu memperhatikan profitabilitasnya, maka likuiditasnya
cenderung turun. Pada penelitian Thamrin (2003) hasil penelitian terhadap 10
perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta terbatas untuk mengetahui besarnya
pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas. Penulis dapat mengimplikasikan
bahwa sebaiknya 10 perusahaan Go Publik telah Listing di Bursa Efek Jakarta
lebih banyak perhatiannya terhadap likuiditas dan profitabilitas harus lebih
efektif dan efisien terutama dalam hal mengelola aktiva lancar dan
mengoptimalisasikan kinerja keuangan, agar finansial perusahaan lebih baik.
Siska (2005) hasil penelitiannya dari perhitungan Currrent Ratio menunjukkan
bahwa nilai Current Ratio tertinggi PT. Aneka Tambang yaitu sebesar 3,581.
Sedangkan nilai Current Ratio terendah adalah PT. Astra International sebesar
1,094. Juariah (2006) menyatakan bahwa kontribusi modal sendiri dari PT. Kalbe
Farma Tbk mulai tahun 2000-2004 lebih kecil dibandingkan dengan sumber dana
eksternal. Kontribusi profit yang diperoleh dari hutang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kontribusi profit yang diperoleh dari modal sendiri. Rasio
hutang PT. Kalbe Farma Tbk mengalami perbaikan dari tahun 2000-2004, sedangkan
ROI dan ROE PT. Kalbe Farma Tbk masih mengalami fluktuatif. 4 Hilmi (2010)
hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel bebas berpengaruh
secara signifikan terhadap semua item dari profitabilitas, kecuali item Return
On Investment lebih cenderung menggunakan aktiva, sehingga hutang yang termasuk
passiva tidak berpengaruh terhadap Retrun On Investment.
Sedangkan secara parsial, hutang
jangka pendek hanya berpengaruh terhadap Gross Profit Margin. Sedangkan
item-item profitabilitas yang lain hanya dipengaruhi oleh total hutang
simultan. Menurut Simamora (2000), laba suatu perusahaan dari tahun ke tahun
dapat meningkat atau mengalami penurunan. Peningkatan laba yang stabil dari
suatu perusahaan menunjukkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan baik. Demikian
juga sebaliknya, penurunan laba dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa
pertumbuhan laba perusahaan kurang baik (Suaryana, 2006:11) Rasio
profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya, selama periode tertentu
(Martono, 2004: 59). Apabila perusahaan bermaksud untuk meningkatkan keuntungan
yang diperolehnya, maka peningkatan keuntungan tersebut akan diikuti pula oleh resiko
yang semakin besar. Demikian pula kalau perusahaan ingin melakukan yang
sebaliknya, menurunkan resiko, maka penurunan tingkat resiko ini akan diikuti
oleh menurunnya tingkat profitabilitas (Syamsuddin, 2007: 208) Di Indonesia
layanan jasa telekomunikasi telah dilakukan oleh perusahaan milik negara mulai
tahun 1961. Seperti halnya negara berkembang lainnya, pengembangan dan
modernisasi atas infrastruktur telekomunikasi menjadi faktor 5 penting dalam
pembangunan ekonomi secara umum di Indonesia. Disamping itu jumlah penduduk
yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan telah menimbulkan permintaan
yang tinggi akan layanan telekomunikasi.
Kenyataan ini mendorong Pemerintah
melalui Departemen Komunikasi dan Informatika untuk berperan aktif dalam menciptakan
pertumbuhan bisnis telekomunikasi yang berkesinambungan dengan menerapkan
seperangkat kebijakan, kewenangan dan fungsi pengawasan sebagaimana tertuang
dalam perundang–undangan dan peraturan di bidang telekomunikasi. Secara
historis, implikasi peran Pemerintah ini terlihat dimana bila semula layanan
jasa telekomunikasi di Indonesia hanya dipegang oleh perusahaan tertentu dengan
diberikan hak eksklusif, kemudian hak eksklusifitas tersebut mengalami
degradasi secara gradual yang lebih diorientasikan pada sistem kompetisi,
seiring dengan reformasi kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
No.36 tahun 1999 tentang telekomunikasi, beserta peraturan teknis dibawahnya.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat penetrasi layanan
telekomunikasi atau rasio teledensitas yang masih terbilang rendah dibandingkan
dengan negara-negara lainnya. Jumlah pengguna seluler di Indonesia hingga bulan
Juni 2010 diperkirakan mencapai 180 juta pelanggan, atau mencapai sekitar 80
persen populasi penduduk. Dari 180 juta pelanggan seluler itu, sebanyak 95
persen adalah pelanggan prabayar. Menurut catatan ATSI (Asosiasi Telekomunikasi
Seluler Indonesia), pelanggan Telkomsel hingga bulan Juni 2010 mencapai 88 juta
nomor, XL sekitar 35 juta, Indosat sekitar 39,1 juta, selebihnya merupakan
pelanggan Axis dan Three. Direktur Utama PT Telkomsel, Sarwoto 6 mengatakan,
dari sisi pendapatan seluruh operator seluler sudah menembus angka Rp100
triliun (wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_seluler_di_Indonesia, 28 Juli 2012).
Di Indonesia terdapat 5 perusahaan telekomunikasi yang sudah go public dan
listing di BEI sampai periode 2011, yaitu PT. Indosat Tbk, PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT. Smartfren Telecom Tbk dan PT. Bakrie
Telecom Tbk. Yang tentunya perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai beraneka
macam sumber pendanaan dalam mendanai aktivitasnya sehari-hari. Perkembangan
pendapatan operasional dari operator telepon seluler menunjukkan bahwa semakin
besar pendapatan dari operator, maka pertumbuhan pendapatannya cenderung akan
semakin kecil meskipun secara nominal nilainya besar. PT. Telekomunikasi Tbk
yang pada tahun 2009 membukukan pendapatan Rp.64,5Triliun, pertumbuhan
pendapatannya pada 2009 justru hanya 6,4%. Sementara Bakrie Telecom yang
memiliki penerimaan operasional pada 2009 baru mencapai Rp.2.7 triliun
menunjukkan pertumbuhan penerimaan yang cukup besar yaitu 24,6%. Demikian pula
dengan XL-Axiata yang membukukuan peneriman operasional sebesar Rp.13,7triliun
pada tahun 2009, mampu tumbuh 13,6% dan penerimaan pada kuartal I 2010 sudah
mencapai 30% dari penerimaan tahun sebelumnya. 7 Tabel 1.1 Penerimaan
Operasional Operator Telepon (Rp.Milyar) No Operator 2006 2007 2008 2009 2010 1
PT. Telekomunikasi Tbk 51.924 59.440 60.689 64.597 16.587 2 PT. Indosat Tbk
12.239 16.488 18.659 18.393 4.735 3 PT. XL Axiata Tbk 4.682 6.460 9.765 13.706
4.106 4 PT. Smartfren Telecom Tbk 589 883 732 369 65 5 PT. Bakrie Telecom Tbk
608 1.290 2.202 2.743 708 Kecenderungan penurunan pertumbuhan penerimaan
operasional terjadi pada hampir semua operator meskipun masih pada angka yang
positif seperti ditunjukkan pada table 1.1. Sampai tahun 2008, pertumbuhan
penerimaan untuk XL-Axiata masih menunjukkan trend peningkatan, namun menurun
memasuki tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh jumlah pelanggan yang sudah sangat
tinggi secara total sehingga pertumbuhan pelanggan juga tidak lagi tinggi dan
berdampak pada pertumbuhan penerimaan. Untuk Smartfren Telecom bahkan sudah
menunjukkan pertumbuhan yang negative sejak 2008. Pada tahun 2010 diperkirakan
pertumbuhan peneriman masih akan positif meskipun besaran pertumbuhannya
semakin rendah. Hubungan antara likuiditas dan profitabilitas adalah berbanding
terbalik, dimana untuk meningkatkan likuiditas mempunyai kecenderungan untuk
menurunkan profitabilitas. Demikian pula sebaliknya, bila perusahaan terlalu
memperhatikan profitabilitasnya, maka likuiditasnya cenderung turun. 8
Likuiditas dan profitabilitas memegang peranan penting didalam perusahaan
apakah itu dapat menguntungkan, tumbuh dan berkembang. Berdasarkan latar
belakang permasalahan maka penelitian ini berjudul, “PENGARUH LIKUIDITAS
TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC di BEI
PERIODE 2006-2011” 1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari penjabaran latar belakang di atas,
penulis menarik beberapa rumusan masalah, yaitu :
1. Apakah ada pengaruh baik secara
simultan maupun parsial antara Current Ratio, Acid Test Ratio dan Cash Ratio
terhadap Gross Profit Margin perusahaan telekomunikasi yang go public di BEI
periode 2006-2011 ?
2. Apakah ada pengaruh baik secara
simultan maupun parsial antara Current Ratio, Acid Test Ratio dan Cash Ratio
terhadap Net Profit Margin perusahaan telekomunikasi yang go public di BEI
periode 2006-2011?
3. Apakah ada pengaruh baik secara
simultan maupun parsial antara Current Ratio, Acid Test Ratio dan Cash Ratio
terhadap Retrun On Investment perusahaan telekomunikasi yang go public di BEI
periode 2006-2011?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian yaitu:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh baik secara simultan maupun parsial antara Current Ratio, Acid Test
Ratio dan Cash Ratio terhadap Gross Profit Margin perusahaan telekomunikasi
yang go public di BEI periode 2006- 2011.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh baik secara simultan maupun parsial antara Current Ratio, Acid Test
Ratio dan Cash Ratio terhadap Net Profit Margin perusahaan telekomunikasi yang
go public di BEI periode 2006- 2011.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh baik secara simultan maupun parsial antara Current Ratio, Acid Test
Ratio dan Cash Ratio terhadap Retrun On Investment perusahaan telekomunikasi
yang go public di BEI periode 2006- 2011.
1.4 BATASAN MASALAH
Batasan penelitian yang penulis tetapkan yaitu
terbatas pada rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan analisis regresi. Hal
ini diperlukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan
menganalisis permasalahan. Melalui rasio likuiditas dapat ditentukan tingkat
likuiditas perseroan. Rasio profitabilitas untuk mengetahui tingkat kemampulabaan
(profitabilitas) perseroan. Dan analisis regresi digunakan untuk mengetahui
pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Universitas Sebagai salah
satu bahan referensi dalam rangka bahan pengembangan teori manajemen keuangan,
terutama yang berkaitan dengan analisis laporan keuangan suatu perusahaan.
2. Bagi Mahasiswa Memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi di dalam perusahaan
Telekomunikasi dan dapat melihat seberapa jauh teori-teori manajemen keuangan
yang telah diperoleh mahasiswa sehingga dapat diterapkan dalam hubungannya
dengan masalah perusahaan yang bersangkutan.
3. Bagi Instansi Terkait Sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan ekonomi melalui analisis keuangan untuk
menilai kinerja perusahaan demi tercapainya tujuan yang diterapkan.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan
telekomunikasi yang go public di BEI periode 2006-2011. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment