Abstract
INDONESIA:
Masalah yang sering dihadapi oleh investor adalah ketidakpastian return dan risiko yang akan diperoleh dari investasinya. Untuk meminimalisir risiko dan memaksimalkan return, investor perlu membentuk sebuah portofolio. Terdapat beberapa metode portofolio antara lain Single-Index, Markowitz, dan Treynor-Black. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan dari metode Treynor- Black Model dalam membentuk portofolio optimal dan untuk mengetahui kinerja dari portofolio Treynor-Black Model yang telah terbentuk.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan model studi kasus. Populasi dalam penelitian ini adalah saham JII dengan sampel penelitian sebanyak 13 saham yang diperoleh dengan metode purposive sampling. Analisis data yang digunakan yaitu dengan mendeskripsikan metode Treynor-Black Model dalam membentuk sebuah portofolio optimal dan dilakukan evaluasi kinerja metode Jensen, Sharpe, Treynor, Sortino, Information Ratio, T2 Dan M2 pada portofolio Treynor-Black.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 1) Dengan metode portofolio Treynor- Black Model terbentuk sebuah portofolio optimal yang terdiri dari sembilan saham JII yaitu, UNVR, KLBF, TLKM, AALI, LSIP, ASII, LKPR, ASRI, dan INTP dengan menghasilkan nilai return 2,85% dan variance 0,23%. Nilai return yang dihasilkan lebih baik dari return pasar dan return portofolio Single-Index. 2) Dari hasil evaluasi kinerja dengan metode Jensen, Sharpe, Treynor, Sortino, Information Ratio, T2 dan M2, portofolio Treynor-Black menunjukkan kinerja yang baik karena nilai dari keseluruhan evaluasi menghasilkan nilai positif. Nilai evaluasi dari portofolio Treynor-Black Model lebih baik dari nilai evaluasi portofolio Single-Index. Metode Portofolio Treynor-Black Model dapat membentuk portofolio optimal dengan kinerja yang baik.
ENGLISH:
The problem often faced by investors is the uncertainty of returns and risks that would be obtained from the investment. To minimize risk and maximize returns, investors need to form a portfolio. There are several methods of portfolios among other Single-Index, Markowitz, and Treynor-Black. The purpose of this study was to determine the application of the method Treynor-Black model in forming the optimal portfolio and to determine the performance of a portfolio of Treynor-Black model which has been formed.
This study is a quantitative descriptive research, using a model case study. The population in this study is JII stocks to sample as many as 13 stocks were obtained by purposive sampling method. Analysis of the data used is to describe methods of Treynor-Black model in forming an optimal portfolio and performance evaluation by the method of Jensen, Sharpe, Treynor, Sortino, Information Ratio, T2 and M2 in the portfolio Treynor-Black.
The analysis showed that 1) the portfolio method Treynor-Black model formed an optimal portfolio consisting of nine stocks JII, namely UNVR, KLBF, TLKM, AALI, LSIP, ASII, LKPR, ASRI, and INTP to generate a return value of 2.85 % and 0.23% variance. Value generated better returns than the market return and portfolio return Single-Index. 2) From the results of the performance evaluation method of Jensen, Sharpe, Treynor, Sortino, Information Ratio, T2 and M2, portfolio Treynor- Black showed a good performance because the value of the overall evaluation produces a positive value. Evaluation of the portfolio value Treynor-Black model is better than the value of the portfolio evaluation Single-Index. Portfolio method Treynor-Black model can establish the optimal portfolio with good performance.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia merupakan salah
satu negara berkembang dengan kekuatan ekonomi global di Asia. Dengan Produk
Domestik Bruto (PDB) yang telah menembus angka US$ 1 trilyun di tahun 2012,
Indonesia telah menjadi negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Dengan
resistensinya terhadap krisis keuangan global dibanding negara-negara tetangga,
perekonomian Indonesia di tahun 2012 telah tumbuh sebesar 6,2%, sedangkan di
tahun 2013 tumbuh 5,7% dan menigkat 5,12 % pada triwulan II- 2014. Hal ini
menjadikan Indonesia sebagai “Negara dengan perekonomian paling stabil selama
lima tahun terakhir”(www4.bkpm.go.id). Sejalan dengan prospek pertumbuhan
ekonomi yang masih positif, investasi asing yang masuk ke Indonesia terus
bertambah dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data investasi yang di
rilis oleh UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development)
menunjukkan bahwa dari aspek akumulasi investasi, Indonesia menempati peringkat
ke 25 dari 238 negara pada tahun 2011. Porsi investasi asing di Indonesia tercatat
sebesar 0.84% terhadap total investasi asing di seluruh dunia, meski masih di
bawah Singapura (2.54%). Di kawasan ASEAN Indonesia telah mengungguli
negara-negara tetangga lainnya seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina
(budionline.blogdetik.com). Dengan adanya investasi asing, ditambah dengan
faktor kekuatan ekonomi domestik, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi. Bila 2 faktor kekuatan ekonomi domestiknya tetap, tambahan
dorongan dari investasi asing tentu akan membuat laju ekonomi menjadi semakin
cepat. Oleh karena itu investasi memegang peranan yang penting dalam
peningkatan perekonomian suatu negara. Di Indonesia pasar modal menjadi salah
satu sarana untuk berinvestasi yang cukup diminati oleh masyarakat khususnya
masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar modal yang semakin
berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat bisnis untuk mencari
alternatif sumber pembiayaan usaha selain bank. Investasi pada pasar modal di
Indonesia terus mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini dibuktikan
dengan terus bertambahnya jumlah perusahaan yang tercatat (emiten) di pasar
modal dari tahun ketahun. Pada tahun 2007 jumlah emiten di pasar modal tercatat
sejumlah 383 perusahaan, pada tahun 2008 sebanyak 396 perusahaan, pada tahun
2009 sebanyak 398 perusahaan, dan terus bertambah hingga saat ini pada tahun
2014 jumlah perusahaan yang tercata pada pasar modal sudah mencapai 501
perusahaan tecatat di pasar modal (www.idx.co.id). Berbagai instrumen keuangan
jangka panjang diperjualbelikan di pasar modal, baik surat utang (obligasi),
saham, reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi.
Dengan demikian, pasar modal
memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan
terkait lainnya. Saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang sering
diperjualbelikan di pasar modal. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
jumlah saham yang beredar tiap tahunnya. Adapun data lengkapnya seperti
terlihat pada grafik di bawah ini: 3 Gambar 1.1 Jumlah Saham yang Beredar
Sumber data: www.idx.co.id data diolah Pada grafik di atas jumlah saham yang
diperjualbelikan tiap tahunnya terus bertambah. semula pada tahun 2005 jumlah
saham yang terdapat di pasar modal masih sejumlah 712 Milyar, namun pada bulan
agustus 2014 jumlah saham yang terdapat di pasar modal sudah mencapai jumlah
2,99 Triliun saham. Hal ini menjelaskan jumlah transaksi pada instrumen
keuangan di pasar modal (saham) terus meningkat (www.idx.co.id). Investasi
dalam saham adalah investasi yang cukup beresiko karena harga saham akan naik
dan turun (fluktuatif) sehingga investor mungkin saja akan memperoleh
keuntungan yang besar tetapi dapat pula menderita kerugian yang tidak sedikit
jumlahnya. Oleh karena itu investor harus pandai dalam memilih saham yang akan
diinvestasikannya. Hal yang paling mendasar dalam proses investasi adalah
pemahaman antara return yang diharapkan dan risiko yang terjadi dalam
investasi. Hubungan antara return yang diharapkan dan risiko dari suatu
investasi merupakan hubungan yang berbanding lurus, itu artinya semakin banyak
return yang diterima maka semakin besar risiko yang harus ditanggung oleh
investor. Return berasal dari aktivitas perusahaan berupa keuntungan perusahaan
yang dibagikan (dividen) maupun 4 dari kenaikan harga saham (capital gain).
Namun return yang menjanjikan tersebut diikuti juga oleh berbagai risiko yang
menyertainya, sehingga investasi saham juga dapat menjadi investasi yang paling
berisiko. Dalam manajemen investasi dikenal pembagian risiko total investasi ke
dalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar, merupakan berkaitan dengan
perubahan yang terjadi di pasar secara umum. Perubahan pasar tersebut akan
mempengaruhi return suatu investasi. Sedangkan risiko tidak sistematis
merupakan risiko yang tidak berkaitan dengan pasar secara keseluruhan. Semua
investor tentunya ingin mendapatkan keuntungan dari penyertaan modalnya ke
perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak investor harus melakukan
suatu penilaian terhadap saham-saham yang akan dibeli. Seorang investor yang
rasional akan memusatkan perhatiannya pada tingkat return yang akan diperoleh
dan besarnya risiko yang akan terjadi pada suatu investasi. Jika seorang
investor menginginkan keuntungan yang optimal, investor harus menentukan
strategi yang baik. Salah satu strategi yang sering diterapkan oleh investor
dalam berinvestasi saham di pasar modal adalah mengumpulkan beberapa jenis
saham dalam satu portofolio, hal ini berarti sebaiknya investasi di pasar modal
dilakukan dengan menaruh dana pada berbagai macam sekuritas atau saham.
Filosofi yang mendasari strategi investasi ini adalah: “wise investor do not
put all their eggs into just one basket” (Husnan, 2001:50). Masalah yang sering
terjadi bagi investor adalah berhadapan dengan ketidakpastian ketika harus
memilih saham-saham untuk dibentuk menjadi portofolio 5 pilihannya. Para
investor berhadapan dengan banyak kombinasi saham dalam portofolio. Pada
akhirnya harus mengambil keputusan portofolio mana yang akan dipilih oleh
investor. Seorang investor yang rasional, tentu akan memilih portofolio yang
optimal yang dapat meminimalkan risiko pada tingkat keuntungan tertentu atau
mendapatkan return maksimal pada tingkat risiko tertentu (Jogianto, 1998: 133).
Dalam pemilihan saham untuk membentuk suatu portofolio diperlukan penghitungan
khusus atau metode agar portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan return
sesuai dengan yang diharapkan. Teori mengenai metode pemilihan saham untuk
membangun portofolio optimal dikembangkan oleh Markowitz, yang dikenal sebagai
Modern Portofolio Theory.
Prinsip dari teori ini
adalah optimalisasi return-variance melalui diversifikasi risky asset sehingga
diperoleh kombinasi risk-return terbaik, dalam hal ini saham yang optimal
(Bodie, Kane, & Marcus, 2011). Single-index model menggunakan indeks pasar
modal sebagai proksi untuk faktor umum yang mempengaruhi pergerakan sekuritas.
Model ini menyederhanakan jumlah estimasi yang diperlukan sebagai input untuk
analisis. Sedangkan model Treynor-Black memberikan asumsi bahwa investor
melakukan investasi pada dua jenis portofolio yaitu pasif dan aktif. Portofolio
pasif adalah investasi yang dilakukan pada indeks pasar. Sedangkan portofolio
aktif adalah investasi yang dilakukan pada sejumlah sekuritas dalam pasar
melalui tahapan analisis (Bodie, Kane, & Marcus, 2011). Adapun Penelitian
yang berkaitan dengan optimalisasi dan evaluasi portofolio juga pernah
dilakukan. Yaacob (2002) melakukan evaluasi kinerja portofolio saham Islamic
stock di Malaysia, hasilnya bahwa portofolio dari Islamic stock menunjukkan 6 kinerja
yang lebih baik dari kinerja pasar. Eko (2008) dan Rosdiana (2012) melakukan
penelitian tentang portofolio saham dengan menggunakan metode indeks tunggal
dan constant correlation, hasilnya bahwa kedua metode ini dapat digunakan untuk
membentuk portofolio saham yang optimal dan memberikan tingkat return yang
lebih besar. Sedangkan Aryanto (2013) membandingkan kinerja saham JII dengan
FTSE Bursa Malaysia Emas Syariah Index dengan menggunakan metode indeks
tunggal, menunjukkan bahwa ada perbedaan kinerja saham di JII (Jakarta Islamic
Index) dengan saham FTSE Bursa Malaysia Emas Syariah Index. Firmansyah (2013)
melakukan penelitian diversifikasi saham pada portofolio menggunakan metode
Markowitz, diversifikasi saham pada sebuah portofolio dapat meminimalkan risiko
dengan memperoleh return lebih tinggi. Rosy (2012) melakukan perbandingan
kinerja portofolio saham Markowitz dengan Treynor-Black Model, menyatakan bahwa
metode potofolio Markowitz menghasilkan kinerja yang lebih baik dibanding
portofolio Treynor-Black Model. Berdasarkan latar belakang dan penelitian di
atas yang mencoba untuk menerapkan metode pembentukan portofolio model
Markowitz dan Single Index Model, serta metode evaluasi kinerja portofolio
dengan Sharpe, Jensen, dan Treynor. Peneliti tertarik melakukan sebuah
penelitian untuk mencoba menerapkan metode Treynor-Black Model dalam
pembentukan dan optimasi sebuah portofolio dengan penambahan metode evaluasi
kinerja portofolio yang digunakan, yaitu; 1) Sortino, 2) Information Ratio, 3)
T 2 dan M2 . Sehingga judul penelitian ini adalah “MENENTUKAN PORTOFOLIO
OPTIMAL TREYNOR-BLACK MODEL DENGAN EVALUASI KINERJA PORTOFOLIO METODE JENSEN,
SHARPE, TREYNOR, SORTINO, INFORMATION RATIO, T2 DAN M 2 . (Studi 7 Kasus pada
Saham di Jakarta Islamic Index (JII) Periode Juni 2010 sampai Mei 2014).”
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan, maka penulis dapat merumuskan masalah yang dihadapi
perusahaan sebagai berikut :
1. Apakah penerapan metode Treynor-Black Model dapat menghasilkan
portofolio optimal?
2. Apakah portofolio optimal metode Treynor-Black Model menunjukkan
kinerja yang baik menurut rasio Sortino, Sharpe, Treynor, Jensen, Information
Ratio, M2 , dan T2 ? 1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini berdasarkan uraian rumusan
masalah diatas adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan metode Treynor-Black Model
dalam pembentukan portofolio optimal.
2. Untuk mengetahui kinerja portofolio optimal metode Treynor-Black
Model menurut rasio Sortino, Sharpe, Treynor, Jensen, Information Ratio, M 2 ,
dan T2 .
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi investor, diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi
bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam investasi pada saham-saham
Jakarta Islamic Index (JII) untuk mendapatkan return yang optimal
. 2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini dapat menjadi
bahan pembelajaran mengenai investasi pada portofolio saham.
. Bagi Peneliti, penelitian ini menjadi bahan pembelajaran untuk
dapat melakukan analisis dan untuk menerapkan teori-teori investasi dan pasar
modal.
4. Bagi Penelitian
Selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian yang akan
dilakukan terutama yang berhubungan dengan analisis dan evaluasi kinerja
portofolio.
1.5 Batasan Penelitian
Berdasarkan perumusan dan tujuan penelitian di
atas, penelitian ini akan dibatasi pada saham-saham yang termasuk kedalam
Jakarta Islamic Index periode Juni 2010 sampai Mei 2014. Metode yang digunakan
dalam pembentukan portofolio saham JII adalah metode Treynor-Black Model.
Sedangkan metode evaluasi kinerja yang digunakan adalah Sortino, Sharpe,
Treynor, Jensen, Information Ratio, M2 , dan T 2 .
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Menentukan portofolio optimal treynor-black model dengan evaluasi kinerja portofolio metode jensen, sharpe, treynor, sortino, information ratio, T2 dan M2: Studi kasus pada saham di Jakarta islamic index (JII) periode Juni 2010 sampai Mei 2014. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment