Abstract
INDONESIA:
UKM seringkali belum memasukkan semua unsur biaya dalam memperhitungkan harga pokok produksinya, hal ini menyebabkan UKM kurang akurat dalam penentuan harga jual produknya, khususnya UKM yang bergerak di bidang manufaktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penghitungan harga pokok produksi yang selama ini dilakukan oleh UKM Rengginang Sari Ikan dan membandingkannnya dengan penghitungan harga pokok produksi menggunankan metode full costing, hasil dari penghitungan Harga Pokok Produksi tersebut kemudian akan digunakan sebagai penentuan harga jual.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara kepada pemilik sekaligus pimpinan UKM rengginang sari ikan. Analisis datanya melalui tiga tahap: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa penghitungan harga pokok produksi yang selama ini dilakukan oleh UKM rengginang sari ikan belum memasukkan semua unsur biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi seperti biaya bahan penolong, biaya perawatan dan pemeliharaan peralatan serta biaya penyusutan peralatan. Hasil penghitungan tersebut untuk rengginang ikan adalah Rp. 10.920,7 dan rengginang manis adalah Rp. 10.021,4. Sedangkan dengan metode full costing semua unsur biaya dimasukkan dalam penghitungan harga pokok produksi, hasil penghitungan harga pokok produksi dengan metode full costing untuk rengginang ikan adalah Rp. 11.152,5 dan rengginang manis adalah Rp. 10.588,2. Jadi selisih antara metode full costing dengan metode yang dilakukan oleh UKM rengginang sari ikan adalah rengginang ikan Rp. 231,8 dan rengginang manis Rp.566,4. Dapat disimpulkan bahwa metode yang tepat digunakan oleh UKM rengginag sari ikan adalah metode full costing karena metode ini memperhitungkan seluruh unsur biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, sehingga UKM rengginang sari ikan bisa lebih kompetitif dalam menentukan harga jual produknya.
ENGLISH:
UKM does not oftenincorporateallelements ofcostin calculatingthe main cost of production, this affects to the accurateness indetermining the selling priceof its products, especially for UKM that focuses on manufacturing. This studyaims to determinethe calculation ofthe cost of productionwhich has been carried outby Rengginang Sari Ikan UKM and comparing with the calculation ofthe cost of production using full costing method, the resultsofthe calculation oftheproduction costwill then beusedasthe determination ofthe selling price.
The method that is usedin this research isqualitative descriptive method. The data collection technique is by observationandinterview to theowner andleader ofRengginangSari Ikan UKM. The data analysis is through threestages: data reduction, data presentation and conclusion.
The findings of the study showed that the calculation of the main cost of the production which has been done by Rengginang Sari Ikan UKM yet include all elements of the costs incurred in the production process such as auxiliary material costs, costs of care and maintenance of equipment and the cost of depreciation of equipment. The calculation results ofRengginangikan is Rp. 10.920,7 and sweet Rengginag is Rp. 10.021,4. While with the full costing method, all the cost elements has been included in the calculation of the cost of production, the results of the calculation of the production cost with a full costing method for RengginangIkan is Rp. 11.152,5 and sweet Renggiang is Rp. 10.588,2. So the difference between the full costing method with the method performed by the Rengginang Sari Ikan UKM is RengginangIkanRp. 231,8 and sweet Rengginang isRp. 566,4. It can be concluded that the exact method used byRengginang Sari Ikan UKM is full costing method because this method takes into account all elements of the costs incurred in the production process, so that Rengginang Sari Ikan UKM can be competitive in determining the product selling price.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Usaha kecil dan menengah (UKM) di berbagai negara termasuk di
Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh. Hal
ini karena kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah berangkat dari industri
keluarga atau rumahan. Dengan demikian konsumennya pun berasal dari kalangan
menengah ke bawah. Selain itu, Peranan UKM terutama sejak krisis moneter tahun
1998 dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi
nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan
tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (Badan Pusat Statistik,
2010). jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2013 mencapai 121,2
juta orang, bertambah sebanyak 3,1 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus
2012 sebanyak 118,1 juta orang atau bertambah sebanyak 780.000 orang dibanding
Februari 2012. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2013
mencapai 114,0 juta orang, bertambah sebanyak 3,2 juta orang dibanding keadaan
pada Agustus 2012 sebanyak 110,8 juta orang atau bertambah 1,2 juta orang
dibanding keadaan Februari 2012. BPS juga mencatat angka pengangguran di
Indonesia hingga Februari 2013 mengalami penurunan menjadi 7,17 juta orang
dibanding Agustus 2012 yang mencapai 7,24 juta orang. 2 Selain kemampuan
mengatasi masalah pengangguran, sektor UKM juga memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yakni mencapai
sekitar 56,7%.
Meskipun berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, akses
UKM terhadap pembiayaan masih minim. Potensi besar UKM selama ini tidak
didorong oleh akses pembiayaan yang memadai. Alasannya pelaku bisnis ini
dianggap tidak memenuhi kriteria kredit perbankan. Hanya sekitar 20% UKM
Indonesia yang memiliki akses pembiayaan, selebihnya banyak yang mengandalkan
pinjaman individu, bahkan rentenir (Badan Pusat Statistik. 2010). Menurut
Hasfah. (2004). Perkembangan sektor UKM di Indonesia menyiratkan bahwa terdapat
potensi yang besar jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik
tentu akan dapat mewujudkan usaha kecil dan menengah yang tangguh. Sementara
itu, disisi lain UKM juga masih dihadapkan pada masalah yang terletak pada
proses administrasi.
Pemerintah sudah mencoba membantu mengatasi kendala yang dihadapi
oleh sebagian besar UKM, seperti melakukan seminar-seminar entrepreneur dan
pembinaan. Namun semua itu masih belum terlihat hasilnya, masih banyak UKM yang
kebingungan dalam menyusun laporan keuangan sehingga mereka masih membuat
laporan keuangan dengan cara sederhana sesuai dengan kemampuan mereka. Bahkan
ada sebagian UKM ada yang tidak mempunyai laporan keuangan. Laporan keuangan
menjadi salah satu komponen yang mutlak harus dimiliki oleh UKM jika mereka
ingin mengembangkan usaha dengan mengajukan modal kepada para kreditur yang
dalam hal ini adalah pihak perbankan. Tapi 3 kendalanya adalah tidak adanya
laporan kinerja usaha yang diperlukan untuk mengajukan kredit. Laporan kinerja
usaha yang terpenting adalah laporan keuangan. Karena dengan laporan keuangan
pihak kreditor dapat melihat perkembangan kinerja usaha dan dapat memperkirakan
kinerja usaha di masa yang akan datang, hal tersebut akan mempengaruhi
akuntabilitas dari UKM tersebut kepada pihak perbankan maupun stake holdernya,
sedangkan masalah dasar yang dihadapi oleh UKM adalah proses penyusunan
administrasi atau pelaporan keuangan. Untuk itu, kebiasaan untuk mencatat
setiap kegiatan usaha yang terjadi dan menyusun laporan keuangan harus ditumbuhkan
di kalangan UKM. Harga pokok produksi pada dasarnya menunjukan harga pokok
produk (barang dan jasa) yang diproduksikan dalam suatu periode akuntansi
tertentu. Hal ini berarti bahwa harga pokok produksi merupakan bagian dari
harga pokok. Berikut ini pengertian harga pokok produksi menurut Mulyadi
(2007:10).
Harga pokok produksi atau
disebut harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam perhitungan biaya produksi dan
agar menghasilkan biaya yang efisien diperlukan suatu metode yang baik. Metode
yang tepat digunakan dalam menghitung biaya produksi tersebut ialah metode full
costing. Full costing digunakan untuk meningkatkan akurasi analisis biaya
dengan memperbaiki cara penelusuran biaya ke objek biaya karena pada teknik ini
biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk jadi atau ke 4 harga pokok
pejualan berdasarkan tarif yang ditentukan pada aktivitas normal atau aktivitas
yang sesungguhnya terjadi (Bustami dan Nurlela, 2006). Mengingat sangat
pentingnya penetapan harga pokok produksi dalam suatu UKM maka penulis akan
melakukan penelitian pada UKM Rengginang Sari Ikan dengan mengangkat topik
tengtang full costing. Metode full costing merupakan metode yang
memperhitungkan biaya tetap, karena biaya ini di anggap melekat pada harga
pokok persediaan baik barang jadi maupun persediaan barang dalam proses yang
belum terjual dan di anggap harga pokok penjualan jika produk tersebut sudah
habis di jual. Dengan demikian di harapkan UKM rengginang sari ikan akan
memperoleh biaya yang akurat serta dapat menetapkan harga jual yang lebih
kompetitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan metode penentuan
harga pokok produksi yang digunakan oleh UKM Rengginang Sari Ikan sebagai
penentuan harga jual produknya. Selama ini, UKM Rengginang Sari Ikan belum
menerapkan analisis metode full costing. UKM ini biasanya dalam melakukan
perhitungan harga pokok dan harga jual produknya dilakukan dengan metode yang
relatif sangat sederhana dan belum menerapkan perhitungan harga pokok produksi
sesuai dengan kaidah akuntansi biaya, bahkan terkadang UKM ini tidak melakukan
pencatatan. UKM ini belum memasukkan semua unsur biaya yang dikeluarkan secara
terperinci dalam proses produksi. Selain itu, UKM ini juga belum menghitung
seluruh biaya overhead pabrik secara terperinci dan belum sepenuhnya
memperhatikan biaya-biaya overhead pabrik. Maka, dengan menggunakan metode
tersebut dalam menghitung dan menentukan harga jual 5 suatu produk pabrik akan
dihasilkan informasi yang kurang tepat dan akurat dalam menentukan harga pokok
produksi serta harga jualnya.
UKM Rengginang Sari Ikan merupakan industri rumahan yang bergerak
dalam usaha pembuatan Rengginang. Usaha ini merupakan usaha keluarga yang
didirikan pada tahun 1996 oleh ibu Satik. Kini usaha tersebut di teruskan oleh
anaknya yaitu ibu Hayati. Dalam menjalankan usahanya ibu Hayati berperan
sebagai pemilik sekaligus merangkap sebagai pimpinan. Pada awalnya usaha ini
hanya berproduksi untuk daerah kaduara timur saja. Namun pada tahun-tahun
berikutnya produksinya mulai melebar ke daerah Pamekasan dan sekitarnya.
Pemilik perusahaan selalu mengedepankan kualitas produknya dibandingkan dengan
kuantitas hal ini bertujuan untuk memberikan kepuasan dan mendapatkan
kepercayaan pelanggan. Asumsi awal yang ada adalah bahwa penggunaan metode yang
masih sangat sederhana yang digunakan oleh pemilik usaha belumlah optimal dalam
menentukan harga pokok produksi. Penulis berfokus pada penetapan harga pokok
produksi dan mencoba menerapkan metode full costing dalam penghitungan harga
pokok produksi Rengginang yang ada pada UKM tersebut guna menentukan harga jual
dari produk yang dihasilkan. Penggunaan metode full costing karena metode ini
lebih rinci dalam memasukkan komponen-komponen biaya yang diperlukan dalam
proses produksi. Hal ini dapat berpengaruh pada penentuan harga jual dan laba
yang dihasilkan. Selain itu mengingat UKM rengginang sari ikan yang belum
pernah melakukan pencacatan sesuai dengan kaidah akuntansi biaya dan kurangnya
pengetahuan pemilik dalam ilmu akuntansi, dengan 6 menggunakan metode full
costing di harapkan bisa lebih mudah untuk di fahami sehingga dapat di terapkan
oleh UKM rengginang sari ikan.
Berdasarkan latar belakang
dan permasalahan yang akan diangkat tersebut maka dalam skripsi ini penulis
mengambil judul: ”Penghitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing
Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual”. (Studi Kasus UKM Rengginang Sari Ikan di
Sumenep)
1.2
Rumusan
Masalah
Penelitian
ini akan menyajikan dan membahas secara sederhana akuntansi biaya dan beberapa
hal yang berhubungan dengannya. Dan secara lebih khusus, pembahasan akan
memperlihatkan data harga pokok produksi melalui metode full costing atau biaya
penuh dengan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana perbedaan penentuan
harga pokok produksi yang selama ini di lakukan oleh UKM Rengginang Sari Ikan
dengan metode Full Costing?
1.3
Tujuan
Penelitian
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan pasti
memiliki suatu tujuan. Demikian juga penelitian ini memiliki beberapa tujuan
dalam hubungannya dengan obyek penelitian, yaitu: Menganalisis perbedaan
penentuan harga pokok produksi yang selama ini di lakukan oleh UKM rengginang
sari ikan dengan metode Full Costing.
1.4
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai masukan oleh berbagai pihak
yang membutuhkannya, antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Bagi
Perusahaan (UKM)
Penelitian
ini dapat digunakan sebagai masukan dalam menghitung harga pokok produksi yang
tepat bagi perusahaan (UKM) untuk mendapatkan hasil perhitungan harga pokok
produksi yang akurat sehingga dapat menetapkan harga jual yang wajar.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
memberikan gambaran nyata dari penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di
bangku perkuliahan.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan masukan dalam menghitung harga pokok produksi serta sebagai
rujukan dan pembanding untuk penelitian selanjutnya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Penghitungan harga pokok produksi dengan metode full costing sebagai dasar penentuan harga jual: Studi kasus UKM Rengginang Sari Ikan di Sumenep..." silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment