Abstract
INDONESIA:
Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perekonomian negara lain. Hal ini ditandai dengan terjadinya perdagangan internasional yakni pada bidang ekspor-impor. PTPN XII telah ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan internasional demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kurs, inflasi, suku bunga, harga minyak dunia, dan harga emas dunia terhadap ekspor komoditi karet PTPN XII (Persero).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan studi pustaka. Analisis data menggunakan analisis regresi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder, populasi yang digunakan adalah seluruh komoditi yang dimiliki PTPN XII, dan sampel yang diambil hanyalah komoditi karet. Adapun variabel independent dalam penelitian ini yaitu kurs, inflasi, suku bunga Indonesia, harga minyak dunia dan harga emas dunia, sedangkan variabel dependentnya adalah ekspor komoditi karet PTPN XII.
Dari hasil analisis regresi dihasilkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel bebas yaitu (Kurs, Inflasi, Suku Bunga, Harga Minyak Dunia, dan Harga Emas Dunia) berpengaruh secara signifikan terhadap Ekspor Karet. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung > Ftabel (4,909 > 2,533). Namun uji secara individual (parsial) variabel yang berpengaruh terhadap Ekspor Karet adalah variabel Harga Minyak Dunia. Hal ini disebabkan thitung > ttabel (2,623 > 2,042) dengan tingkat signifikansi 0,014. Minyak merupakan salah satu pesaing terdekat karet alam, karena minyak juga menghasilkan produk karet yang disebut karet sintetis. Sedangkan variabel Kurs, Inflasi, Suku Bunga, dan Harga Emas Dunia tidak berpengaruh terhadap ekspor karet karena thitung < ttabel dan tingkat signifikan > 0,05. Sama halnya dengan Minyak, karet dianggap sebagai kebutuhan pokok oleh para pelaku industri. Jadi, meskipun harga suatu karet mahal, maka pelaku industri akan tetap membelinya. Kontribusi variabel bebas yaitu Kurs, Inflasi, Suku Bunga, Harga Minyak Dunia dan Harga Emas Dunia dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap ekspor komoditi masih rendah yaitu sebesar 45,5%, sedangkan sisanya sebesar 59,5% dijelaskan oleh variabel bebas lain. Penyebab dari hal ini adalah dari semua variabel yang dijadikan variabel bebas (X), hanya variabel Harga Minyak Dunia yang berpengaruh signifikan terhadap eksporkomoditi sebagai variabel terikat (Y). Masih rendahnya nilai Rଶ menunjukkanbahwa masih banyak kemungkinan pergerakan nilai ekspor komoditi karet dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel lain, seperti harga komoditi itu sendiri dan GDP dari Negara tujuan ekspor.
ENGLISH:
The economy of a country could not be separated from other countries’ econpmy. This was signed by the international trade which was export- import sector. PTPN XII took part in international trading activity in order to develope the economic growth. The purpose of this research was to discover the influence of the exchange rate, inflation, interest rate, world oil prices, and worldGOLD PRICE toward rubber export commodity PTPN XII (Persero).
Data collection methods which was used in this research was documentation and literature review. The data analysis used regression analysis. The research type which was quantitative research by using secondary data, population used was every commodity in PTPN XII, and the sample was rubber commodity. The independent variables in this research were exchange rate, inflation, Indonesian interest rate, world oil prices and world, while the dependent variable was rubber export commodity of PTPN XII.
The results of regression analysis showed that the dependent variable (Exchange Rate, Inflation, Interest Rate, World Oil Prices, World Gold Prices World) simultaneously affected significantly toward Rubber Export. This was proven by Fcount > Ftable (4.909> 2.533). However, from the partial test, the variable which influenced rubber export was world oil price variable. This was caused by Tcount > Ttable (2.623> 2.042) with significance rate of 0.014. Oil is the closest competitor one with natural rubber, because the oil also produces rubber product that is called synthetic rubber. While variable rate, Inflation, Interest Rates, and the World Gold Price are not influencing to the export of rubber because Tcount < Ttable with significance rate > 0.05. As well as oil, rubber was considered as basic need by the industrialists. Therefore, although the rubber was expensive, the industrialist would still buy it. The contribution of Independent variable was exchange rate, Inflation, Interest Rates, World Oil Prices and World Gold Prices in explaining there influence toward the exports commodity was still low 45.5%, while the rest was 59.5% was explained by other independent variable. The cause of this thing was from all variables which were used as independent variables (X), the World Oil Prices variable was the only variable which influence commodity as dependent variable (Y). The low value of Rଶ show that there were many possibilities of the movement of rubber commodity exports value was influenced or determined by other variables, such as the of the commodity price itself and GDP in export destination countries.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dalam perekonomian
Indonesia, perdagangan Internasional merupakan salah satu dari beberapa faktor
yang mempengaruhi dan sangat berperan penting bagi keberlangsungan perekonomian
Indonesia dengan memberikan manfaat secara langsung terhadap perdagangan untuk
keseluruhan produksi nasional dan tentunya memberikan penyediaan lapangan
tenaga kerja. Indonesia merupakan negara yang sejak lama telah melakukan
perdagangan internasional. Peningkatan ekspor baik jumlah maupun jenis barang
atau jasa selalu diupayakan atau digalakkan dengan berbagai strategi
diantaranya adalah pengembangan ekspor, terutama ekspor non migas, baik barang
maupun jasa. Tujuan dari program pengembangan ekspor ini adalah mendukung upaya
peningkatan daya saing global produk Indonesia serta meningkatkan peranan
ekspor dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Menuju era perdagangan bebas,
persaingan global semakin ketat memaksa Indonesia harus kompetitif untuk
mempertahankan ekonomi. Arah pembangunan Sub sektor Perkebunan seperti yang
ditetapkan oleh Direktoraat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, adalah
mewujudkan perkebunan yang efisien, produktif dan berdaya saing tinggi untuk
kemakmuran rakyat secara berkeadilan dan berkesinambungan. Program 2
Pembangunan Perkebunan yaitu melaksanakan pengembangan Agribisnis yang berbasis
komoditas dan memantapkan ketahanan pangan. Salah satu langkah yang ditempuh
adalah mempertangguh daya saing, guna menghadapi sistem perdagangan bebas
(Anggraini, 2006: 12). Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumberdaya
terutama sumberdaya alam mempunyai potensi yang sangat besar dalam mengelola
sumberdaya tersebut menjadi komoditas-komoditas unggulan perdagangan. Terlebih
lagi didukung oleh banyaknya jumlah sumberdaya manusia. Dengan banyaknya
sumberdaya manusia yang tersedia, Indonesia sudah seharusnya mampu mengolah
sumberdaya alam tersebut menjadi komoditas atau sektor-sektor unggulan sehingga
Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap negara lain dalam melakukan
perdagangan antar negara (Khairunnisa, 2009: 15). Ekspor adalah proses
perdagangan antara dua negara, dimana salah satunya berperan sebagai penjual
dan satu lagi sebagai pembeli. Bagi pihak penjual dinamakan eksportir dan
pembeli adalah importir. Ekspor sendiri merupakan salah satu penyumbang devisa
bagi negara dan sebagai alat pembiayaan bagi pembangunan suatu negara. Mestinya
devisa akan bergerak secara positif dengan pembangunan, dimana semakin tinggi
tingkat pembangunan, maka devisa yang dimiliki juga harus meningkat demi
menjaga kestabilan perekonomian nasional. Berbagai macam ekspor telah dimiliki
oleh Indonesia, baik itu ekspor barang Migas maupun Non-migas. Dari berbagai
macam ekspor yang 3 dimiliki, terdapat salah satu sektor yang dianggap
memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perekonomian nasional yaitu
sektor perkebunan. Perkebunan merupakan sub sektor yang berperan penting dalam
perekonomian nasional. Ekspor perkebunan baik itu kelapa sawit, karet dan kakao
merupakan komoditi andalan utama yang memberikan devisa bagi negara serta mampu
bersaing di pasar internasional sehingga mampu memberikan kontribusi yang
sangat berarti dalam devisa perdagangan. Dari berbagai macam perusahaan yang
bergelut di dalam bidang ekspor komoditi ini, ada salah satu perusahaan yang
dapat dikatakan dominan dalam bidang ini yaitu PTPN XII. Perusahaan ini
merupakan Badan Usaha Milik Negara dengan status Perseroan Terbatas yang
keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. PTPN XII
didirikan berdasarkan PP nomor 17 tahun 1996, dituangkan dalam akte notaris
Harun Kamil, SH nomor 45 tanggal 11 Maret 1996 dan disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesiadengan SK nomor C.2-8340 HT.01.01 tanggal 8 Agustus
1996. Adapun beberapa komoditi utamanya yaitu Karet, Kopi, dan Kakao
(www.ptpn12.com). Namun, di awali pada tahun 2008, tujuan perekonomian nasional
sedikit terganggu dengan adanya krisis keuangan global atau krisis utang yang
awalnya bermula dari Amerika Serikat kini telah mempengaruhi stabilitas ekonomi
seluruh dunia dimana salah satunya yaitu Indonesia. Miranti (2009) dalam
Yoshendy (2012: 3-4) memaparkan bahwa Bank of International Settlement (BIS)
dalam laporan tahunan tahun 2008 4 menyebutkan bahwa akar dari hampir seluruh
krisis keuangan adalah pinjaman yang berlebihan (excessive) dan diberikan tanpa
kehati-hatian (prudent) dari bank. Untuk kasus Amerika Serikat (AS), krisis
dipicu oleh gagal bayarnya (default) atas pinjaman yang excessive dan imprudent
yang diberikan oleh, misalnya, Washington Mutual bagi banyak pembeli rumah
(KPR) yang memiliki resiko tinggi di AS. Bank biasanya hanya mau memberi KPR
kepada nasabah yang kemungkinan gagal bayar utangnya kecil, karena keadaan
ekonominya prima, atau mereka yang disebut prime customers. Karena banyaknya
bank yang memberi KPR ke nasabah prima, bunganya rendah, keuntungan bagi bank
pun kecil. Maka bank mulai memberi KPR kepada nasabah yang keadaan ekonominya
tidak stabil atau subprime customers.
Risiko gagal bayar utangnya
besar, tetapi bunga pinjamannya tinggi. Bank biasanya tidak selalu membukukan
KPR-nya. Di dunia finansial modern, bank dapat menggunakan KPR-nya sebagai
jaminan atas surat utang yang dijualnya ke investor. Menurut (Anonimous, 2008)
dalam Yusrina (2010: 13) adapun terjadinya krisis global di akibatkan adanya
beberapa faktor antara lain: 1. Tingginya harga kebutuhan. 2. Penyaluran kredit
secara berlebihan sehingga tidak memperhatikan kemampuan membayar dari
konsumen. 3. Krisis kepercayaan dari para pelaku pasar, warga Negara, bahkan
antar Negara.
Spekulasi berlebihan dari para spekulan. 5 5. Bidang usaha dari
ekonomi makro tidak berjalan seiring dengan ekonomi mikro. Dan baru-baru ini
krisis keuangan ini telah merambah pada kawasan Eropa. Krisis finansial ini
tidak saja berdampak kepada sektor keuangan ataupun perbankan Indonesia namun
juga berpengaruh terhadap sektor riil. Krisis yang memberikan dampak hampir ke
seluruh negara dan ke semua sektor ini telah menyebabkan adanya perubahan dalam
volume komoditas ekspor Indonesia. Tentunya peristiwa ini juga berpengaruh
terhadap ekspor PT Perkebunan Nusantara XII termasuk diantaranya yaitu ekspor
karet, kakao, dan kopi yang merupakan komoditi ekspor perusahaan ini. Dari data
yang dilansir, menyebutkan bahwasanya salah satu hasil dari pertemuan 3 negara
penghasil karet alam terbesar di dunia yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia
adalah akan melakukan pengurangan jumlah atau volume ekspor karet. Langkah ini dilakukan
untuk mengatasi harga karet alam yang terus mengalami penurunan belakangan ini.
Ketiga negara sepakat akan mengurangi ekspor karet sebanyak 300.000 ton dan
melakukan peremajaan tanaman karet di masing-masing negara (www. bumn.go.id).
Perdagangan internasional Indonesia mengalami perubahan sejak tahun 1980-an,
dimana pada sebelumnya ekspor Indonesia dititik beratkan pada komoditi migas,
tetapi pada tahun 1987 ekspor Indonesia mulai didominasi oleh komoditi non
migas. Perubahan dalam komoditi ekspor Indonesia ini disebabkan karena
anjloknya harga minyak dunia yang mencapai titik terendah pada tahun 1980-an,
maka dengan keadaaan tersebut 6 pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan
dan deregulasi di bidang ekspor, antara lain pembebasan pajak ekspor untuk
berbagai komoditas, sehingga memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspor
non migas. Kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor tersebut ternyata membawa
dampak pada perkembangan komoditas ekspor non migas, sehingga non migas menjadi
komoditi yang dominan bagi perkembangan ekspor Indonesia sampai saat ini
(Statistik Indonesia, 2009 dalam Pambudi, 2011: 1-2). Tabel 1.1 Data nilai
Ekspor Migas dan Non-Migas Indonesia Periode 2006-2011 (dalam US$) Tahun Ekspor
Total Migas Non Migas Sektor Pertani an Industri Pertam bangan Lain nya 2006
100,799 21,210 79,589 3,365 65,024 11,191 9 2007 114,101 22,089 92,012 3,658
76,461 11,885 9 2008 137,020 29,126 107,894 4,585 88,393 14,906 24 2009 116,510
19,018 97,492 4,353 73,436 19,692 38 2010 157,779 28,040 129,739 5,002 98,033
26,655 10 2011 203,497 41,477 162,019 5,166 122,189 34,652 13 Sumber:
Departemen Perdagangan, 2012 (diolah) Sejak tahun 2006 proporsi ekspor
non-migas telah jauh melampaui ekspor migas, hal ini dapat dilihat pada Tabel
1.1 dimana nampak jelas bahwa sejak tahun 1997 proporsi ekspor non-migas
Indonesia mencapai rata-rata lebih 75% dari seluruh total ekspor. Hal ini
berarti telah terjadi pergeseran besar dalam perdagangan luar negeri Indonesia
yang semula mengandalkan migas sebagai komoditas ekspor menjadi komoditas non
migas. 7 Nilai ekspor Indonesia Oktober 2012 mencapai 15,67 miliar dollar AS
atau mengalami penurunan sebesar 1,45 persen dibandingkan dengan ekspor
September 2012. Sementara bila dibandingkan dengan Oktober 2011, nilai ekspor
mengalami penurunan sebesar 7,61 persen. Ekspor nonmigas Oktober 2012 mencapai
12,68 miliar dollar AS, turun 3,42 persen dibandingkan dengan September 2012,
sementara bila dibandingkan dengan ekspor Oktober 2011 turun 8,75 persen.
Demikian rilis Badan Pusat Statistik, Senin (3/12/2012), yang dibacakan Deputi
Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Sasmito Hadi Wibowo.
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2012 mencapai 158,66
miliar dollar AS atau turun 6,22 persen dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2011, demikian juga ekspor nonmigas mencapai 127,03 miliar dollar AS atau
turun 5,70 persen. Penurunan ekspor nonmigas terbesar Oktober 2012 terjadi pada
lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 519,2 juta dollar AS, sedangkan
peningkatan terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar 254,2 juta dollar
AS. Ekspor nonmigas ke China Oktober 2012 mencapai angka terbesar, yaitu 1,82
miliar dollar AS, disusul Jepang 1,42 miliar dollar AS, dan Amerika Serikat
1,15 miliar dollar AS, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,66 persen.
Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar 1,48 miliar dollar AS.
Berdasarkan sektornya, ekspor hasil industri periode Januari-Oktober 2012 turun
5,30 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011, 8 demikian juga
ekspor hasil tambang dan lainnya turun 9,53 persen, sedangkan ekspor hasil
pertanian naik sebesar 10,54 persen (http://bisnis keuangan
.kompas.com/read/2012/12/03/13524072/Ekspor.Bulan.Oktober.Kembali.Tur un).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai total ekspor Indonesia pada Oktober
2012 mencapai 15,67 miliar dolar AS atau turun 1,45 persen dari nilai ekspor
bulan sebelumnya dan turun 7,61 persen dibandingkan dengan kurun yang sama
tahun lalu. "Penurunan ekspor terutama didorong merosotnya nilai dan
volume ekspor nonmigas," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa
BPS, Sasmita Hadi Wibowo, di Kantor BPS Jakarta, Senin. Nilai ekspor nonmigas
selama Oktober 2012 turun 3,42 persen dari bulan sebelumnya menjadi 12,68 miliar
dolar AS, dengan penurunan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati.
Namun, lebih lanjut Sasmita menjelaskan, nilai ekspor biasanya akan
kembali meningkat pada bulan November dan Desember, seiring dengan peningkatan
permintaan dari sejumlah negara untuk memenuhi kebutuhan akhir tahun. Sementara
nilai total ekspor kumulatif sepanjang JanuariOktober 2012, menurut data BPS,
mencapai 158,66 miliar dolar AS atau turun 6,22 persen dibanding periode sama
tahun lalu. Nilai ekspor nonmigas sepanjang periode itu juga turun 5,70 miliar
dolar AS dari tahun lalu menjadi 127,03 miliar dolar AS. Negara yang paling
banyak menerima komoditas nonmigas dari Indonesia tercatat China (1,82 miliar
dolar AS), kemudian Jepang (1,42 miliar dolar AS) dan Amerika Serikat (1,15
miliar dolar AS). 9 "Ekspor nonmigas Indonesia ketiga negara tersebut
mencapai 34,66 persen dari total ekspor nasional," ujarnya. BPS juga
mencatat bahwa pada Oktober 2012 terjadi penurunan ekspor ke sejumlah negara
seperti India, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat,
Jerman dan Inggris. Peningkatan ekspor hanya terjadi dalam perdagangan dengan
China, Australia, Taiwan, Thailand dan Prancis (http://www.antaranews.
com/berita/346595/nilai-ekspor-menurun). Adapun data nilai ekspor Indonesia
tahun 2011 sebagai berikut: Tabel 1.2 Data Nilai Ekspor Indonesia Tahun 2011
Bulan/Month Nilai/Value (US $) Berat/Weight (KG) Januari/January 14 606 249 454
43 079 006 755 Pebruari/February 14 415 278 398 39 675 423 843 Maret/March 16
365 953 469 43 300 354 495 April/April 16 554 240 767 42 104 466 228 Mei/May 18
287 435 825 52 298 466 219 Juni/June 18 386 855 403 50 341 916 416 Juli/July 17
418 472 565 50 468 063 649 Agustus/August 18 647 825 151 48 729 818 148
September/September 17 543 408 243 49 677 982 009 Oktober/October 16 957 743
283 52 558 546 328 Nopember/November 17 235 463 273 55 859 996 898
Desember/December 17 077 694 229 54 125 738 295 T O T A L 203 496 620 060 582
219 779 283 Sumber: BPS, 2012 Seperti diketahui, ekspor Indonesia pada
Januari-Juli 2012 mencapai 113,1 miliar dolar AS atau turun 2,4 persen
dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangakn impor pada Januari-Juli 2012
mencapai 112,78 miliar dolar AS atau naik 13,02 miliar AS jika dibanding
periode yang sama pada 10 2011 sebesar 99,79 miliar dolar AS. Dengan kondisi
ini, surplus perdagangan Indonesia makin tergerus menuju defisit
(www.suarakarya-online.com). Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi ekspor
adalah kurs Valuta Asing. Lonjakan yang dialami pasar saham di Indonesia dan
kurs rupiah terhadap dolar akibat krisis yang sedang terjadi pada saat ini
merupakan suatu fenomena global. Penyebabnya adalah karena para investor
melalui portofolio yang mereka miliki mengalihkan dana mereka ke tempat lain
yang lebih aman dan menarik seperti ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
“Penyebab utama (dari gejolak bursa dan kurs rupiah). Menurut Soediono (1991:
100) dalam Putra (2009: 5) Dalam pembayaran transaksi kita dihadapkan pada dua
macam mata uang, yaitu mata uang domestik dan luar negeri. Adanya perbedaan
mata uang yang digunakan di negara pengekspor dengan negara pengimpor
mengakibatkan adanya masalah, antara lain Kurs Valuta Asing. Kurs Valuta Asing
merupakan harga valuta asing persatuan uang dasar yang didinyatakan dalam mata
uang negara yang bersangkutan. Inflasi menjadi salah satu faktor lainnya yang
dapat mempengaruhi ekspor. Inflasi pada dasarnya merupakan situasi yang sangat
komplek, baik dari segi penyebabnya maupun pengaruhnya. Masalah inflasi sudah
dialami oleh sebagian besar negara yang ada di dunia, terutama oleh
negara-negara yang sedang membangun dengan tingkat yang berbeda-beda. Tingkat
inflasi, yaitu prosentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun
tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana 11
buruknya masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, 2002:302 dalam Putra, 2009:
6). Pengaruh inflasi domestik akan mengganggu kestabilan harga-harga yang pada
akhirnya akan membuat ketidakstabilan ekonomi, sehingga akan menyebabkan kelesuan
perekonomian dalam negeri. Inflasi yang tinggi di dalam negeri menyebabkan
turunnya laju ekspor karena volume produk untuk ekspor turun dan harga barang
ekspor menjadi kurang kompetitif di pasaran Internasional sehingga mengurangi
keuntungan ekspor secara riil. Inflasi yang menimbulkan akibat buruk pada
masyarakat yang sebagian besar pelakupelaku kegiatan ekonomi dari
pekerja-pekerja yang bergaji tetap dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan
itu yang perlu dihindari.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk
sekiranya inflasi tidak bisa dikendalikan. Inflasi cenderung akan bertambah
cepat apabila tidak bisa diatasi. Inflasi yang bertambah terus tersebut
cenderung akan mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor, dan
menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi
(Todaro, 1998: 55 dalam Putra, 2009: 7). Selain kedua variabel diatas, salah
satu variabel yang cukup mempengaruhi tingkat ekspor adalah suku bunga. Suku
bunga antara satu negara dengan negara lainnya dapat mempengaruhi ekspor. Bunga
adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi
kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut
apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut "pokok
utang" 12 (principal). Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai
imbal jasa ( bunga) dalam suatu periode tertentu disebut "suku bunga”.
Pengaruh langsung antara tingkat suku bunga dengan ekspor ini yaitu semakin
tinggi tingkat suku bunga, maka seorang eksportir akan berinisiaif untuk
meningkatkan produktivitasnya, namun jika kondisi yang terjadi sebaliknya, maka
seorang eksportir cenderung menetapkan tingkat ekspornya bahkan mengurangi.
Disamping itu, ada dugaan kenaikan harga minyak dan harga mas juga akan
mempengaruhi permintaan ekspor Indonesia, khususnya ekspor komoditi. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Putra (2009) mengatakan bahwasanya nilai tukar
(kurs) dan Inflasi sangat berpengaruh secara signifikan terhadap nilai ekspor
Indonesia,
sedangkan PDB tidak begitu
berpengaruh secara signifikan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Khairunnisa (2009), menjelaskan bahwasanya Variabel yang berpengaruh terhadap
permintaan ekspor yaitu GDP riil AS, dummy kuota dan dummy krisis global, harga
ekspor dan nilai tukar riil. Study yang dilakukan oleh Nugroho (2011)
menyimpulkan bahwasanya dalam jangka pendek hanya variabel harga TPT Indonesia
yang berpengaruh signifikan dan berkoefisien terhadap volume permintaan ekspor
TPT Indonesia ke China. Sedangkan, Kurs rupiah dan GDP perkapita China tidak
signifikan mempengaruhi permintaan ekspor TPT Indonesia ke China. Sementara
dalam jangka panjang variable harga TPT Indonesia dan GDP perkapita China
berpengaruh signifikan dan berkoefisien positif 13 terhadap volume ekspor TPT
Indonesia ke China. Sedangkan variabel kurs rupiah tidak signifikan
mempengaruhi volume permintaan ekspor TPT Indonesia ke China. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Elmas (2010), yang dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwasanya variabel-variabel makro, seperti kurs rupiah terhadap
US$, harga minyak, dan harga emas berpengaruh secara signifikan terhadap omzet
penjualan (ekspor komoditi). Hasil survey awal menunjukkan bahwasanya dengan
adanya fenomena krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa
ditambah dengan beberapa faktor di atas (Kurs, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi,
Harga Minyak Dunia, dan Harga Emas Dunia) sedikit banyak mempengaruhi ekspor
komoditi, termasuk salah satunya perusahaan milik negara yang memiliki
aktivitas perdagangan ekspor yaitu PTPN XII. Disamping itu, data sekunder
realisasi ekspor komoditi karet dari tahun 2009 s/d 2011 masih dibilang
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Dan akhir-akhir
ini harga ekspor komoditi karet selalu berfluktuatif dan lebih banyak mengalami
penurunan. Maka dari itu peneliti ingin mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor komoditi karet, khususnya di PTPN XII. Berdasarkan uraian
di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil
judul “Analisis Pengaruh Kurs, Inflasi, Suku Bunga Indonesia, Harga Minyak
Dunia dan Harga Emas Dunia 14 Terhadap Ekspor Komoditi (Studi pada PT
Perkebunan Nusantara XII)”
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah secara simultan
dan parsial Nilai Tukar (Kurs Valuta Asing), Inflasi, Tingkat Suku Bunga, harga
minyak dunia, dan harga emas dunia berpengaruh terhadap ekspor komoditi karet?
2. Dari semua variabel, variabel manakah yang memiliki pengaruh
dominan terhadap ekspor komoditi karet?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah Nilai Tukar (Kurs Valuta Asing),
Inflasi, Tingkat Suku Bunga, harga minyak dunia, dan harga emas dunia
berpengaruh terhadap ekspor komoditi karet. 2
. Untuk mengetahui variabel yang dominan berpengaruh terhadap
ekspor komoditi karet.
1.4. Manfaat dan Kegunaan
Penelitian
1. Bagi Akademisi Diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai kondisi ekonomi dan
perkembangan ekspor di Indonesia sebagai rujukan dalam penelitian selanjutnya.
2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu tambahan informasi, dasar pertimbangan dan Evaluasi di dalam
pengambilan keputusan guna memaksimumkan kinerja perusahaan khususnya dalam hal
Ekspor.
3. Bagi Pemerintah Bagi pemerintah baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif sebagai bahan rujukan dalam menentukan setiap kebijakan ekspor komoditi.
3. Bagi Pemerintah Bagi pemerintah baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif sebagai bahan rujukan dalam menentukan setiap kebijakan ekspor komoditi.
1.5. Batasan Penelitian
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak keterbatasan dalam
penelitian ini, diantaranya:
1. Penelitian ini hanya dilakukan mulai tahun 2009 – 2011.
2.
Dari beberapa komoditi yang dimiliki oleh PTPN XII, penelitian ini hanya
mengambil salah satu variabel ekspor komoditi saja sebagai variabel Y, yaitu
komoditi karet, karena banyaknya jenis komoditi yang dimiliki oleh perusahaan.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisis pengaruh kurs, inflasi, suku bunga Indonesia, harga minyak dunia dan harga emas dunia terhadap ekspor komoditi: Studi pada PT Perkebunan Nusantara XII.. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment