Abstract
INDONESIA:
Penelitian ini dilatar belakangi oleh keadaan bursa saham IHSG yang merespon positif atas adanya peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak pada November 2014. Karena barang komoditas ini merupakan barang vital dalam segala aspek perekonomian yang mengakibatkan terjadinya kenaikan pada pos-pos produksi sehinga akan menurunkan tingkat daya beli masyarakat secara keseluruhan serta berdampak pada tingkat keuntungan yang diperoleh para pelaku industri. Sehingga tujuan pada penelitian ini untuk melihat dan menganalisa perbedaan return, risiko saham dan trading volume activity yang diperoleh investor terhadap harga saham atas terjadinya peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut.
Penelitian ini mengambil populasi perusahaan yang sahamnya tercatat didalam Bursa Efek Indonesia serta sampel yang digunakan adalah perusahaan yang masuk dalam kategori indeks LQ-45 yang dalam periode Agustus 2014 sampai Januari 2015. Adapun variabel yang dipakai adalah return, risiko saham dan trading volume activitysedangkan untuk teknik dalam pengupulan data adalah metode dokumentasi serta model analisis data yang digunakan yaitu One Sample t-Test dan Pariade Sample t-Test dimana dalam penghitungannya dilakukan dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS).
Penelitian ini mengambil populasi perusahaan yang sahamnya tercatat didalam Bursa Efek Indonesia serta sampel yang digunakan adalah perusahaan yang masuk dalam kategori indeks LQ-45 yang dalam periode Agustus 2014 sampai Januari 2015. Adapun variabel yang dipakai adalah return, risiko saham dan trading volume activitysedangkan untuk teknik dalam pengupulan data adalah metode dokumentasi serta model analisis data yang digunakan yaitu One Sample t-Test dan Pariade Sample t-Test dimana dalam penghitungannya dilakukan dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS).
Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Asymtonic Significance lebih dari 5% (0.005) yang menunjukkan data berdistribusinormal. Sedangkan hasil One Sample t-Test didapatkan kesimpulan terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak akan tetapi berbeda hasil uji Paired Sample t-Test yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak.
ENGLISH:
This research was interested by the state of the stock market responded positively to the stock index on the events of the rise in fuel prices in November 2014. Because the commodity is vital aspects in all aspects of the economy which resulted in an increase in the production posts so it would reduce the level of purchasing of society as a whole as well as the impact on the level of profits the industry players. So the purpose of this research was to look at and analyze the difference of return, risk shares and trading volume activity were obtained by investors to the stock price on the occurrence of events increase in the price of fuel oil.
The population was publicly listed in the Indonesia Stock Exchange and the sample used the companies included in the category of LQ-45 in the period August 2014 to January 2015. The variables used return, the risk of shares and trading volume activity while techniques in data collection was the method of documentation and data analysis model used the One Sample t-Test and Pariade Sample t-Test where the calculation was done by the program Statistical Package for Social Science (SPSS).
Based on test results obtained normality Asymtonic Significance value was more than 5% (0.005) which showed the normal distribution of data. While the results of One Sample t-Test was concluded that there were significant differences before and after the increase in fuel oil prices , but it was different of the results of Paired Sample t-Test that showed no significant difference before and after the increase of fuel oil prices.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan bakar minyak merupakan suatu
barang komoditas yang sangat penting dan vital dalam seluruh aspek aktifitas
kegiatan perekonomian. Dampak langsung yang diakiatkan oleh perubahan harga
minyak ini adalah berimbas kepada brubahnya harga-harga operasional kegiatan
industri, sehingga hal tersebut juga akan membuat perubahan terhadap keuntungan
yang akan diperoleh oleh suatu perusahan serta hal tersebut juga akan berdampak
pada tingkat keuntungan kegiatan investasi yang akan langsung terkoreksi atas
fenomena perubahan tersebut. Karena secara sederhana kegiatan investasi adalah
upaya untuk mencari suatu keuntungan yang maksimal serta bagi investor perlunya
menanamkan dananya pada investasi portofolio yang efisien dan relatif aman.
Kenaikan harga bahan bakar minyak bukan saja memperbesar beban masyarakat kecil
pada umumnya kan tetapi juga bagi dunia usaha pada khusunya. Hal ini
dikarenakan terjadi kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga meningkatkan
biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi yang
akhirnya akan menaikkan harga jual produk. Di lain pihak dengan adanya kenaikan
bahan bakar minyak tersebut akan semakin memperberat beban hidup masyarakat
yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan.
Sehingga dengan turunnya daya beli masyarakat hal ini mengakibatkan tidak
terserapnya semua hasil 2 2 produksi perusahaan sehingga secara keseluruhan
akan menurunkan penjualan perusahaan sehingga hal tersebut akan menurunkan laba
suatu perusahaan. Hal ini mengingat minyak berfungsi sebagai bahan bakar dan
bahan proses produksi, maka kenaikan harga minyak menyebabkan beban biaya
produksi bagi industri sehingga akan melemahkan efek fundamental
perusahaan(Tri,2006). Sehingga salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
turunnya harga saham adalah adanya kenaikan harga bahan bakar minyak, karena
bahan bakar tersebut merupakan barang komoditas yang sangat berpengaruh dalam
segala aspek kegiatan ekonomi. Adapun dampak langsung yang perubahan harga
minyak ini akan berpengaruh terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia
khususnya perusahaan yang berada pada jajaran LQ-45(Evi dan Trisnadi,2013).
Untuk itu diharapkan para investor untuk lebih jeli didalam menginvestasikan
dananya didalam pasar modal karena dengan perdagangan saham di pasar modal akan
terasa sangat berbeda dikarenakan pergerakan harga saham yang diakibatkan oleh
kenaikan harga minyak. Adapaun bagi saham perusahaan yang berbisnis di sektor
pertambangan dan agribisnis akan mendapatkan deviden yang cukup baik, akan
tetapi berdeda dampaknya yang kurang menguntungkan bagi saham perusahaan
dibidang manufaktur karena produksinya diprediksikan menurun dengan risiko yang
lebih besar. Sehingga dinamika ekonomi ini segera diantisipasi dengan meninjau
ulang dengan melakukan penyesuaian portofolio investasi yang dimiliki saat
ini(Djoko,2011:27). Tandelilin (2001:18) mengungkapkan bahwa saham merupakan
surat bukti bahwa kepemilikan atas asset perusahaan yang menerbitkan saham.
Saham juga 3 dapat diidentifikasikan sebagai
sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang
saham memiliki hak klaim penghasilan dan aktiva perusahaan. Pergerakan harga
saham menentukan investor dalam memilih saham yang terbaik.Perubahan harga
saham individu di pasar terjadi karena faktor permintaan dan penawaran.
Terdapat berbagai variabel yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, baik
yang rasional maupun irasional. Pengaruh yang sifatnya rasional mencangkup
kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, kurs
valuta asing atau indeks harga saham dari negara lain. Pengaruh yang irasional
mencangkup rumor di pasar, mengikuti mimpi, bisikan teman atau permainan harga,
oleh karena itu jika kenaikkan atau penurunan berlangsung terus-menerus selama
beberapa hari, maka hal itu akan diikuti oleh arus balik. Hal itu membuktikan
bahwa dalam kenaikan ataupun penurunan selalu ada kesalahan yang dinamakan
overreaction atau misspriced, jika harga terus naik, akan diikuti dengan
penurunan harga dari periode berikutnya(Samsul, 2006:185). Kegiatan pergerakan
harga saham dapat dilakukan didalam pasar modal, karena pasar modal Indonesia
memiliki peranan yang besar bagi perekonomian suatu negara. Dengan adanya pasar
modal( capital market) maka investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana
dapat menginvestasikan dananya pada beragai sekuritas dengan harapan memperoleh
imbalan (return). Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang No.8 tahun 1995
tentang pasar modal(Tandelilin, 2010:61). 4 Karena tujuan seorang investor
menginvestasikan dananya adalah untuk memaksimalkanreturn, tanpa melupakan
faktor risiko investasi yang harus dicapainya. Resiko investasi di pasar modal
pada prinsipnya sangat terkait erat dengan terjadinya volatilitas harga saham,
saham dimana naik turunnya harga saham ini dipengaruhi oleh informasi. Suatu
informasi yang membawa kabar baik (good news) akan membuat harga saham naik,
dan sebaliknya informasi yang membawa kabar buruk (bad news) akan menyebabkan
harga saham turun. Informasi makro berkenaan dengan kondisi pasar berupa berita
politik, kebijakan ekonomi nasional, serta kebijakan berkaitan dengan pasar
modal.(Samsul, 2006: 269). Dari penjabaran beberapa teori diatas maka peneliti
tertarik untuk meneliti suatu kegiatan ekonomi yang mana kejadian tersebut
bersinggungan langsung dengan kegiatan ekonomi yang terjadi sekarang.Salah satu
fenomena atau peristiwa yang baru-baru ini terjadi adalah suatu kebijakan
moneter yang diambil oleh pemerintah dengan mengurangi subsidi energi yang
mengakibatkan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diperuntukkan dalam
menjaga keseimbangan perekonomian seperti keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi
makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. 5
Terjadinya peristiwa pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak sebesar
Rp.6.500 menjadi Rp.8.500 serta solar Rp.5.500 menjadi Rp.7.500 yang
disampaikan oleh presiden Joko Widodo langsung dari istana merdeka pada tanggal
17 November 2014 pukul 21.00 WIB.
Pemerintah berasalan bahwa jika
tidak dinaikkan maka akan terjadi kekhawatiran defisit cash flow tidak bisa
dihindari karena dinilai kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sudah
sangat berat (mengkhawatirkan). Atas peristiwa tersebebut membuat pasar
merespon dengan cepat informasi yang membuat bursa saham akan semakin peka
terhadap peristiwa disekitarnya, seperti yang dinyatakan oleh Suryawijaya,dkk
(1998) bahwa makin pentingnya peran bursa saham dalam kegiatan ekonomi membuat
bursa saham menjadi semakin sensitif terhadap peristiwa disekitarnya, baik
berkaitan ataupun tidak berkaitan secara langsung dengan peristiwa ekonomi.
Karena kita ketahui bahwa BBM merupakan barang komiditas yang penting didalam
kegiatan perekonomian, sehingga dengan adanya kenaikan harga BBM maka dapat
diprediksikan hal tersebut akan membuat semakin naiknya biaya operasional suatu
perusahaan serta akan mengurangi tingkat pembelian oleh konsumen serta menjadi
sesuatu yang dikhawatirkan utama bagi para investor. Sehingga dengan adanya
peristiwa tersebut akan menjadi suatu tranding topic utama bagi para pelaku
ekonomi dan investor didalam menentukan kebijakankebijakan untuk meminimalisir
risiko akibat peristiwa tersebut. Ha ini menunjukkan bahwa informasi yang telah
beredar dimasyarakat mengandung informasi yang dapat diterima serta direspon
dengan cepat oleh pasar. 6 Adapun fakta dilapangan informasi yang diterima oleh
para pelaku pasar modal akibat dari kenaikan BBM tidak seperti yang dibayangkan
justru hal tersebut menjadi kebalikannya.Justru dengan adanya peristiwa
kenaikan bahan bakar tersebut membuat kenaikan terhadap saham-saham yang
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini : Tabel 1.1 Indeks Harga Saham Gabungan 11-21 November 2014 TANGGAL
IHSG PERSENTASE(%) 11 November 2014 5.032,28 1,35 % 12 November 2014 5.048,84
0,33 % 13 November 2014 5.048,67 (0,05) % 14 November 2014 5.049,49 0,02 % 17
November 2014 5.053,94 0,09 % 18 November 2014 5.102,47 0,96 % 19 November 2014
5.127,93 0,5 % 20 November 2014 5.093,57 (0,67) % 21 November 2014 5.112,05
0,36 % Sumber: market bisnis(BEI).com (data diolah) Berdasarkan data pergerakan
harga saham IHSG diatas menunjukkan bahwa terdapat kegiatan hasil untung yang
dilakukan oleh investor didalam pasar modal.Adapun sebelum terjadinya
pengumuman dan pasca hari pengumuman harga Bahan Bak Minyak yang dilakukan oleh
pemerintah pergerakan harga saham IHSG tetap mengalami perubahan yang cukup
positif pada sesi perdagangan dalam sepekan. Akan tetapi berbeda halnya setelah
pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak hal ini membuat
pergerakan harga saham IHSG mengalami perubahan yang signifikan positif serta
dapat mempertahankan pada level lebih dari 5.100 pada sesi perdagangan sepekan.
Adapun khusus bagi saham-saham pilihan yang diperdagangkan dalam kategori index
LQ 45, dalam hal ini dengan adanya peristiwa kenaikan bahan 7 bakar November
2014 juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan sesuai yang tertera pada
tabel dibawah ini : Tabel 1.2 Index LQ 45 11-21 November 2014 TANGGAL LQ 45 11
November 2014 859.0400 12 November 2014 863.1980 13 November 2014 864.5520 14
November 2014 865.5170 17 November 2014 867.2180 18 November 2014 876.5860 19
November 2014 881.2380 20 November 2014 875.1570 21 November 2014 878.5580
Sumber: market bisnis(BEI).com (data diolah) Index LQ 45 merupakan merupakan
saham-saham pilihan yang sering diperdagangkan didalam perdagangan saham di
Bursa Efek Indonesia karena saham terseut dikategorikan memiliki likuiditas
perusahaan yang baik serta memiliki kapitalisasi pasar yang besar dibandingkan
dengan saha-saham perusahaan yang lainnya.Sehingga membuat saham tersebut menjadi
salah satu primadona tujuan para investor didalam menanamkan investasinya dalam
pengambilan keuntungan yang diinginkan.
Dalam perkembangannya beberapa tahun terahir,
saham-saham yang masuk dalam kategori index saham LQ 45 tercatat mengalami
pertumbuhan trend yang positif didalam perdagangan saham di Bursa Efek
Indonesia. 8 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 2010 2011 2012 2014 index
Kapitalisasi Pasar Persen (%) Tabel 1.3 Perkembangan Index Saham LQ-45 Tahun
2010-2013 Dari data diatas menunjukkan bahwasanya trend perkembangan dari index
LQ 45 dari tahun 2010-2013 mengalami pertumbuhan yang positif hal tersebut
dapat kita lihat dalam semakin meningkatnya grafik dari kapitalisasi pasar yang
terjadi dalam perdagangan saham tersebut.Karena yang menjadi salah satu indikator
yang menunjukkan perkembangan sebuah bursa saham adalah kapitalisasi pasar,
karena kapitaisasi pasar menunjukkan nilai efek yang tercatat didalam bursa
saham, sehingga kapitalisasi pasar (market capitalization) dapat diartikan
sebagai total nilai surat berharga yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan
didalam satu pasar. Ketidakpastian yang terjadi, pergerakan saham yang
fluktuatif, menjadi alasan peneliti mengapa membahas pengaruh kenaikan harga
bahan bakar minyak terhadap harga saham. Hal tersebut mengindikasikan adanya
abnormal return yang terjadi, jika harga suatu saham dapat terjadi beberapa
kali dalam satu hari dengan rentang lebar antara harga pasar terendah dan harga
pasar tertinggi, hal itu mengindikasikan bahwa harga pasar tidak mencerminkan
semua informasi yang 9 diperoleh investor atau dengan kata lain, pasar tidak
efisien. Perbandingan antara harga saham di pasar dan nilai intrinsik saham
mencerminkan tingkat efisiensi pasar (Samsul, 2006: 269-270). Dalam pasar modal
yang efisien, maka harga saham secara cepat bereaksi terhadap berita-berita
baru yang tidak terduga, sehingga arah geraknya pun tidak bisa diduga. Jika
pasar modal tidak mencerminkan hal tersebut maka, pasar tersebut bisa dikatakan
weak formatau efisiensi pasar bentuk lemah yang memungkinkan terjadinya
abnormal return (pengembalian hasil tidak normal). (Pandji dan Pakarti,2008:
83). Kandungan informasi dapat diuji dengan maksud untuk melihat reaksi dari
suatu pengumuman. Jika pengumuman tersebut mengandung informasi (informasi
content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan harga dari
sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return
(pengembalian hasil) sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan
abnormal return. Jika digunakan abnormal return maka dapat dikatakan bahwa
suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal
return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak akan
memberikan abnormal return kepada pasar. (Jogiyanto, 2014:586). Abnormal return
atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi
terhadap return normal (return expectation) yaitu return yang diharapkan oleh
para para investor. Dengan demikian abnormal returnadalah selisih antara return
sesungguhnya (return realized) yang terjadi 10 dengan return expectation
(return yang diharapkan oleh para investor). (Jogiyanto, 2014:610) Dalam
bukunya (Tandelilin, 2010:224) disebutkan bahwa dalam pasar yang efisien harga
sekuritas seharusnya merefleksikan informasi mengenai risiko dan harapan
mengenai return masa yang akan datang. Return yang sepadan dengan risiko saham
disebut retun normal. Sedangkan jika pasar adalah pasar tidak efisien,
sekuritas-sekuritas akan menghasilkan return yang leih besar disbanding
normalnya yang disebut return tak normal (excess return). Jadi dengan demikian
pengujian efisiensi pasar pada dasarnya adalah untuk pengujian return tak
normal. Selain abnormal return yang dijadikan para investor sebagai salah satu
alat untuk mengetahui keefesian dari informasi pasar, seorang investor juga
menggunakan suatu alat yaitu Volume Perdagangan Saham (Trading Volume
Activity). Volume Perdagangan Saham (TVA) merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk melihat ada atau tidaknya suatu reaksi pasar dalam bentuk
transaksi perdagangan saham terhadap suatu peristiwa tertentu. (Ramadhan,2013).
Informasi yang relevan dapat dipercaya bagi para investor sehingga dapat
digunakan sebagai pengambilan keputusan investasi.Hal ini menunjukkan adanya
reaksi pasar terhadap publikasi informasi serta reaksi pasar dapat tercermin
melalui volume perdagangan saham dipasar modal.Trading Volume Activity (TVA)
merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal
terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di
pasar. (Ambar dan Bambang, 1998:239) 11 Volume perdagangan merupakan bagian
yang diterima dalam analisis teknikal serta kegiatan perdagangan dalam volume
yang sangat tinggi di dalam suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar
akan membaik. Serta peningkatan volume perdagangan saham di barengi dengan
peningkatan harga merupakan gejala yang semakin kuat akan kondisi yang dimana
keadaan tren mata uang cenderung naik (bullish). (Widyahari,2014).
Penelitian yang dilakukan oleh St
Tri Adi Setyawan (2006) dengan judul “Analisis Reaksi Pasar Modal Terhadap
Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (Studi di Bursa Efek Jakarta Saham LQ-45).Mendapatkan
kesimpulan bahwasanya perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity
tidak adanya perubahan yang signifikan pada sebelum dan sesudah pengumuman
kenaikan harga BBM. Selain itu tidak adanya perbedaan rata-rata abnormal return
yang signifikan pada kenaikan harga BBM 1 Maret 2005 dan 1 Oktober 2005.
Penelitian yang dilakukan oleh Yusita Priandari (2006) berjudul “Anaisis Reaksi
Pasar Modal Dampak Dari Kebijakan Pemerintah Menaikkan Harga Bahan Bakar Minyak
Pada 1 Oktober 2005 (Studi Pada Perusahaan LQ-45 Di BEJ.Menunjukkan tidak
terdapat perbedaan pada abnormal retrun pada periode sebelum dan sesudah
pengumuman. Akan tetapi berdasarkan hasil uji beda ratarata terhadap TVA dapat
menunjukkan perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah pengumuan dan secara
rata-rata tingkat likuiditas saham lebih besar pasca pengumuman dari pada
sebelum pengumuman. Sedangkan Hikmah (2009) dengan judul “Pengaruh Pengumuman
Kenaikan Harga BBM Terhadap Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham” 12
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara abnormal return dan
volume perdagangan sebelum dan sesudah pengumuman akan tetapi secara statistic
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan Penelitian yang dilakukan oleh
Munawarah (2009) tentang Analisis Perbandingan Abnormal Return dan Trading
Volume Activity Sebelum dan Sesudah Suspend BEI (Studi pada Saham LQ-45 di BEI
2008). Dari hasil penelitian didapatkan sebuah kesimpulan bahwa terdapat
rata-rata abnormal return dan trading volume activity akan tetapi tetapi tidak
signifikan sebelum dan sesudah peristiwa. Begitu juga dilakukan oleh Rizky
Kardita Sari (2012) dengan judul “Analsisi Perbedaan Return, Abnormal Return,
Cumulative Abnormal Return, Trading Volume Activity dan Risiko Saham Sebelum
dan Sesudah Suspensi di Bursa Efek Indonesia Oktober 2008 s/d 31 Januari 2009.
didapatkan sebuah kesimpulan bahwasanya terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap return, abnormal return, cumulative abnormal return, trading volume
activity dan risiko saham akan tetapi tidak terdapat adanya pengaruh yang
signifikan sebelum dan sesudah suspense. Adapun peneitian yang telah dilakukan
oleh Nikmatul Khusniyah (2014) berjudul Pengaruh Pencalonan Jokowi Menjadi
Calon Presiden 2014-2019 Terhadap Abnormal Return dan Trading Volume Activity
di Bursa Efek Indonesia (Studi Pada Kelompok Perusahaan LQ-45). Sehingga dari
penelitian ini dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu berdasarkan uji statistic
terhadap abnormal return terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata
abnormal return pada sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pencapresan.
Serta terdapat 13 perbedaan yang signifikan terhadap TVA sebelum dan sesudah
peristiwa pengumuman pencapresan. Sebagai informasi adapun fenomena kenaikan
harga bahan bakar minyak bukan hanya terjadi pada era pemerintahan yang baru
pada saat ini, akan tetapi fenomena tersebut sudah terjadi pada era
pemerintahan sebelum-sebelumnya. Tercatat pemerintah Indonesia dari enam
presiden sebelumnya semuanya sudah pernah menaikkan harga bahan bakar minyak terkecuali
presiden BJ Habibie. Dalam era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
pemerintah telah menaikkan harga bahan bakar minyak sebanyak empat kali yaitu
pada 1 Maret 2005 yaitu Rp.1.800 per liter menjadi Rp.2.400 per liter, tujuh
bulan kemudian tepatnya pada 1 Oktober 2005 pemerintah kembali menaikkan harga
bahan bakar minyak dari Rp.2.400 per liter menjadi Rp.4.500 per liter serta
pada 24 Mei 2008 yang semula Rp.4.500 liter menjadi Rp.6.000 per liter. Dalam
penghujung pemerintahannya yaitu pada 21 Juni 2013 presiden juga telah
menaikkan harga bahan bakar minyak dari Rp.4.500 per iter menjadi Rp.6.500 per
liter (finance.detik.com). Pada kenaikan harga bahan bakar minyak pada 1
Oktober 2005 dari Rp.2.400 per liter menjadi Rp.4.500 per liter ha ini dikarenakan
melonjaknya harga minyak dunia dari 25 dollar AS per arel menjadi 60 dollar AS
per barel dan beban subsidi bahan bakar minyak melonjak dari 21 triliun menjadi
Rp.120 triliun apabila harga bahan bakar minyak tidak dinaikkan. Dengan adanya
kejadian tersebut tentu akan berdampak pada berbagai sector perekonomian salah
satunya adalah perekonomian sector saham hal ini dapat ditunjukkan dengan
pergerakan harga 14 saham Indeks Harga Saham Gabungan dalam satu pekan.
Rata-rata pergerakan saham salam satu pekan sebelum pengumuman kenaikan harga
bahan bakar minyak terletak pada level 1.045,536 sedangkan untuk rata-rata
harga saham setelah pasca pengumumn terletak pada level 1.095,934.
Dilanjutkan pada 24 Mei 2008 yang
mana pada saat itu pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak
yang bermula Rp.4.500 per liter menjadi Rp.6.500 per liter, solar menjadi
Rp.5.500 per liter dari Rp.4.300 serta minyak tanah menjadi Rp.2.500 yang
bermula Rp.2.000 per liter. Adapun alasan pemerintah dalam menaikkan harga
bahan bakar minyak disebabkan karena adanyakrisisekonomi global yang membuat
harga minyak ikut melambung. Hal ini juga berdampak pada pergerakan harga saham
dimana sebelum adanya kenaikan rata-rata harga saham sepekan pada level
Rp.10.377, sedangkan pasca pengumuman harga saham rata-rata terletak pada level
Rp.9.845,6. (finance.detikcom) Yang terahir adalah kenaikan bahan bakar miyak
yang terjadi pada 21 Juni 2013 dalam APBN-Perubahan 2013, pemerintah mematok
kenaikan harga untuk Premium dan solar masing-masing sebesar Rp 2.000 per liter
dan Rp 1.000 per liter. Artinya harga Premium akan menjadi sebesar Rp 6.500 per
liter dan harga solar menjadi Rp 5.500 per liter, pemerintah bernggapan bahwa
perlunya kenaikan bahan bakar minyak untuk menjaga keseimbangan APBN. Sedangkan
untuk perdagangangan saham rata-rata sepekan sebelum pengumuman adalah Rp.693,6
dan untuk rata-rata harga saham pasca pengumuman adalah Rp.668,2.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka penelitian
ini berusaha mengkaji kaitan antara perubahan harga saham dan aktivitas volume
perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia dengan kejadian pengaruh kenaikan
bahan bakar minyak terhadap saham-saham yang terdaftar di LQ-45.Penelitian ini
mencoba untuk menguji kekuatan informasi (content information) terhadap suatu
peristiwa dalam aktifitas bursa efek atau mengamati reaksi pasar modal terhadap
event berupa “Analisis Perbedaan Return, Risiko Saham dan Trading Volume
Perdagangan Sebelum dan Sesudah Pengumuman Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak
November 2014 (Studi Pada Perusahaan LQ-45).
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjabaran umum yang terdapat didalam
latar belakang diatas maka dapat ditarik beberapa masalah yang akan dijadikan
konsen utama peneliti untuk meneliti permasalah tersebut antara lain:
1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata return
sebelum dan sesudah terjadinya pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak.
2. Apakah terdapat perbedaan
rata-rata risiko saham sebelum dan sesudah terjadinya pengumuman kenaikan harga
bahan bakar minyak.
3. Apakah terdapat perbedaan
rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah terjadinya pengumuman
kenaikan harga bahan bakar minyak.
1.3 Tujuan Berdasarkan
beberapa rumusan masalah diatas, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk melihat perbedaan rata-rata
return sebelum dan sesudah terjadinya pengumuman kenaikan harga bahan bakar
minyak.
2. Untuk melihat perbedaan rata-rata risiko
saham sebelum dan sesudah terjadinya pengumuman kenaikan harga bahan bakar
minyak.
3. Untuk melihat perbedaan rata-rata
trading volume activity sebelum dan sesudah terjadinya pengumuman kenaikan
harga bahan bakar minyak.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun dari hasil penelitian ini diharapkan
akan memberikan manfaat kepada beberapa kalangan antara lain:
1. Bagi Akademik Dengan adanya
penelitian ini diharapkan semakin menambah pengetahuan bagi para akademisi agar
selalu memperhatikan dan mengawasi setiap kebijakan pemerintah dalam
hubungannya dengan sector perekonomian khususnya dalam kegiatan perubahan harga
saham.
2. Bagi Pihak Lain Dengan adanya
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau
rujukan guna melakukan kegiatan ekonomi khususnya yang berlaku dipasar modal
serta diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dan perbandingan untuk
peneliti-peneliti lainnya.
3. Bagi Penulis Bagi penulis
penelitian ini selain menambah pengetahuan tentang kegiatan pasar modal juga
memberikan wawasan serta pandangan terkait suatu kebijakan yang diambi oleh
pemerintah terhadap kegiatan perekonomian yang terjadi didalam negeri.
1.5 Batasan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah serta tujuan
diatas, maka penulis membatasipenelitian yang akan diteliti yaitu :
1. Periode pengamatan yang diambil
yaitu pada tanggal 11sampai 14 November 2014 adalah sebelum terjadinya pengumuman
kenaikan harga minyak. Karena pada periode ini masih terjadi ketidakpastian
besaran harga yang diputuskan oleh pemerintah sehingga membuat investorwait and
seedalam menanamkan investasinya sehingga akan berdampak pada perdagangan saham
di Bursa Efek Indonesia.
2. Periode pengamatan yang kedua diambil pada
tanggal 18 dan sampai 21 November 2014 setelah terjadinya pengumuman kenaikan
bahan bakar minyak. Hal ini dikarenakan sudah adanya kepastian yang dibuat oleh
pemerintah dalam menentukan besaran harga kenaikan minyak sehingga membuat para
investor dapat menentukan besaran investasi yang ditanam didalam perdagangan
saham di Bursa Efek Indonesia.
3. Adapun saham yang dipilih oleh peneliti
adalah saham-saham LQ-45 yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia. Karena
saham-saham tersebut merupakan saham-saham unggulan yang mempunyai nilai
kapitalisasi pasar 18 yang besar serta merupakan saham yang paling liquid
diantara saham lain yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisis perbedaan return, risiko saham dan trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak November 2014: Studi pada perusahaan LQ-45. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment