Abstract
INDONESIA:
Kampung Krupuk merupakan salah satu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sekaligus sebagai ikon wisata Kabupaten Sidoarjo. Jenis krupuk ikan yang diproduksi di kampung krupuk merupakan produk unggulan yang dimilikinya. Dengan jumlah pengrajin 7 pengrajin di Dusun Tungguwulung dan 5 pengrajin di Dusun Bioro Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan jangka waktu periode terikatnya modal kerja, proyeksi perhitungan kebutuhan kas rata-rata per hari, dan perputaran modal kerja.
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif diskriptif. Obyek dalam penelitian ini adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo sedangkan subyek penelitiannya adalah para pengrajin krupuk ikan di Kampung Krupuk. Penelitian ini merupakan data yang diambil dari lapangan dengan pendekatan survey, data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan dokumentasi. Metode yang digunakan dalam metode ini adalah observasi, wawancara, dan studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Jangka waktu periode terikatnya modal kerja yang dibutuhkan pada UMKM krupuk ikan Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo kerja adalah 12 hari. (2) Kebutuhan kas rata-rata per produksi pengrajin krupuk ikan UMKM Kampung krupuk Desa Kedung Rejo untuk keperluan produksi krupuk ikan sebanyak 1 kwintal sebesar Rp.2.487.860, untuk keperluan produksi krupuk ikan sebanyak 1,5 kwintal sebesar Rp.3.895.540, dan untuk keperluan produksi krupuk ikan sebanyak 2 kwintal Rp.6.691.720 (3) Perputaran modal kerja UMKM krupuk ikan menunjukkan kurang efisien dan efektif.
ENGLISH:
Crackers village is one of the Micro, Small and Medium Enterprises (SMEs) as well as a tourist icon of Sidoarjo. The types of fish crackers produced in this crackers village are the superior products of this place. It has 7 workers from Tunggul Wulung village and five from Bioro village, Kedung Rejo, Jabon Subdistrict of Sidoarjo Regency .The purpose of this study to determine and explain the term of the bound period of working capital , projected cash requirement calculation on average per production , and working capital turnover .
This research belongs to the descriptive qualitative research The object of this research is the Micro, Small and Medium Enterprises (SMEs) of Kedung Rejo crackers in Jabon subdistrict of Sidoarjo regency while the subjects of the study is the fish crackers makers or workers. The data are taken from the range of the activities in the form of words and documentation with survey as its approach. The methodology of this research are observation, interview, and literature review.
The results showed that (1) The period needed for working capital dependent on SMEs fish crackers of Kedung Rejo village is 12 days to work. (2) The average cash needs per production of SMEs for fish cracker production in Kedung Rejo village as much as Rp.2.487.860 per quintal, while the necessity production of 1.5 quintal of fish crackers is Rp.3.895.540, and the necessity production of 2 quintal of fish crackers is Rp. 6.691.720. (3) The SME working capital turnover of fish crackers showed is less efficient and effective.
ARABIC:
كاروبوك هي قرية فيها عملية المجتمع علس حسب رأسمال من عميله وهذه القرية هي أيقونة السياحي فى سيدوارجو. من تحصيل العملية هي السلطة، تكون السلطة انتاج الجودة لقرية. الموظف لهذه العملية هي 7 اشخاص من قرية تولونج غوونج و 5 اشخاص من قرية بييورو، سيدوارجو. من هذ البحث، اهدافه هو تعرف وتبين عن عهد الوقت المتعلق برأسمال، خطة الحساب الإحتياج رأسمال فى كل العملية، و دور رأسمال.
منهج البحث هذ البحث هو منهج الكيفى الوصفى، بموضوع العملية المجتمع لقرية كروبوك، كيدغ ريجو، جانبون، سيدوارجو، والموظف فى العملية كفاعله. وجدت اباحثة البيانات من ميدان البحث بمقاربة على المرصاد، المقابلة و المكتبية.
اماتنائج البحث من البحث (1) عهد الوقت المتعلق برأسمال يحتاج الموظف لقرية كروبوك، كيدغ ريجو، جانبون، سيدوارجو هو 12 ايام. (2) خطة الحساب الإحتياج رأسمال فى كل العملية، لواحد القنطار يحتاج 2.487.860 روبية، و على 1,5 قتطار يحتاج 3.895.540 روبية و فى قنطاران يحتاج على 6.691.720 روبية. (3) لم مجد دور رأسمال فالعملية.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sektor industri dan jasa seringkali dijadikan sebagai “payung”
dalam proses pembangunan daerah. Pengembangan industri mendapatkan tantangan
semakin besar dengan semakin kuatnya gelombang globalisasi dan semenjak
kebijakan pemerintah tidak lagi mengandalkan ekspor migas, disinilah salah satu
peran penting Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam meningkatkan
perekonomian Nasional karena kemampuannya menciptakan lapangan kerja cukup
signifikan, sektor ini memang lebih bersifat pada karya. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 mencatat jumlah UMKM mencapai 56,54 juta unit
atau setara dengan 99,99% dari total unit usaha di Indonesia. Berdasaran
kemampuannya untuk menyerap tenaga kerja pada tahun 2012, UMKM tercatat mampu
menyediakan lapangan kerja bagi 107 juta lebih tenaga kerja atau menyerap
sekitar 97% angkatan kerja. Sedangkan berdasarkan kontribusinya terhadap
pendapatan nasional, UMKM mampu menyumbang 59,8% dari total Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2012. Usaha mikro adalah usaha produktif milik
orang atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usah
kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang 2 perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
atau tidak langsung dari usaha menengah atau besar. Usaha menengah sendiri
adalah usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan yang sudah diatur dalam UU No 10 Tahun 2008 (peraturan
Undang-Undang). Pertumbuhan ekonomi secara kumulatif (Januari-Juni 2015) Jawa
Timur mencapai 5,22 persen dan merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua
setelah Banten di Pulau Jawa dan lebih tinggi 0,52 poin dibandingkan
pertumbuhan ekonomi Nasional (4,70 persen). Dengan begitu, Jawa Timur mampu
memberikan kontribusi terhadap 33 Provinsi (Nasional) sebesar 14,51 persen.
Tabel 1.1 mengambarkan perekonomian Jawa Timur dan 5 Provinsi SeJawa Tahun
2010: 3 Tabel 1.1 Kondisi Perekonomian Jawa Timur dan 5 Provinsi Se-Jawa Tahun
Dasar 2010 Indikator 2011 2012 2013 2014 SEM I 2015 Pertumbuhan Ekonomi (%) (c
to c) Jawa Timur 6,44 6,64 6,08 5,86 5,22 DKI Jakarta 6,73 6,53 6,11 5,95 5,11
Jawa Barat 6,51 6,28 6,06 5,07 4,87 Jawa Tengah 6,03 6,34 5,81 5,42 5,17 DI
Yogyakarta 5,17 5,32 5,40 5,18 4,44 Banten 6,38 6,15 5,86 5,47 5,34 Nasional
6,35 6,23 5,78 5,02 4,70 Kontribusi PDRB Terhadap Nasional (%) Jawa Timur 14,67
14,87 14,99 14,16 15,51 PDRB Per Kapita (Juta Rupiah) Jawa Timur 23,37 26,27
29,62 39,90 … Nasional 30,60 33,50 36,50 41,80 … Sumber: BPS Provinsi Jawa
Timur (2014) Berdasarkan artikel Kompasiana (2015), Kabupaten Sidoarjo
merupakan kabupaten yang memiliki usaha kecil menengah terbanyak di Indonesia.
Pada tahun 2014 jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mencapai 171.264
unit usaha. Dengan rincian usaha mikro 154.891 unit, usaha kecil menengah 154
unit, dan untuk usaha besar 16.000 unit. Kabupaten sidoarjo telah memiliki 82
sentra industri rakyat dan 11 kampung usaha. Dengan luas 71.424,25 Ha yang
terbagi dalam 18 kecamatan, 31 Kelurahan dan 322 Desa (www.Kompasiana.com).
Seiring dengan kebijakan pemerintah guna menumbuh kembangkan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM), maka pembangunan di sektor industri di Sidoarjo
diprioritaskan pada pembangunan dan pengembangan industri kecil. Hal ini
dikarenakan industri kecil merupakan 4 sektor ekonomi strategis daerah yang
memiliki kemampuan untuk bertahan ketika industri besar terpuruk saat krisis
(Bapeda, 2013). Salah satu industri kecil yang berkembang di kabupaten Sidoarjo
terletak di Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon. Desa Kedung Rejo terbagi dalam
enam Dusun, yaitu Dusun Tungguwulung, Bioro, Kedung bahak, Klutuk, Biting, dan
Kaliwaru. Sejak tahun 1976 silam, Desa Kedung Rejo mulai dikenal masyarakat
sebagai sentra penghasil krupuk. Karena hampir seluruh penduduknya membuat
krupuk, maka Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo mendapat
julukan sebagai Kampung Krupuk. Pada tahun 1998, para usahawan Kampung Krupuk
dihadapkan pada krisis moneter. Hal itu menyebabkan sebagian besar Pengrajin
Krupuk di Kampung Krupuk tersebut gulung tikar. Namun, masih ada beberapa
pengrajin yang bertahan hingga saat ini. Berdasarkan data kependudukan
Kelurahan Kedung Rejo pada tahun 2013, memiliki jumlah penduduk sebanyak 5.152
jiwa dengan 72 pengrajin krupuk. Menurut Khoirul pemilik usaha kecil Kampung
Krupuk mengungkapkan bahwa, tidak kurang dari 5000 lembar krupuk diproduksi
warga setiap harinya. Sekitar 500 ton krupuk berbagai jenis berhasil diproduksi
warga Desa Kedung Rejo tiap bulanya (Hasil wawancara dengan responden,
20-12-2015. Adapun jenis krupuk yang berhasil diproduksi oleh warga
diantaranya: 5 Tabel 1.2 Data Kampung Krupuk No Dusun Jumlah Pengrajin Jenis Krupuk
1. Tungguwulung 21 Pengrajin Ø Krupuk Ikan Ø Krupuk Puli Ø Krupuk Bawang Ø Krupuk Musiman 2. Bioro 16 Pengrajin Ø
Krupuk Ikan Ø Krupuk Puli Ø Krupuk Bawang Ø Krupuk Musiman 3. Kaliwaru 10 Pengrajin Ø
Krupuk Puli Ø Krupuk Musiman Sumber: Profil Desa Kedung Rejo (2015) Pada tahun
2013 jumlah pengrajin krupuk di Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten
Sidoarjo berjumlah 72 pengrajin. Namun, dalam kurun waktu dua tahun, warga yang
memproduksi krupuk di Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon ini mengalami penurunan
dari 72 pengrajin menjadi 47 pengrajin (Hasil observasi, 2015). Salah satu
faktor yang menyebabkan penurunan jumlah pengrajin tersebut adalah kurangnya
permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan. Modal kerja memilki arti penting
dalam suatu perusahaan sebagai proses produksi. Dimana modal kerja yang cukup
lebih baik daripada modal kerja yang berlebihan, karena dengan modal kerja yang
berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa menggunakan dana yang ada
dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi tidak produktif. Begitu juga
sebaliknya modal kerja yang kurang dari cukupan akan dapat menjadi penyebab
kemunduran/bahkan kegagalan suatu perusahaan (Riyanto 2002:57-59).
Hasil penelitian Budita menunjukkan bahwa apabila modal yang ada
pada perusahaan tidak dikelolah secara baik akan mengakibatka perusahaan pada
kondisi 6 overlikuid. hal ini menunjukkan modal yang dimiliki perusahaan banyak
yang menganggur. Disamping itu, modal kerja memiliki beberapa arti penting bagi
perusahaan. Pertama, modal kerja menunjukkan ukuran besarnya investasi yang
dilakukan perusahan dalam aktiva lancar dan klaim atas perusahaan yang diwakili
oleh utang lancar. Kedua, investasi dalam aktiva likuid, piutang dan persediaan
barang adalah sensitif terhadap tingkat produksi dan penjualan. Menurut Ibu
Kusiyah salah satu pemilik krupuk puli mengungkapkan bahwa usaha krupuk puli
yang ia kelolah terseok-seok dalam permodalan. Ia kesulitan memproduksi krupuk
karena terbatasnya jumlah modal yang Ia miliki dan kesulitan dalam mencari pinjaman
modal. Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu permasalahan
yang dialamni oleh pengrajin krupuk adalah sulitnya mencari modal. Rifa‟I
(2013) dalam penelitiannya menunjukkan salah satu solusi dalam mengatasi
masalah tersebut adalah dengan adanya program Pengembangan Labsite Pemberdayaan
Masyarakat. Dengan adanya program tersebut, membantu para pengrajin krupuk ikan
yang ada di Desa Kedung Rejo mulai dari pemberian dana dengan mempertimbangkan
aspek potensi yang sangat besar tetapi masih banyak permasalahan meliputi para
pengrajin kecil dan musiman. Namun sebagaian besar pengrajin krupuk ikan hanya
sebagai pengrajin kecil dan musiman yang masih sangat kekurangan modal untuk
memproduksi krupuk ikan. 7 Selain faktor permodalan yang menjadi kendala para
pengrajin krupuk di Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten
Sidoarjo yaitu para pengrajin kurang memperhatikan dalam pengelolaan modal
kerjanya. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Sukoco, Dkk (2015)
menunjukkan bahwa fungsi produksi atau operasi terutama pengelolaan modal kerja
akan meningkatkan profitabilitas suatu perusahaan.
Hasil penelitian Fristian (2014), menunjukkan bahwa aspek
permodalan UMKM sentra industri tempe sanan sebagaian besar berasal dari modal
sendiri dan sebagaian besar mengalami peningkatan dalam modal, sehingga
berpotensi untuk berkembang dengan menambahkan modal yang berasal dari sumber
lain, seperti kredit perbankan. Aspek tenaga kerja UMKM sentra industri tempe
sanan memiliki peran krusial di dalam penyerapan tenaga kerja. Aspek produksi,
sebagaian besar UMKM menggunakan bahan baku kedelai, sehingga UMKM ini berbasis
pertanian, dan dapat mendukung pembangunan dan pertumbuhan produksi di sector
pertanian, khususnya kedelai, serta sebagaian besar UMKM belum menggunakan
teknologi modern dan mengandalkan tenaga manusia. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, maka penelitiann ini memiliki persamaan dan perbedaan. Penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya memiliki persamaan pada obyeknya yaitu UMKM
dan sama-sama meneliti tentang pengelolaan Modal Kerja. Dimana pada setiap
penelitian sebelumnya memaparkan bahwa pentingnya dalam pengelolaan modal kerja
dalam suatu usaha. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu pada penelitian ini mencoba melihat pada sisi pengelolaan
modal kerja 8 yang digunakan atau diterapkan oleh pengrajin kampung krupuk
dalam proses produksinya guna meningkatkan pendapatan atau laba. Sedangkan
penelitian sebelumnya lebih ditekankan pada pembukuan yang dilakukan pada
setiap UMKM secara teliti, meningkatkan jangkauan pemasaran, dan melakukan
inovasi produk. Dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, maka
peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengelolaan modal kerja yang
dilakukan oleh Pengrajin Krupuk di Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo Kecamatan
Jabon. Sehingga berdasarkan latar belakang atau permasalahan yang di hadapi
salah satu Usaha Kecil di Sidoarjo diatas, maka Penulis tertarik menulis
penelitian dengan judul “PENGELOLAAN MODAL KERJA KRUPUK IKAN PADA USAHA MIKRO
KECIL DAN MENENGAH (UMKM) KAMPUNG KRUPUK IKAN DESA KEDUNG REJO KECAMATAN JABON
KABUPATEN SIDOARJO”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana jangka waktu periode terikatnya modal kerja krupuk
ikan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo
Kecamatan jabon Kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana proyeksi
perhitungan kebutuhan kas rata-rata per produksi krupuk ikan pada Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo Kecamatan jabon
Kabupaten Sidoarjo?
3. Bagaimana perputaran
modal kerja pada usaha kecil krupuk ikan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
yang telah dipaparkan, adapun tujuan dari penelitian ini, diantaranya yaitu:
1. Mengetahui dan menjelaskan jangka waktu periode Keterikatan
Modal Kerja krupuk ikan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Desa Kampung
Krupuk Desa Kedung Rejo Kecamatan jabon Kabupaten Sidoarjo.
2. Mengetahui dan menjelaskan proyeksi perhitungan kebutuhan kas
rata-rata per produksi krupuk ikan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Desa Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo Kecamatan jabon Kabupaten Sidoarjo. 3.
Mengetahui dan menjelaskan Perputaran modal kerja krupuk ikan pada Usaha Kecil
dan Menengah (UMKM) Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten
Sidoarjo. 1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengrajin Diharapkan penelitian ini menjadi bahan
pertimbangan dan pembelajaran dalam mengelolah modal kerja.
2. Bagi Akademis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan
tambahan wawasan dan informasi mengenai pengelolaan modal kerja terutama pada
UMKM krupuk ikan di Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten
Sidoarjo. 3. Bagi Penulis Penelitian ini dapat memperluas wawasan penulis baik
tentang potensi lokal maupun di bidang keuangan secara khusus dalam Pengelolaan
Modal Kerja krupuk ikan pada UMKM Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo Kecamatan
Jabon Kabupaten Sidoarjo.
4. Bagi Pembaca Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan
wawasan dan informasi mengenai potensi lokal yang dimiliki di salah satu
provinsi Jawa Timur yaitu Sidoarjo, serta dalam mengelolah perputaran modal
kerja pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
1.5 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan juga rumusan
masalah di atas, penelitian ini memiliki batasan masalah yaitu penelitian ini
hanya mengkaji 11 pada produksi krupuk ikan yang berada di Dusun Tungguwulung
dan Bioro Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Karena krupuk
ikan merupakan krupuk unggulan yang dimiliki UMKM Kampung Krupuk sekaligus ikan
merupakan salah satu ikon yang dimiliki Kabupaten Sidoarjo. Pengambilan obyek
penelitian didasarkan pada karakteristik UMKM
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen : Pengelolaan modal kerja krupuk ikan pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Kampung Krupuk Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment