Abstract
INDONESIA:
Dalam kondisi persaingan bisnis yang semakin ketat seperti sekarang ini, peran sebuah merek menjadi sangat penting untuk menjadi pemimpin pasar. Hal tersebut di karenakan, atribut-atribut kompetisi lainnya relatif mudah ditiru oleh kompetitor. Dengan demikian, perusahaan harus secara kontinu mengelola brand equity sebagai salah satu intangible asetnya. Produk yang dikeluarkan oleh PT Mayora mampu membuat ikatan emosional di hati konsumen sehingga dapat bertahan di top of mind konsumen sampai saat ini. Salah satu produk yang dikeluarkan ialah merek Teh Pucuk Harum. Sebab hal tersebut dinilai mampu menjadikan pertimbangan bagi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh antara variabel independen tersebut terhadap variabel dependen yaitu Keputusan Pembelian (Y) produk Teh Pucuk Harum di Kota Malang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling dan purposive sampling, dengan cara pengambilan sampel secara kebetulan (spontanitas), akan tetapi sampel yang dipilih juga berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu orang yang sedang dan pernah mengkonsumsi teh pucuk harum. Sedangkan analisis hipotesisnya menggunakan analisis regresi berganda melalui pengujian SPSS beserta dengan pertimbangan uji asumsi klasik.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Namun, secara parsial, persepsi kualitas tidak berpengaruh secara signifikan sedangkan ketiga variabel yang lain seperti kesadaran merek, asosiasi merek, dan loyalitas merek berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian produk Teh Pucuk Harum di Kota Malang.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Masalah Dalam beberapa tahun terakhir pasar Indonesia belakang ini
semakin diminati oleh para pemain global. Hal ini dibuktikan dengan merek-merek
asing di industri makanan dan minuman terus bermunculan (Lukman, 2015). Dalam
kondisi persaingan bisnis yang semakin ketat seperti sekarang ini, peran sebuah
merek menjadi sangat penting untuk menjadi pemimpin pasar. Hal tersebut di
karenakan, atribut-atribut kompetisi lainnya relatif mudah ditiru oleh
kompetitor. Dengan demikian, perusahaan harus secara kontinu mengelola brand
equity sebagai salah satu intangible asetnya (Supriadi, 2014). Pratiwi (2013)
juga mengungkapkan dalam industri makanan dan minuman, merek menjadi sangat
penting. Hal tersebut di tambah dalam area konsumen seperti sekarang ini, brand
building sangat penting dalam penjualan karena merek dapat meningkatkan
penjualan. Sejalan dengan hal itu, Yanto (2011) juga mengungkapkan dalam
persaingan produk RTD (Ready to Drink) belakangan juga semakin ketat. Selain
jumlah kompetitor semakin banyak, harganya pun sangat terjangkau, sehingga
menjadikan produk ini memiliki tingkat loyalitas yang relatif kecil. Oleh
karenanya, seringkali produk seperti ini lebih bergantung pada tingkat
awareness dan ketersediaan. 2 Aaker dalam Durianto dkk (2004:1) menyatakan
bahwa merek memberikan nilai tambah kepada barang dan jasa. Nilai merefleksikan
bagaimana pikiran, perasaan dan tindakan konsumen menghargai sebuah merek, sama
seperti harga, pangsa pasar, dan keuntungan yang diberikan kepada perusahaan.
Sebuah produk yang mempunyai ekuitas merek yang tinggi dibangun melalui proses
yang bahkan tidak jarang memakan waktu ratusan tahun. Buah manis sebuah merek
akan tergambar dari ekuitas merek yang dimilikinya, yang tergambar dari
beberapa dimensi, seperti tingkat kesadaran yang tinggi di benak pelanggan,
persepsi kualitas yang tinggi, memiliki asosiasi merek yang tinggi, loyalitas
serta indikator lain seperti hak paten/lisensi/merek dagang. Tjiptono (2005:21)
menyatakan beberapa manfaat yang akan di peroleh produsen apabila memiliki
ekuitas merek yang tinggi salah satunya adalah sumber financial returns,
terutama pendapatan di masa yang akan datang. Selain itu ekuitas merek yang
kuat merupakan signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga
mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. Loyalitas
merek seperti ini akan menghasilkan predictability dan security permintaan dari
perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan perusahaan lain
untuk memasuki pasar. Lebih lanjut, Tartilah (2015) menunjukkan fakta bahwa
dalam 10 tahun terakhir ini, berinvestasi untuk menciptakan brand yang kuat dan
valuable terbukti mampu memberikan keuntungan kepada para shareholders. Brand
yang dipercaya konsumen adalah brand yang menjadi top of mind saat konsumen 3
membeli kategori produk. Top of mind merupakan indikator dari kesadaran merek
yang merupakan salah satu dari variabel dari ekuitas merek. Sehingga penelitian
ekuitas merek masih relevan untuk di teliti. Menciptakan brand yang kuat dan
valuable merupakan salah satu tujuan yang diinginkan oleh sebuah perusahaan.
Banyak perusahaan-perusahaan baru yang ingin bermain di pasar Indonesia yang
salah satunya ialah perusahaan yang bergerak di bidang minuman. Menurut data
BPS pada tahun 2014 total perusahaan minuman di Indonesia setiap tahunnya
semakin bertambah sejak tahun 2009. Jika pada tahun 2009 jumlah perusahaan
minuman berjumlah 323 perusahaan, maka pada tahun 2013 jumlah perusahaan
minuman berjumlah 348 perusahaan. Prospek industri minuman tidak akan mati,
sebab semakin bertambahnya penduduk, semakin banyak pula makanan dan minuman
yang dibutuhkan. Pasar teh dalam kemasan di Indonesia sangat potensial. Menurut
catatan Euromonitor, volume kategori teh dalam kemasan tumbuh 10 % tahun lalu,
atau setara 1,2 miliar liter. Kapitalisasi pasar ini mencapai Rp.27,8 triliun
atau dua kali lebih besar ketimbang pasar minuman berkarbonasi (Wulandari,
2015). Menurut data Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam kemasan Indonesia
(Aspadin) yang menyebut konsumsi air minum dalam botol rata-rata meningkat
12,5% sepanjang tahun 2009-2014. Pada tahun 2009, volume penjualan AMDK
mencapai 12,8 miliar liter, dan meningkat menjadi 23,1 miliar liter pada tahun
2014. Hingga kuartal pertama 2015, penjualan AMDK mencapai 5,8 miliar liter.
Sedangkan secara volume, konsumsi AMDK menyumbang sekitar 85% dari total 4
konsumsi minuman ringan di Indonesia. Setelah itu, minuman teh dalam kemasan
8,7%, minuman soda dalam kemasan 3%, serta minuman dalam kategori lain 3,2%.
Selanjutnya, PT Mayora Indah Tbk di anugerahi Top 100 eksportir pada tahun
2014.
Hal yang menjadi kekuatan
dari PT Mayora ialah dengan berpedoman tinggi terhadap kualitas, diferensiasi
dan inovasi produk. Selain itu, banyak dari merek PT Mayora yang memiliki unsur
heritage yang kuat, sehingga mampu membuat ikatan emosional di hati konsumen
sehingga dapat bertahan di top of mind konsumen sampai saat ini (Fajar, 2014).
Teh pucuk harum adalah produk minuman yang dikeluarkan oleh PT Mayora Indah
Tbk. Dalam persaingan di kategori Ready to Drink (RTD) tea tidaklah mudah.
Banyak perusahaan seperti Sosro, Indofood, Orang Tua, Garuda Food, dan Wings
Food juga memasuki pasar RTD (Hateyaningsih, 2016). Wulandari (2015)
mengungkapkan Merek – merek berikut merupakan merek yang memiliki pertumbuhan
CRP (Consumer Reach Point) yang sangat tinggi pada tahun 2014. CRP merupakan
kombinasi dari seberapa banyak rumah tangga yang membeli sebuah merek
(penetrasi) dan seberapa sering brand tersebut dibeli oleh konsumen. Terdapat
lima brand yang pertumbuhan CRP-nya terhitung besar. Posisi pertama ditempati
Teh Pucuk Harum yang CRP-nya tumbuh 56 %. Selanjutnya, diikuti oleh So Nice 51
%, Downy 39 %, Yakult 37 %, dan Sun Kara 33 %. Berikut grafik yang
menggambarkan lima brand yang pertumbuhan CRP-nya terhitung besar, yaitu: 5
Grafik 1.1 The Top Rising Brands in Indonesia Sumber: www.MIXMarcomm.com, 2015
Meskipun merek Teh Pucuh Harum baru dikeluarkan pada tahun 2011, merek ini
terbilang sukses di pasaran. Dalam tiga tahun terakhir, merek ini mampu
melampaui beberapa merek yang sudah ada sebelumnya seperti Ultra Teh Kotak, Teh
Gelas, dan Frestea. Pada tahun 2016, saat Top Brand Index (TBI) Teh Pucuk Harum
naik hingga enam kali lipat dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2015
menempati posisi ke-6 dengan TBI 4,1 %, tahun 2016 TBI Teh Pucuk Harum mencapai
24,8 %. Perolehan ini menunjukkan bahwasannya merek Teh Pucuk Harum di posisi
ke-2 dengan gap indexs hanya selisih 9,0 % dari market leader Teh Botol Sosro.
Prestasi yang diperoleh Teh Pucuk Harum dapat dilihat pada grafik berikut: 6
Grafik 1.2 Penjualan Ready to Drink (RTD) Tea Tahun 2012-2016 Sumber:
www.topbrand-award.com, 2016 Dari data di atas dapat diketahui bahwasannya
merek Teh Pucuk Harum dari tahun ketahun mengalami peningkatan penjualan yang
cukup signifikan. Jika pada tahun 2013 jumlah penjualan mencapai 1,9%, tahun
2014 naik 3,2% menjadi 5,1%, tahun 2015 turun 1% menjadi 4,1%, dan pada tahun
2016 naik 20,7% menjadi 24,8%. Dari grafik diatas juga menunjukkan Teh Pucuk
Harum mampu menggeser persentase market share Teh Botol Sosro. Penjualan Teh
Botol Sosro dapat dilihat cenderung mengalami penurunan mulai tahun 2013.
Sedangkan untuk Teh Gelas pada tahun 2016 mengalami peningkatan meskipun tidak
sebaik Teh Pucuk Harum. Ultra Teh Kotak juga mengalami fluktuasi naik turun
namun di angka yang rendah. Merek pesaing muncul di pasaran Indonesia jauh
sebelum adanya merek Teh Pucuk Harum. Teh Botol Sosro pada tahun 1974, Teh
Gelas pada tahun 2009, dan Ultra Teh Kotak pada tahun 2008. Dari ketiga para
pesaingnya Teh Pucuk Harum tergolong yang paling baru di kategori RTD (Ready To
Drink) namun mampu mengungguli para pesaingnya bahkan menggeser persentase
market 7 share Teh Botol Sosro padahal untuk unggul dari para pesaingnya atau
menciptakan ekuitas merek yang tinggi itu tidaklah mudah dan dibangun melalui
proses yang bahkan tidak jarang memakan waktu ratusan tahun. Dari pernyataan
diatas peneleliti ingin mengetahui seberapa besar ekuitas merek yang dimiliki
Teh Pucuk Harum sehingga objek penelitian ini menarik untuk dilakukan. Selain
peningkatan penjualan secara nasional, hal tersebut juga berpengaruh dalam
value Teh Pucuk Harum. Hal tersebut dapat dilihat dari value Teh Pucuk Harum Di
Kota Malang dalam tiga tahun terakhir, yaitu: Tabel 1.1 Total Penjualan Teh
Pucuk Harum Tahun 2013-2015 BULAN TAHUN TOTAL 2013 2014 2015 1 221,417,919
443,496,423 1,186,151,734 1,851,066,076 2 224,025,983 551,723,055 924,386,797
1,700,135,835 3 404,101,120 523,864,250 1,104,998,808 2,032,964,178 4
249007,152 543,851,728 1,081,054,299 1,873,913,179 5 253,510,818 631,892,070
1,125,687,581 2,011,090,469 6 383,658,363 817,117,553 1,558,707,228
2,759,483,144 7 256,776,737 579,366,028 576,534,625 1,412,677,390 8 236,096,318
580,467,518 1,606,174,431 2,422,738,267 9 601,280,492 962,547,936 1,940,879,741
3,504,708,169 10 466,597,210 822,609,402 1,791,157,619 3,080,364,231 8 11
406,699,186 962,494,410 1,826,212,906 3,195,406,502 12 352,560,501
1,121,487,707 275,147,791 1,749,196,001 TOTAL 4,055,731,799 8,540,918,082
14,997,093,560 27,593,743,441 sumber: PT Panahmas Ekatama Distrindo, 2016 Dari
data tabel tersebut tergambar peningkatan penjualan dalam value yang sangat
signifikan dari bulan ke bulan di tahun yang berbeda. Hal tersebut merupakan
salah satu manfaat yang akan di peroleh produsen apabila memiliki ekuitas merek
yang tinggi. Salah satunya adalah sumber financial returns, terutama pendapatan
di masa yang akan datang. Selain sebagai sumber financial returns, peningkatan
penjualan merupakan signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas,
sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dimas Ardianto Pradana (2015) tentang
Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Samsung
disebutkan bahwa kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan
loyalitas merek memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan
pembelian. Semakin tinggi kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek,
dan loyalitas merek seseorang maka ketika membeli handphone merek Samsung akan
semakin meningkatkan keputusan pembelian. Sedangkan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Siti Fatimah (2014) tentang pengaruh kesadaran merek, persepsi
kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek terhadap keputusan pembelian
pelembab wardah pada konsumen Al Yasini Mart Wonorejo 9 menyebutkan bahwa
kesadaran merek (X1) dan asosiasi merek (X3) tidak berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian (Y) secara parsial. Berdasarkan uraian yang telah
dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait
permasalahan Brand Equity Ready to Drink merek Teh Pucuk Harum di Kota Malang
dengan pertimbangan bahwa daya beli masyarakat Malang Raya masih cukup bagus.
Wulandari (2015)
mengungkapkan 41 % konsumen yang mengunjungi modern market memutuskan untuk
membeli produk makanan dan minuman. Sementara itu, lebih dari 20 % yang
mengunjungi modern chanel memilih membeli minuman siap saji. Selanjutnya,
setiap tahunnya, pasar Ready to Drink (RTD) terus bertumbuh. Bahkan, pasar RTD
Tea rata-rata tiap tahunnya tumbuh 15%.
1.2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang diatas, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
1. Apakah ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek (X1),
persepsi kualitas (X2), asosiasi merek (X3), dan loyalitas merek (X4)
berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian (Y) produk Teh Pucuk
Harum?
2. Apakah ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek (X1),
persepsi kualitas (X2), asosiasi merek (X3), dan loyalitas merek (X4)
berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian (Y) produk Teh Pucuk
Harum?
3. Di antara variabel
ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek (X1), persepsi kualitas (X2),
asosiasi merek (X3), dan loyalitas merek (X4) yang 10 berpengaruh dominan
terhadap keputusan pembelian (Y) produk Teh Pucuk Harum?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan konteks
penelitian yang dipaparkan di atas, maka tujuan pokok dari penelitian ini
adalah: 1. Untuk mengetahui bahwa ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran
merek (X1), persepsi kualitas (X2), asosiasi merek (X3), dan loyalitas merek
(X4) berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian (Y) produk Teh
Pucuk Harum.
2. Untuk mengetahui ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek
(X1), persepsi kualitas (X2), asosiasi merek (X3), dan loyalitas merek (X4)
berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian (Y) produk Teh Pucuk
Harum.
3. Untuk mengetahui variabel
ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek (X1), persepsi kualitas (X2),
asosiasi merek (X3), loyalitas merek (X4) yang berpengaruh dominan terhadap
keputusan pembelian (Y) produk teh pucuk harum.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat bagi pihak yang terkait yaitu: 1. Bagi akademik
Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan penelitian ini sebagai
bukti empiris yang diharapkan dapat menambah pengetahuan dan cakrawala berfikir
dalam hal pengembangan wawasan terkait manajemen pemasaran yang diperkaya
dengan nilai Islam.
2. Bagi Pelaku Industri Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
informasi dan pertimbangan bagi pelaku industri untuk mengambil keputusan
pembelian.
1.5. Batasan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan
rancangan dalam rumusan masalah, maka dibuat batasan penelitian dalam
pembahasan penelitian ini. Adapun batasan penelitian mengacu pada
komponen-komponen ekuitas merek menurut Sadat yakni kesadaran merek, persepsi
kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen : Analisis pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembelian Produk Teh Pucuk Harum di Kota Malang. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment