Abstract
INDONESIA:
Untuk menghasilkan keputusan investasi yang tepat dan menguntungkan, para investor perlu melakukan peramalan terhadap perubahan pasar modal. Investor biasanya tidak ingin rugi atas investasinya karena mereka berinvestasi untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang sesuai dengan jumlah yang diharapkan. Berinvestasi dalam bentuk saham diambil dengan mempertimbangkan beberapa diantaranya adalah perubahan kurs valula asing, dan indeks harga saham gabungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara perubahan nilai tukar rupiah, dan Indeks Harga Saham Gabungan terhadap Indeks Harga Saham Sektor Keuangan dan Property & Real Estate baik secara individu maupun bersamaan.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 data secara time series untuk variabel IHSS keuangan dan sektor Property & Real Estate (Y), nilai tukar rupiah atas US Dollar (X1), IHSG (X2) bulanan periode 2012-2015. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda, uji t, dan uji F, sedangkan uji asumsi klasik digunakan untuk menguji model dan digunakan agar memenuhi kaidah sebagai parameter penduga yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai tukar rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSS keuangan, sedangkan IHSG berpengaruh positif signifikan terhadap IHSS keuangan. Secara simultan nilai tukar rupiah dan IHSG berpengaruh positif signifikan terhadap IHSS Keuangan. Pada sektor Property & Real Estate secara parsial tukar rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap IHSS Property & Real Estate, sedangkan IHSG berpengaruh positif signifikan terhadap IHSS Property & Real Estate. Secara simultan nilai tukar rupiah dan IHSG berpengaruh positif signifikan terhadap IHSS Property & Real Estate.
ENGLISH:
To produce the right investment decisions and profitable, investors would need to forecast the changes in the capital markets. Investors usually do not want to lose their investments because they invest to make a profit in the future in accordance with the expected number. Investing in shares is taken by considering some of which are foreign valula rate changes, and the stock price index. This study aimed to determine the effect of changes in the exchange rate, and the Composite Stock Price Index on Stock Price Index Financial Sector and Property and Real Estate, both individually and together.
The concludes samples in this study were 48 data time series for the variable price index, financial stocks and sectors Property and Real Estate (Y), the exchange rate on US Dollar (X1), the stock price index (X2) monthly for the period 2012 to 2015, This research use multiple linear regression analysis, t test, and test F, while the classic assumption test was used to test the model and to comply with the rules as parameter estimators good.
Based on the survey results revealed that the exchange rate does not significantly influence the financial sector stock price index, while the stock price index significant positive effect on the financial sector stock price index. Simultaneously the exchange rate and the stock price index significant positive effect on the stock price index Financial sector. In the sector of the Property and Real Estate partial rupiah significant positive effect on the stock price index Property and Real Estate sectors, while the stock price index significant positive effect on the stock price index Property and Real Estate sectors. Simultaneously the exchange rate and the stock price index significant positive effect on the stock price index Property and Real Estate sectors.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pasar modal adalah pertemuan
antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana
dengan cara memperjual belikan sekuritas (Tandelilin, 2010:26). Pasar modal
sebagai sarana jual beli atas instrumen keuangan jangka panjang antara emiten
dan investor. Pasar modal di Indonesia terdiri dari pasar perdana dan pasar
sekunder. Pasar perdana menawarkan saham kepada masyarakat atau publik untuk
pertama kalinya, sedangkan pasar sekunder, saham diperdagangkan antar investor.
Investor yang akan melakukan transaksi di pasar modal memerlukan informasi
dalam mengambil keputusan membeli atau menjual suatu saham. Kegiatan investasi
dewasa ini mengalami kemajuan yang pesat. Hal tersebut dipengaruhi oleh
meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang investasi itu sendiri. Menurut
Tandelin, (2010:2), investasi adalah komitmen atas jumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang. Salah satu bentuk investasi yang sering dipakai oleh
para investor adalah saham. Saham diartikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan ataupun perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut berhak menikmati keuntungan
yang didapat perusahaan dan berhak juga ikut dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Menurut Susanto dkk (2002:12), harga saham yaitu harga yang ditentukan
secara 2 lelang kontiniu. Harga saham merupakan suatu indikator dari kinerja
manajemen pengelolaan perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan
akan memberikan kepuasan terhadap investor. Harga saham yang relatif tinggi
akan banyak memberikan keuntungan, yaitu memberikan citra positif bagi
perusahaan. Hal tersebut dapat membuat banyak orang memilih berinvestasi pada
perusahaan, dan akan membuat perusahaan memiliki modal dari luar. Perubahan
nilai tukar rupiah terhadap dolar berdampak terhadap setiap jenis saham, yaitu
saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham yang lainnya terkena dampak
negatif. Samsul (2006:202) menjelaskan kenaikan kurs US$ yang tajam terhadap
rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dolar
sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara itu, emiten
yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs US$
tersebut. Ini berarti harga saham emiten yang terkena dampak negatif akan
mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia, sementara emiten yang terkena
dampak positif akan meningkat harga sahamnya. 3 Gambar 1.1 Perubahan Nilai
Tukar USD/IDR Sumber: www.bi.go.id, diakses 16 desember 2015 Indeks harga saham
merupakan salah satu pedoman bagi investor dalam berinventasi. Salah satu
indeks harga saham yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), yakni indeks yang mencerminkan kondisi harga saham
dari seluruh perusahaan tercatat. Adapun pergerakan IHSG sepanjang periode
2013-2015. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikator untuk
memantau pergerakan harga seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
IHSG mulai diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983. pengertian
IHSG menurut Widoatmodjo (2005:189) Ringkasan dari dampak simultan dan kompleks
atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomenafenomena ekonomi.
Bahkan dewasa ini IHSG dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan
sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current
market). Menurut Ang (1997:146) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan
suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang 4 tercatat dalam
suatu bursa efek. IHSG ini ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang
bersangkutan secara resmi dan ada yang dikeluarkan oleh institusi swasta
tertentu seperti media massa keuangan, institusi keuangan, dan lain-lain.
Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang
terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara
cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak
terkait dengan harga saham.
Penyesuaian akan dilakukan
bila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue), partial/company listing,
waran dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock
split, dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena
Nilai Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG
adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi
berdasarkan sistem lelang. Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu
setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan
perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa
menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi
diimplementasikan dengan baik (Situmorang, 2008:137). Indeks sektoral
diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai awal indeks adalah 100
untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995. Indeks
Sektoral merupakan bagian dari IHSG. Semua perusahaan yang tercatat di BEJ
diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri
yang ditetapkan oleh NEJ yang disebut 5 JASICA (Jakarta Stock Exchange
Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah: 1. Sektor Utama
(industri yang mengahasilkan bahan baku) : Sektor pertanian, Sektor
pertambangan 2. Sektor Kedua (industri pengolahan atau manufaktur) : Sektor
Industri Dasar dan Kimia, Sektor Aneka Industri, Sektor Industri Barang
Konsumsi 3. Sektor Ketiga (jasa) : Sektor Properti dan Real Estate, Sektor
Transportasi dan Infrastruktur, Sektor Keuangan, Sektor Perdagangan, Jasa dan
Investasi Gambar 1.2 Performance Indeks Harga Saham Sektoral Sumber:
www.seputarforex.com, diakses 13 desember 2015 Selama sepekan lalu IHSG
tercatat melemah sebesar 1.47%, dan ditutup di level 5,410.64. dana asing masih
banyak keluar masuk dengan mencatatkan jual bersih sebesar Rp 2.6 triliun,
sentimen di domestik masih minim, ditengah penguatan harga minyak dunia serta
pelemahan beberapa saham emiten berkapitalisasi besar, seperti ASII, dan PGAS.
Kebijakan pemerintah yang sedikit banyak merugikan PGAS, membuat kinerja saham
PGAS, turun hingga ke level 6 4,340 di pekan lalu. Hampir seluruh sektor
tertekan, dengan pelemahan terbesar berasal dari sektor, Barang Konsumsi
(-2.59%), pertambangan (-2.01%) dan Pertanian (-2.09%). Hanya sektor properti
saja yang berhasil meningkat sebesar 0.02%. Pada awal tahun 2012 nilai tukar
rupiah sempat menguat yaitu dari 9109.14 pada bulan Januari kemudian mengalami
apresiasi di bulan Februari menjadi 9025.76 pada saat yang bersamaan indeks
harga saham sektor perbankan dan properti & real estate justru menurun dari
229.254 di bulan Januari menjadi 217.167 di bulan Februari. Namun pada
bulan-bulan selanjutnya nilai tukar rupiah terus melemah bahkan sampai bulan
Desember 2012 nilai tukar rupiah berada pada kisaran 9645.89, pada saat yang
bersamaan indeks harga saham sektor perbankan dan properti & real estate
justru berfluktuasi dan cenderung mengalami peningkatan. Seperti yang terjadi
pada bulan Maret, April, Mei, Oktober dan Desember indeks harga saham sektor
properti dan real estate mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Data yang
diperoleh dilapangan tidak sejalan dengan teori dari Ang (1997) yang menyatakan
bahwa jika kondisi nilai tukar rupiah mendatang diperkirakan buruk, maka
kemungkinan besar refleksi indeks harga saham menurun. Karena pelemahan kurs
rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal negatif bagi investor. jika
mata uang suatu negara terapresiasi (rupiah menguat) atau terdepresiasi (rupiah
melemah) terhadap mata uang lainnya, oleh pasar hal ini dapat diinterpretasikan
bahwa tingkat perekonomian suatu negara membaik 7 ataupun memburuk. Keadaan ini
pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan dan penawaran sehingga akan
mempengaruhi harga saham tersebut. Samuelson dan Nordhaus (2004:305)
menjelaskan bahwa nilai tukar merupakan harga satu mata uang dalam satuan mata
uang lain yang ditentukan dalam pasar valuta asing.
Ketika nilai tukar rupiah
menguat terhadap dollar, maka harga barang cenderung akan naik. Sebab nilai
tukar mempengaruhi ekspor impor suatu Negara. Menguatnya mata uang rupiah
terhadap dollar akan memberikan dampak posotif bagi perekonomian Indonesia,
sebab harga barang di pasar cenderung menurun sehingga akan membuat daya beli
masyarakat akan naik Menurut Tandelilin (2010:344), menguatnya kurs rupiah
terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang
mengalami inflasi. Artinya, jika inflasi menurun maka dapat memberikan sinyal
positif bagi para pemodal di pasar modal. Sinyal positif ini dapat mendorong
pembelian sahamsaham oleh investor, sehingga jika dilakukan secara bersamaan
akan meningkatkan atau menguatkan nilai-nilai saham yang ada. Sedangkan
penelitian Kewal (2012) menunjukkan bahwa kurs rupiah berpengaruh negatif
terhadap harga saham, hubungan kurs rupiah dan harga saham berlawanan arah, artinya
semakin kuat kurs rupiah terhadap US$ (rupiah terapresiasi) maka akan
meningkatkan harga saham dan sebaliknya. Hasil yang penelitian yang berbeda
dilakukan oleh Raharjo (2012) bahwa kurs rupiah tidak berpengaruh secara
positif terhadap harga saham. Fluktuasi nilai tukar suatu mata uang juga dapat
mempengaruhi kegiatan dan nilai pasar atas pasar lokal, jika perusahaan pada
taraf persaingan 8 internasional, hal ini berarti harga saham perusahaan
dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang karena berdampak terhadap
laporan perdagangan dan modal atas keseimbangan pembelian dalam negeri. Suseno
(1990) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah yang relatif rendah terhadap mata
uang negara lain terutama US$ akan mendorong peningkatan ekspor dan dapat
mengurangi laju pertumbuhan impor. Nilai tukar rupiah yang rendah juga akan
mendorong melemahnya daya beli masyarakat yang dapat memicu kurang menariknya
tingkat investasi dalam rupiah. Penguatan Rupiah memiliki setidaknya dua efek
terhadap pergerakan IHSG, yaitu efek langsung dan efek tak langsung. Efek
langsungnya adalah, jika Rupiah menguat maka investor asing dengan mata uang
US$ akan berpikir dua kali untuk masuk ke IDX. Jika misalnya dulu hanya dengan
modal US$ 1,000 seorang investor bisa dapat Rp 10.5 juta untuk belanja saham,
maka kini dengan modal yang sama seorang investor hanya bisa mendapatkan Rp 9
juta. So, kalau dana yang masuk ke bursa berkurang, otomatis pasar akan lesu
dan kemungkinan besar index akan melemah. Namun, teori itu nampaknya tidak
terlalu berlaku bagi IDX. Prospek penguatan IHSG yang masih menjanjikan membuat
investor asing tetap masuk ke Indonesia dan membanjiri bursa dengan hot money,
tak peduli meski harga Rupiah sedang mahal. Statistik menunjukkan, selama bulan
April 2010, dana asing yang masuk ke bursa adalah 27.1 trilyun, sedangkan dana
asing yang keluar adalah 25.8 trilyun, sehingga selisih bersihnya adalah
surplus 1.3 trilyun. Pada bulan maret pun, perdagangan surplus dengan nilai 4.9
trilyun. 9 Efek lainnya adalah efek tidak langsung, dimana penguatan Rupiah
akan berdampak positif bagi laporan keuangan perusahaan-perusahaan anggota IDX,
terutama bagi perusahaan yang memiliki banyak utang dalam nominal US$. Jika
Rupiah menguat maka otomatis jumlah pinjaman beserta bunganya yang harus
dibayar menjadi lebih rendah. Sehingga, pengeluaran non operasional yang
disebabkan oleh selisih kurs, bisa berbalik menjadi pendapatan non operasional
yang pada akhirnya meningkatkan laba bersih perusahaan. Dan memang itulah yang
terjadi. Penguatan Rupiah menyebabkan banyak perusahaan mencetak pertumbuhan
laba bersih yang signifikan, meski laba operasionalnya sebenarnya hanya naik
sedikit atau bahkan berkurang. Indeks merupakan nilai representatif atas
rata-rata dari sekelompok saham. Karena menggunakan harga hampir semua saham di
BEJ dalam perhitungannya, IHSG menjadi indikator kinerja bursa saham paling
utama. Gampangnya, jika ingin melihat kondisi bursa saham saat ini, kita
tinggal melihat pergerakan angka IHSG. Jika IHSG cenderung meningkat seperti yang
terjadi akhir-akhir ini, artinya harga-harga saham di BEI sedang meningkat.
Sebaliknya, jika IHSG cenderung turun, artinya harga-harga saham di BEI sedang
merosot. Sekedar catatan, persentase kenaikan atau penurunan IHSG akan berbeda
dibanding dengan kenaikan atau penurunan harga masing-masing saham. Kadang ada
kalanya peningkatan atau penurunan harga saham melebihi atau bahkan berlawanan
dengan pergerakan angka IHSG. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) didefinisikan
sebagai indeks saham dari semua saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Sementara indeks 10 sektoral merupakan indeks saham dari saham-saham
berdasarkan sektor bisnisnya. Ada sembilan macam indeks sektoral di pasar modal
Indonesia yaitu: 1) pertanian; 2) pertambangan; 3) industri dasar dan kimia; 4)
aneka industri; 5) industri barang konsumsi; 6) properti dan real estate; 7)
transportasi dan infrastruktur; 8) keuangan serta 9) sektor perdagangan, jasa,
dan investasi. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh
nilai tukar, indeks harga saham gabungan, indek harga saham diantaranya dikutip
dari beberapa sumber yaitu : Ajeng Pangesti (2009) melakukan penelitian nilai
tukar IDR/USD dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap indeks harga
saham sektor keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tukar
terhadap dollar tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor keuangan,
indeks harga saham gabungan berpengaruh terhada indeks harga saham sektor
keuangan, secara bersamaan nilai tukar dan indeks harga saham gabungan
berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor keuangan Fitri dan Steve (2008)
melakukan penelitian IHSG terhadap harga saham. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa model normal linear tidak dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan sebab-akibat antara nilai IHSG dengan nilai saham. Sedangkan cubic
lag-2 inverse dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antara
nilai IHSG dengan nilai saham sejak periode 10 Des 2007 sampai periode 11 Ags
2008. Cahya, suwendra, dkk (2015) melakukan penelitian nilai tukar dan inflasi
terhadap indeks harga saham. Variable yang digunakan nilai tukar dan inflasi.
11 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara simultan yang
signifikan dari nilai tukar rupiah dan inflasi terhadap indeks harga saham sektor
properti dan real estate, ada pengaruh secara parsial yang positif dan
signifikan dari nilai tukar rupiah terhadap indeks harga saham sektor properti
dan real estate, dan ada pengaruh secara parsial yang negatif dan signifikan
dari inflasi terhadap indeks harga saham. Sholihah, Mar’atus (2014) melakukan
penelitian suku bunga, inflasi, dan nilai tukar terhadap harga saham. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh negatif
terhadap harga saham sektor perhotelan dan pariwisata. Sedangkan variabel
inflasi dan nilai tukar berpengaruh negatif terhadap harga saham. Mardiyati dan
Rosalina (2013) melakukan penelitian nilai tukar, tingkat suku bunga, dan
inflasi terhadap indeks harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara
parsial nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks
harga saham properti sedangkan tingkat suku bunga dan inflasi memiliki pengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap indeks harga saham properti.
Berdasarkan uji secara simultan nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham properti.
Suryanto (2012) melakukan penelitian inflasi, suku bunga BI, dan nilai tukar
rupiah terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Sedangkan suku bunga BI rate
dan nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara
simultan menunjukkan inflasi, suku bunga BI rate dan nilai tukar rupiah
berpengaruh terhadap harga saham. Tentang hubungan atau pengaruh kurs terhadap
Indeks Harga Saham itu sendiri sangat berkaitan erat. Hal ini dikarenakan kurs
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham, sedangkan Indeks
Harga Saham adalah dampak simultan dari berbagai kejadian utama pada
fenomena-fenomena ekonomi. Dalam perekonomian suatu Negara itu biasanya dilihat
dari kurs Negara itu sendiri terhadap kurs valas. Apabila kurs menguat, maka
secara tidak langsung Indeks Harga Saham juga akan naik, tapi bila kurs itu
melemah maka Indeka Harga Saham juga akan turun. Naik turunnya harga saham akan
terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik
turunnya permintaan saham di pasar modal oleh investor. Dan hubungan antara
tingkat suku bunga dengan Indeks Harga Saham, apabila tingkat bunga tinggi maka
pemilik modal memilih menabung di Bank. Berdasarkan uraian di atas peneliti
tertarik untuk meneliti dengan judul “PENGARUH NILAI TUKAR IDR/USD DAN INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTORAL (STUDY KASUS PADA
SEKTOR KEUANGAN DAN PROPERTY & REAL ESTATE PADA BURSA EFEK INDONESIA TAHUN
2012-2015)” 13 1.2.Rumusan Masalah
Penelitian mengenai pengaruh
nilai tukar dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Indeks Harga Saham
Sektoral tersebut perumusan masalahnya adalah:
1. Apakah ada pengaruh nilai tukar IDR/USD dan indeks harga saham
gabungan terhadap indeks harga saham sektor keuangan baik secara individu
maupun bersamaan? 2. Apakah ada pengaruh nilai tukar IDR/USD dan indeks harga
saham gabungan terhadap indeks harga saham sektor Property & Real Estate
baik secara individu maupun bersamaan?
1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh
nilai IDR/USD dan indeks harga saham gabungan terhadap indeks harga saham
sektor keuangan baik secara individu maupun bersamaan. 2. Untuk mengetahui
pengaruh nilai tukar IDR/USD dan indeks harga saham gabungan terhadap indeks
harga saham sektor Property & Real Estate baik secara individu maupun
bersamaan
1.4.Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan sekaligus referensi bagi instansi
terkait dalam menentukan kebijakan tentang perekonomian Indonesia khususnya
mengenai indeks harga saham sektoral;
2. Bagi kalangan akademik,
hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan yang bermanfaat, sehingga
dapat menambah wawasan mengenai dunia pasar modal Indonesia dan dapat menjadi
referensi penelitian selanjutnya.
3. Bagi investor, penelitian
ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan pengambilan keputusan investasi
di pasar modal. 4. Bagi peneliti, dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam
bidang penelitian dan pasar modal, terutama pada masalah pokok penelitian.
1.5.Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini,
permasalahan yang akan dibahas dibatasi pada:
1. Nilai tukar rupiah, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perubahan nilai tukar rupiah terhadap US dollar untuk tahun 2012-2015. nilai
tukar yang digunakan adalah nilai tukar kurs awal US dollar bulanan;
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah IHSG bulanan untuk tahun 2012-2015;
3.
Indeks Harga saham Sektor Keuangan (IHSSK) dan Indeks Harga Saham Sektor
Property & Real Estate, yang dimaksud dalam hal ini adalah indeks harga
saham bulanan pada sektor keuangan tahun 2012-2015
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Pengaruh nilai tukar IDR/USD dan indeks harga saham gabungan terhadap indeks harga saham sektoral: Study pada sektor keuangan dan property & real estate di BEI tahun 2012-2015. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment