Abstract
INDONESIA:
Investor berkepentingan untuk melakukan peramalan terhadap perubahan yang akan terjadi di pasar modal sehingga menghasilkan keputusan investasi yang tepat dan menguntungkan, dan untuk melakukan proses peramalan tersebut investor perlu menganalisis perubahan ekonomi makro yang sedang dan akan terjadi. Perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap setiap jenis saham. Tujuan penelitian ini adalah meneliti perbedaan reaksi harga tiap sektor saham terhadap pergerakan variabel makro ekonomi yaitu inflasi, suku bunga BI, Kurs Rupiah terhadap US$ dan Harga Minyak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskripsi serta teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Data yang digunakan adalah data perbulan periode 2011-2015. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel Inflasi, Suku Bunga BI, Kurs Rupiah terhadap US$ dan Harga Minyak berpengaruh signifikan terhadap masing-masing harga saham sektoral. Kemudian secara parsial Kurs berpengaruh terhadap masing-masing harga saham sektoral. Suku Bunga BI hanya berpengaruh terhadap harga saham sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor Industri Dasar dan Kimia, sektor Aneka Industri, sektor Industri Barang dan Konsumsi, sektor Properti dan Real Estate serta sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi. Variabel Harga Minyak hanya berpengaruh terhadap harga saham sektor pertambangan, sektor Industri Dasar dan Kimia, sektor Aneka Industri serta sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi. Inflasi tidak berpengaruh terhadap masing-masing harga saham sektoral.
ENGLISH:
Investors are interested in forecasting the changes that will occur in the capital market so as to produce the right and profitable investment decisions, and to do the forecasting process, the investors need to analyze the macro-economic changes that are and will happen. Changes in the macro-economic variable have different impact on each type of shares. The purpose of this study is to investigate different price reaction in each stock sector towards the movements in macro-economic variables which are inflation, BI rate interest, rate of Rupiah against the US $ and oil price.
This study uses descriptive quantitative approach with saturated sampling as its sampling technique. The data used is monthly data of period 2011-2015. The data analysis used is multiple linear regression analysis.
The results of the study showed that simultaneously, the variable Inflation, Interest Rate BI, Rate of Rupiah against the US $ and the Oil Price have significant effect on each sectoral stock price. Then partially, exchange rate effected on each sectoral stock price. BI interest rate only affected the stock prices of agricultural sector, mining sector, basic industry and chemistry, miscellaneous Industry sector, Industrial Goods sector and Consumption, Property and Real Estate sector as well as the Trade, Services and Investment. Variable Oil price only affected the stock price of mining sector, Basic Industry and Chemical Industry miscellaneous sector as well as the trade, services and investment. Finally, inflation did not affect any sectoral stock price.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pasar modal merupakan sarana
yang penting bagi perekonomian suatu negara. Dengan keberadaan pasar modal,
perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong
perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan
kesempatan kerja yang luas, serta meningkatkan pendapatan pajak bagi
pemerintah. Menurut Todaro (2000) dalam Fahmi (2006:13) investasi mempunyai
peran penting dalam perekonomian suatu negara. Alasannya yaitu pertama,
investasi mampu menciptakan pendapatan dan kedua investasi dapat memperbesar
kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stock modal. Investasi
pada pasar modal adalah investasi yang bersifat jangka pendek. Ini dilihat pada
return (pengembalian) yang diukur dengan capital gain, maka pasar modal bisa
menjadi tempat yang menarik, sebab investor bisa membeli pada saat harga turun,
dan menjual kembali pada saat harga turun. Selisih yang dilihat secara abnormal
return itulah yang akan dihitung keuntungannya. Agar investor dapat secara
tepat dalam mengambil keputusan untuk menjual maupun membeli sehingga
mendapatkan capital gain, maka perlu adanya analisis kegiatan pasar modal.
Menurut Sunariyah (2006:20) perubahan atau perkembangan yang terjadi pada
berbagai variabel ekonomi suatu negara akan memberikan pengaruh kepada pasar
modal. Apabila suatu indikator ekonomi makro jelek maka akan berdampak buruk bagi
perkembangan pasar modal. Tetapi 2 apabila suatu indikator ekonomi baik maka
akan memberi pengaruh yang baik pula terhadap kondisi pasar modal. Dan menurut
Bodie, Kane & Marcus (2006:173) prospek suatu perusahaan terkait dengan
kondisi ekonomi secara umum. Dengan kata lain, investor harus selalu
mempertimbangkan gambaran besar ekonomi. Analisis ekonomi adalah salah satu
dari tiga analisis yang perlu dilakukan investor dalam penentuan keputusan
investasinya. Analisis ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya
hubungan yang kuat antara apa yang terjadi di lingkungan ekonomi makro dan
kinerja suatu pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada
perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang
diharapkan serta tingkat return yang disyaratkan atas investasi tersebut, dan
kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi
makro (Tandelilin, 2001:210). Investor berkepentingan untuk melakukan peramalan
terhadap perubahan yang akan terjadi di pasar modal. Untuk menghasilkan
keputusan investasi yang tepat dan menguntungkan, belum cukup bagi investor
jika hanya sekedar mengetahui apa yang sedang terjadi di pasar modal saat ini
dan mengapa hal itu bisa terjadi. Investor juga perlu tahu apa yang akan
terjadi pada pasar modal, dan dalam melakukan proses peramalan tersebut
investor perlu menganalisis perubahan ekonomi makro yang sedang dan akan
terjadi. Analisis industri atau sektor/kelompok industri dilakukan setelah
analisis ekonomi. Dalam analisis ini, investor membandingkan kinerja dari
berbagai industri, untuk bisa mengetahui jenis industri apa saja yang
memberikan prospek 3 paling menjanjikan ataupun sebaliknya. Setelah itu, baru
investor dapat menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk
mempertimbangkan saham-saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan
dimasukkan dalam portofolio yang akan dibentuknya (Tandelilin, 2001:219).
Adapun variabel ekonomi yang berpengaruh terhadap kondisi pasar modal, yang
disebutkan dalam buku Sunariyah (2006) adalah pertumbuhan GDB, pertumbuhan
produksi industri, inflasi, tingkat bunga, kurs Rupiah, pengangguran, anggaran
defisit. Di samping itu, harga minyak juga merupakan faktor penting dalam
perekonomian suatu negara karena perannya sebagai input produksi (Yusgiantoro,
2000:8). Peran fluktuasi harga minyak terhadap pasar modal antara lain adalah
seperti pernyataan Kwee (2014) yaitu kenaikan harga minyak akan menekan prospek
saham dengan karakteristik tertentu. Yang pertama saham perusahaan yang bahan
bakunya mayoritas berbasis impor, seperti saham sektor infrastruktur dan barang
konsumsi akan turun. Yang adalah saham emiten yang banyak memiliki utang dollar
AS dan berisiko menanggung rugi kurs. Dan yang terakhir adalah saham bank dan
properti. Karena dengan naiknya harga minyak dapat menyebabkan defisit neraca
dagang, kemudian dapat menaikkan suku BI rate. Jika BI rate naik, maka akan
mengurangi daya tarik saham perbankan dan properti. Belum ada kesepakatan
terhadap variabel makro ekonomi yang berpengaruh terhadap harga saham, karena
pada dasarnya sensitivitas setiap sektor yang ada di BEI berbeda-beda terhadap
suatu kondisi makro ekonomi. Menurut Samsul (2006:202) Perubahan satu variabel
makro ekonomi memiliki dampak 4 yang berbeda terhadap setiap jenis saham, yaitu
suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham yang lainnya terkena
dampak negatif. Saham-saham pada sektor Pertambangan selalu bergerak fluktuatif
merespon pergerakan harian harga komoditas tambang dan minyak mentah. Salah
satu contoh nyata, ketika harga minyak turun selama lima tahun terakhir hingga
Desember 2014, saham sektor pertambangan anjlok 29,41%, berkebalikan dengan
IHSG yang melonjak 122,61% pada kurun waktu tersebut
(http://market.bisnis.com/). Sedangkan saham-saham pada sektor Properti
bergerak relatif stabil karena perubahan suku bunga tidak dilakukan setiap
hari. Kepala Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Semarang Stefanus Cahyanto
Kristiadi mengakui, sektor properti terkait erat dengan suku bunga.
Dengan penurunan suku bunga,
angka penjualan rumah akan naik. Selain sektor properti, investasi di sektor
konsumsi, konstruksi dan keuangan perbankan juga dinilainya banyak diminati
oleh para investor (http://ekbis.sindonews.com/). Perusahaan dari sektor
Pertambangan menggantungkan penjualannya pada pergerakan harga komoditas,
sedangkan perusahaan dari sektor properti menggantungkan penjualannya pada
pergerakan suku bunga dan pertumbuhan kredit. Harga komoditas tambang dan suku
bunga tidak ada kaitannya secara langsung. Harga komoditas tambang lebih
condong dipengaruhi oleh pergerakan harian harga minyak mentah dan nilai tukar
mata uang. Jika harga minyak mentah cenderung naik, maka harga komoditas juga
akan naik. Nilai tukar mata uang berpengaruh pada besarnya penjualan ekspor.
Jika nilai tukar Rupiah cenderung 5 menguat, maka para eksportir komoditas
tambang, akan merasa dirugikan karena hasil yang diterima menjadi lebih kecil
(Hendrayana, 2012). Dalam beberapa penelitian tak jarang dijumpai harga minyak
menjadi variabel yang dihubungkan memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar
modal. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Lawrence (2013) dengan hasil
penelitian secara parsial, harga minyak dan jumlah uang beredar berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil penelitian ini didukung
oleh hasil penelitian yang dilakukan Rakasetya, Darminto, dan AR (2013) dengan
hasil penelitian yang menyatakan bahwa inflasi dan harga minyak dunia memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Beberapa penelitian yang telah
mengkaji pengaruh variabel makro ekonomi terhadap pergerakan harga saham.
Antara lain penelitian yang dilakukan oleh Kewal (2012) dengan fokus penelitian
pengaruh inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa hanya kurs yang
berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG, sedangkan tingkat inflasi, suku
bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG. Hasil tersebut
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyati & Rosalina
(2013) yang menunjukkan bahwa hanya nilai tukar saja yang memiliki pengaruh
terhadap indeks harga saham. Penelitian lain juga dilakukan oleh Sharma &
Mahendru (2011) dengan hasil penelitian menunjukkan variabel bebas kecuali
tingkat inflasi dan cadangan devisa mempunyai hubungan yang signifikan dengan
harga saham. Adapun penelitian oleh Talla (2013) dalam thesisnya dengan hasil
yaitu inflasi dan kurs 6 mata uang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham Stockholm Stock Exchange. Penelitian serupa dilakukan oleh Artha,
Achsani dan Sasongko (2014) dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pergerakan kurs rupiah, BI rate dan harga minyak dunia memberikan pengaruh
terhadap harga saham sektor pertanian. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh para peneliti terdahulu menunjukkan bahwa secara bersama-sama
variabel makro berpengaruh terhadap harga saham secara khusus adalah Indeks
harga Saham Gabungan (IHSG). Akan tetapi jika diuji secara individu, tidak
semua variabel ekonomi berpengaruh terhadap Indeks harga Saham Gabungan (IHSG).
Ini dapat disebabkan karena variabel makro hanya diuji pada Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Jika dicermati, IHSG belum sepenuhnya mencerminkan keseluruhan
harga saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, karena dari data per Juni
2014 disebutkan bahwa 5 saham berkapitalisasi terbesar, 3 diantaranya dikuasai
oleh perbankan. Sisanya dari manufaktur dan telekomunikasi
(http://sahamkita.com/). Pemilihan variabel makro ekonomi penelitian ini didasarkan
pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan seperti yang telah disebutkan di
atas. Penelitian ini mencoba untuk meneliti kembali penelitian yang telah
dilakukan oleh Rohmanda, Suhadak dan Topowijono (2014) yang berjudul “Pengaruh
Kurs Rupiah, Inflasi dan BI Rate terhadap Harga Saham (Studi pada Indeks
Sektoral Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2013)”. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan variabel harga minyak sebagai
variabel bebas. Selain itu sampel yang digunakan pada penelitian terdahulu
adalah 10 7 sektor, sedangkan pada penelitian ini hanya 9 sektor karena sektor
manufaktur tidak digunakan oleh peneliti dengan alasan sektor manufaktur
merupakan gabungan antara 3 sektor,
yaitu sektor industri dasar & kimia, sektor industri barang
& konsumsi serta sektor aneka industri. Berdasarkan pentingnya kondisi
variabel makro ekonomi terhadap pergerakan harga saham yang telah dijelaskan di
atas bagi investor serta perbedaan rekasi harga tiap sektor saham terhadap
pergerakan variabel makro ekonomi, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang perbedaan sensitivitas harga saham sektor dengan judul penelitian
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Sektoral.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh
secara simultan variabel makro ekonomi (inflasi, suku bunga, kurs Rupiah
terhadap US$, harga minyak) terhadap Indeks Harga Saham Sektoral?
2. Apakah terdapat pengaruh
secara parsial variabel makro ekonomi (inflasi, suku bunga, kurs Rupiah
terhadap US$, harga minyak) terhadap Indeks Harga Saham Sektoral?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian Adapun tujuan
dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel makro ekonomi
(inflasi, suku bunga, kurs Rupiah terhadap US$, harga minyak) terhadap Indeks
Harga Saham Sektoral.
2. Untuk mengetahui pengaruh
secara parsial variabel makro ekonomi (inflasi, suku bunga, kurs Rupiah
terhadap US$, harga minyak) terhadap Indeks Harga Saham Sektoral. Sedangkan
manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Untuk mahasiswa sebagai sumber literatur untuk menyusun
penelitian yang berkaitan dengan investasi saham.
2. Untuk investor sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun
kebijakan dalam investasi saham sesuai dengan kondisi makro ekonomi yang
terjadi.
3. Untuk emiten sebagai
bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakankebijakan yang berkaitan dengan
saham sesuai kondisi ekonomi makro untuk perusahaan yang bersangkutan.
1.4 Batasan Penelitian
Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh
variabel makro ekonomi terhadap indeks harga saham sektoral. Variabel makro
ekonomi yang diteliti meliputi empat aspek, yaitu inflasi, tingkat suku bunga
BI, kurs Rupiah terhadap US$ dan harga minyak mentah. Dari empat aspek tersebut
peneliti ingin melihat pengaruhnya terhadap indeks harga saham sektoral yang
ada di BEI. Sedangkan indeks harga saham sektoral yang diteliti meliputi sektor
pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dasar & kimia, sektor aneka
industri, sektor industri barang dan konsumsi, sektor properti dan real estate,
sektor transportasi & infrastruktur, sektor keuangan serta sektor
perdagangan, jasa & investasi
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Pengaruh variabel makro ekonomi terhadap indeks harga saham sektoral. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment