Abstract
INDONESIA:
Keberhasilan suatu perusahaan bukan semata-mata ditentukan oleh sumber daya alam yang tersedia, akan tetapi banyak ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang mempunyai etos kerja tinggi, terlatih dan terampil dalam sebuah organisasi. Seperti yang dijelaskan oleh Sylvana (2014:1116) Etos kerja yaitu semua kebiasaan baik yang berlandaskan etika yang harus dilakukan di tempat kerja, seperti: disiplin, jujur, tanggung jawab, tekun, sabar, berwawasan, kreatif, bersemangat, mampu bekerja sama, sadar lingkungan, loyal, berdedikasi, dan bersikap santun. Peneliti juga menggunakan theory of planned behavior untuk mendriskripsikan dan menganalisis implementasi etos kerja pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Terdapat 3 responden yang menjadi subjek penelitian yaitu: Kepala Bagian Umum, Kepala Wilayah Kebersihan Kec. Klojen dan Petugas Kebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertaman Kota Malang. Peneliti menggunakan tenik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian menganalisis keabsahan data menggunakan teknik Miles and Huberman.
Hasil penelitian menunjukan dari 4 indikator etos kerja yaitu: bertanggung jawab, kerja keras, disiplin dan jujur, sudah terimplementasikan secara optimal ditinjau dengan Theory of Planned Behavior. Perilaku tersebut muncul karena sikap yang positif dari para petugas kebersihan serta, keyakinan atau kepercayaan terhadap sesama. Hal ini tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja seperti: agama, budaya, sosial politik, lingkungan, pendidikan, struktur ekonomi dan motivasi.
ENGLISH:
The successful company is not only determined by available natural resources, but also its human resources that have a high work ethic, trained and skilled in an organization. As explained by Sylvana (2014:1116) The work ethic is all the good habits based on ethical to do in the workplace, such as: discipline, honesty, responsibility, diligent, patient, resourceful, creative, passionate, able to work together, conscious environment, loyal, dedicated, and be polite. The researchers also used the theory of planned behavior that explain and analyze the implementation of the work ethic in the Department of Hygiene and Malang.
This research method and study case analysis. There are three respondents which is as the object in this study. Researchers used tenik data collection by observation, interviews, and documentation then analyze the validity of the data using the technique of Miles and Huberman.
The finding of this study shows four work ethic indicators: responsible, hard working, disciplined and honest, has been implemented optimally be reviewed by the Theory of Planned Behavior. Such behavior arises because the positive attitude of the janitor as well, confidence or trust towards each other. The attitude cannot be separated from the theory of planned such as attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control. This is cannot be separated with the factors that affect work ethics such as: religious, cultural, social, political, environmental, educational, economic structure and motivation.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Peran sumber daya manusia
dalam organisasi sangatlah penting karena merupakan motor penggerak paling
utama, sehingga perlu mendapat perhatian khusus dan serius terhadap pengelolaan
sumber daya manusia. Adanya kemauan dan kemampuan dalam diri manusia untuk
berbuat serta berkembang, baik dalam cara berpikir maupun cara hidup,
menjadikannya mampu memberi kontribusi yang paling besar bagi keberhasilan
suatu perusahaan. Tanpa ada pengelolaan yang baik, unsur tersebut tidak akan
bermanfaat dan memiliki arti. Manullang dalam Harjoni (2014:460) Keberhasilan
suatu perubahan baik besar maupun kecil bukan semata-mata ditentukan oleh
sumber daya alam yang tersedia, akan tetapi banyak ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia yang berperan merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan
organisasi.
Sumber daya manusia yang
mempunyai etos kerja tinggi, terlatih dan terampil dalam sebuah organisasi
dapat melakukan pelatihan, pendidikan dan bimbingan bagi sumberdaya manusianya.
Sumber daya manusia sebagai salah satu faktor internal yang memegang peranan
penting berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Arijo
(2013:8) Seorang manusia akan menyelaraskan segala tindak-tanduk dan
tingkahlaku menurut etika yang berlaku di lingkup dia bertempat tinggal dan
atau bekerja. Tidak ada satupun manusia yang dapat hidup sebebas-bebasnya 2
karena manusia hidup dalam suatu konstelasi tingkahlaku standar, religi, norma,
nilai moralitas, dan hukum yang mengatur bagaimana seseorang harus bertindak
dan mengendalikan semangat kebebasan (freedom) serta tunduk terhadap etika yang
disepakati secara luas. Etika pada dasarnya mengajak orang untuk bersikap
kritis dan rasional di dalam melakukan suatu keputusan untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu tindakan sehingga tidak bertentangan dengan nilai dan
norma yang berlaku. Persaingan kerja yang semakin tinggi menuntut setiap orang
menguasai keahlian dan kemampuan tertentu untuk menghasilkan daya saing yang
tinggi. Keberhasilan dalam persaingan kerja tidak hanya membutuhkan keahlian
dan kemampuan saja tetapi juga diperlukan adanya dedikasi, kerja keras, dan
kejujuran dalam bekerja. Seseorang yang berhasil harus memiliki pandangan dan
sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur untuk eksistensi
manusia. Suatu pandangan dan sikap terhadap kerja dikenal dengan istilah etos
kerja (Biatna,2007:106).
Muhammad dalam Sekarani (2010:18) Etika dapat dibedakan menjadi
dua: obyektivisme dan subyektivisme. Menurut pandangan yang pertama, nilai
kebaikan suatu perbuatan bersifat obyektif yaitu terletak pada substansi
perbuatan itu sendiri. Paham ini melahirkan rasionalisme dalam etika, suatu
perbuatan dianggap baik, bukan karena kita senang melakukannya, tetapi
merupakan keputusan rasionalisme universal yang mendesak untuk berbuat seperti
itu. Sedangkan aliran subyektivisme berpandangan bahwa suatu perbuatan disebut
3 baik bila sejalan dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu baik
subyek Tuhan, subyek kolektif seperti masyarakat maupun subyek individu. Etika
merupakan seperangkat praktik moral yang membedakan antara hal yang benar dan
yang salah. Etika dapat menjadi penentu dan arahan bagi manusia dalam
berperilaku. Dalam bekerja, etika diperlukan sebagai aturan yang mengarahkan
bagaimana individu bekerja dengan baik dan benar. Etika kerja menjadi sebuah
komitmen akan nilai dan pentingnya kerja keras bagi individu. Bagi manager,
seorang karyawan lebih utama dilihat dari etika kerja (61%), intelijen (23%),
antusiasme (12%) dan pendidikan (4%) (Miller et al, 2001:2).
Etos kerja menurut Mochtar Buchori dalam Yahya (2013:1-2) dapat
diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja,
ciri-ciri atau sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu
kelompok manusia atau suatu bangsa. Etos kerja merupakan bagian tata nilai
(Value system). Etos kerja adalah sifat, watak dan kualitas kehidupan batin
manusia, maoral dan gaya estetik serta suasana batin. Etos merupakan karakter
dan kebiasaan bekenaan dengan kerja yang terpancar dari sikap hidup manusia
yang mendasar. Aji dan Sabeni dalam Sekarani (2010:18) Perusahaan harus mampu
memberikan nilai lebih agar karyawan dapat mengerahkan kemampuan terbaiknya.
Kemampuan bekerja yang ada pada masing-masing individu, tidak lepas dari etos
kerja yang diyakininya. Etos kerja merupan sikap, pandangan, kebiasaan,
ciri-ciri atau sifat mengenai cara bekerja yang dimiliki seseorang, suatu
golongan atau suatu bangsa. Etika adalah bagian dari filsafat yang membahas
secara rasional dan kritis tentang nilai, norma dan moralitas. 4 Hal yang
mendasari etos kerja tinggi diantaranya keinginan untuk menjunjung tinggi mutu
pekerjaan, individu yang mempunyai etos kerja tinggi akan turut serta
memberikan masukan-masukan ide di tempat bekerja. Seseorang yang memiliki
pandangan dan sikap positif terhadap pekerjaan akan menghasilkan etos kerja
yang tinggi. Sikap aktif dan mempunyai inisiatif berperan dalam menumbuhkan
etos kerja seseorang. Sikap aktif dan berinisiatif merupakan bagian dari
ciri-ciri orang yang mandiri. Etos kerja mempunyai makna nilai moral yang
menghasilkan pekerjaan yang baik, bahkan mencapai kesempurnaan dalam bekerja.
Etos kerja individu tidak akan menyerahkan hasil karyanya yang berkualitas
rendah, akan dilakukan segala hal yang menjaga harga dirinya baik
(Toto,2002:6).
Kerja adalah segala
aktivitas yang dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga
tumbuh rasa tanggung jawab yang benar untuk menghasilkan karya atau produk yang
berkualitas dan dilakukan dengan kesengajaan dan direncanakan. (Muhammad,
2010:36). Bekerja masih dianggap sebagai sesuatu yang rutin di Indonesia. Bahkan
pada sebagian karyawan, bisa jadi bekerja dianggap sebagai beban dan paksaan
terutama bagi orang yang malas. Tidak halnya dengan pegawai pada Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang. Sebagian besar petugas kebersihan tetap
bekerja meskipun pada hari libur.
Hal ini dilakukan untuk
menumbuhkan etos kerja yang tinggi, sehingga menghasilkan kinerja yang
maksimal. Melihat dari gambaran tersebut mencerminkan bahwa Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Malang berusaha untuk mengimplementasikan etos kerja yang baik
pada diri pertugasnya. Pada 5 pernyataan tersebut peneliti juga menggunakan
teori perilaku yang direncanakan (Theory of Planned Behavior) untuk mengetahui
proses etos kerja dan etos kerja yang baik pada petugas Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Malang. Ajzen dalam Mahyarni (2013:13) Teori ini dikembangkan
oleh Ajzen (1991). Teori perilaku direncanakan ini dikembangkan dari teori
tindakan beralasan dengan memasukkan tambahan yaitu membangun perilaku kontrol
yang dipersepsikan. TPB menjelaskan bahwa niat berperilaku (behavioral
intention) tidak hanya dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku (attitude
towards behavior) dan norma subyektif (subjective norm), tetapi juga
dipengaruhi oleh kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived behavioral
control). Teori Ajzen tentang sikap terhadap perilaku mengacu pada derajat mana
seseorang memiliki penilaian evaluasi menguntungkan atau tidak menguntungkan
dari perilaku dalam sebuah pertanyaan. Implementasi etos kerja ini dilakukan
untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan etos kerja karyawan Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang yang dianggap menjadi acuan dalam bidang
kebersihan dan pertamanan di kota Malang. Implementasi tersebut nantinya akan
menghasilkan etos kerja yang baik demi terciptanya lingkungan yang bersih dan
bebas sampah di Kota Malang. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan
di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Implementasi Etos Kerja
Pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi
etos kerja pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang?
2. Apa saja faktor yang
mempengaruhi etos kerja pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mendriskripsi implementasi etos kerja pada Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang.
2. Untuk mendriskripsikan faktor yang mempengaruhi etos kerja pada
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
Kiranya banyak manfaat atau kegunaan yang dapat dipetik dari
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi akademis, penelitian
ini diharapkan dapat menjadikan sarana untuk menambah keilmuwan yang kemudian
dapat dijadikan sebagai objek kajian atau pun penelitian lebih lanjut.
2. Bagi praktisi, hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran
mengenai etos kerja pada suatu organisasi atau perusahaan.
3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini
diharapkan mampu meberikan pengetahuan tentang etos kerja dalam sebuah
organisasi atau perusahaan
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Implementasi etos kerja pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment