Abstract
INDONESIA:
Kecamatan Gondanglegi adalah salah satu penghasil produktifitas tebu terbaik di Kabupaten Malang. Permintaan gula di Indonesia semakin tahun semakin tinggi. Sedangkan produksi tebu mengalami penurunan di tiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kelayakan usahatani tebu di Kecamatan Gondanglegi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Subyek dalam penelitian ini adalah manajer KUD Gondanglegi, kelompok tani tebu, dan petani tebu di kecamatan Gondanglegi. Cara pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisa datanya menggunakan aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, serta aspek finansial dengan menggunakan metode Payback Period (PP) Probability Index (PI), Net Present Valuei (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Aspek pasar dan pemasaran, usahatani tebu memiliki peluang pasar tinggi karena proyeksi permintaan gula di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya, Aspek teknis dan teknologi, kondisi iklim di daerah ini cocok untuk budidaya tebu. Letak lokasi dekat dengan pasar bahan baku dan pabrik gula, ketersediaan tenaga kerja yang cukup banyak, serta irigasi yang baik. Aspek manajemen dan organisasi, struktur organisasi terdiri dari ketua dan anggota. Petani pemilik merangkap sebagai ketua, pemilik modal, dan pengelola keuangan, sedangkan tenaga kerja sebagai anggota. Aspek keuangan, Rata-rata hasil perhitungan PP dari hasil lima desa adalah dua tahun enam bulan. NPV menghasilkan nilai positif. IRR menunjukkan hasil lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan. Serta nilai PI yang dihasilkan semuanya menunjukkan hasil lebih > 1. Dari empat aspek tersebut maka usahatani tebu di Kecamatan Gondanglegi layak untuk dikembangkan
ENGLISH:
Gondanglegi district is one of the best producers of sugar cane productivity in Malang. Sugar demand in Indonesia is getting higher every year while sugar cane production has decreased in each year. The purpose of this research is to find out the feasibility of farming sugar cane in Gondanglegi.
This research uses qualitative research with descriptive approach. Subjects in this study is the Manager of village unit cooperatives Gondanglegi, sugar cane farmers group, and sugar cane farmers in Gondanglegi. Data collected by observation, interview and documentation. Data analysis uses market and marketing aspects, technical and technological aspects, as well as financial aspects by using method of Payback Period (PP) Probability Index (PI), the Net Present Valuei (NPV) and Internal Rate of Return (IRR).
The results showed that, market and marketing Aspect, the farming of sugar cane have high market opportunities because the projection of demand for sugar in Indonesia has increased each year, technical and technological aspects, the climatic conditions in the area suitable for the cultivation of sugar cane. Layout of a location close to the raw material market and the sugar factory, the availability of labor, as well as a good irrigation. Aspects of management and organization, the organizational structure consists of a Chairman and members. The farmer owner concurrently as Chairman, owner of a capital, and finance managers, while labor as a member. The financial aspects, the results of the calculation of the average results of five village PP is two years and six months. NPV generates positive values. IRR showed results greater than the specified interest rate. As well as the value of PI generated all show results more > 1. Of the four aspects of farming sugar cane in Gondanglegi deserves to be developed
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini sektor
pertanian mempunyai peranan penting untuk menyongsong perekonomian di
Indonesia, karena sektor pertanian lebih tahan menghadapi krisis ekonomi
dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini terbukti pada saat Indonesia mengalami
krisis ekonomi sektor pertanian bangkit dengan memberikan kontribusi devisa
yang tidak sedikit. Karena sektor pertanian bahan dasar lokalnya menggunakan
basis kekayaan alam sehingga pada saat krisis moneter produk sektor pertanian
tidak terhempas dengan kenaikan nilai tukar dollar US. Subsektor pertanian
tersebut salah satunya adalahtanaman tebu yang memiliki arti penting sebagai
bahan baku pada industri gulauntuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat baik
lokal maupun nasional. Tanaman tebu merupakan tanaman yang sudah turun-temurun
dibudidayakan di Indonesia, mulai dari jaman penjajahan sampai saat ini karena
tebu merupakan tanaman yang mudah untuk ditanam terutama di Negara Indonesia
yang beriklim tropis. Masyarakat Indonesia di daerah tertentu masih banyak yang
membudidayakan tanaman tebu karena tanaman ini tidak memerlukan perawatan yang
rumit dan resiko gagal panenpun rendah. Namun, produksi yang di peroleh dari
tahunketahun saat ini mulai menurut berbeda jauh dari hasil produksi di
beberapa tahun silam. Secara perlahan, produksi tebu berangsur-angsur menyusut.
Data tiga tahun terakhir menunjukkan tingkat produksi yang belum maksimal, pada
tahun 2013 2 produksi gula hanya mencapai 1,368 juta ton, kemudian turun ke
angka 1,367 juta ton pada tahun 2014. Padahal seperti yang kita ketahui di era
1970 produki tebu sangatlah tinggi hingga mencapai kejayaan, Indonesia mampu
mengekspor gula ke luar negeri. Berbeda dengan keadaan saat ini, saat ini
Indonesia yang menjadi pelaku impor gula ke luar negeri karena produksi tebu
yang dihasilkan petani belum bisa memenuhi permintaan. Permintaan gula di
Indonesia, semakin tahun akan semakin tinggi mengingat perkembangan penduduk di
Indonesia semakin meningkat dan kebutuhan gula di masyarakat sangat beragam,
baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung rumah tangga maupun untuk
kebutuhan industri. Sehingga produksi tebu yang merupakan bahan baku dari gula
perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan gula masyarakat. Tabel dibawah ini
merupakan hasil produksi tebu perkebunan rakyat yang ada di Indonesia Tabel 1.1
Produksi Tebu Perkebunan Rakyat di Indonesia Tahun 2011-2014 No Provinsi
Produksi (000 Ton) 2011 2012 2013 2014 1 Jawa Timur 1.121,41 1.255,83 1.243,39
1.258,20 2 Lampung 631,53 747,08 744,64 749,25 3 Jawa Tengah 182,28 247,48
237,93 239,96 4 Jawa Barat 133,28 109,5 99,26 82,83 5 Sumatera Selatan 52,48
87,32 95,75 116,05 6 Sumatera Utara 44,85 41,51 37,35 32,43 7 Yogyakarta 27,10
38,22 35,93 31,34 8 Sulawesi Selatan 18,96 33,79 31,38 27,31 9 Gorontalo 32,22
31,85 27,93 38,03 Sumber: Buku Badan Pusat Statistik Perkebunan tahun 2011-2014
3 Berdasarkan Tabel 1.1 Produksi tebu dari perkebunan rakyat berdasarkan
provinsi di Indonesia pada tahun 2011-2014 menunjukkan bahwa lebih dari separuh
produksi tebu dihasilkan oleh petani-petani yang berada di Jawa Timur. Provinsi
di Indonesia yang menyumbang produksi terbanyak selama tahun 2012 sampai tahun
2014 adalah Provinsi Jawa Timur. Pencapaian produksi tertinggi ini membuktikan
bahwa lahan di Provinsi Jawa Timur sangat potensial untuk pengembangan usaha
perkebunan tebu.
Hal ini tidak terlepas dari usaha
para petani di tiap Kabupaten dan Kecamatan yang berada di lingkup Provinsi
Jawa Timur untuk mengolah lahannya dan menghasilkan produksi yang tinggi. Dari
data badan pusat statistic, salah satu pemroduksi tebu terbesar di Profinsi
Jawa Timur adalah Kabupaten Malang. Pada tahun 2013 daerah ini mampu
menghasilkan produksi sebesar 267.099 ton tebu. Hal ini didukung dengan luasnya
area perkebunan tebu di Kabupaten Malang yang cukup luas dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota yang lain yaitu seluas 44.317 Ha. Konstribusi produksi yang
tinggi tersebut tidak terlepas dari hasil perkebunan rakyat dari Kecamatan yang
berada di lingkup Kabupaten Malang, sehingga Kabupaten Malang menjadi
pemroduksi tebu tertinggi di Jawa Timur. Berikut ini merupakan tabel produksi
yang di hasilkan petani di daerah lingkup Kabupaten Malang. Tabel 1.2 Luas dan
Produksi Tebu Rakyat Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten MalangTahun 2013 No
Kecamatan Luas Tanaman (Ha) Produksi (Ton) Produksivitas (Ton) 1 Gondanglegi
2.612 293.589 1.124 2 Pagelaran 1.343 146.790 1.093 4 No Kecamatan Luas Tanaman
(Ha) Produksi (Ton) Produksivitas (Ton) 3 Dau 722 62.381 864 4 Bululawang 2.786
237.089 851 5 Turen 606 50.237 829 6 Gedangan 2.252 185.790 825 7 Sumberpucung
1.756 140.480 800 8 Bantur 2.981 236.990 795 9 Wajak 554 43.988 794 10
Sumbermanjing 2.353 181.652 772 11 Tirtoyudo 406 31.140 767 12 Dampit 1.431
108.613 759 13 Tumpang 961 72.525 755 14 Pakis 1.122 84.150 750 15 Jabung 1.400
105.000 750 16 Kasembon 573 42.975 750 17 Ampelgading 330 24.486 742 18 Lawang
1.066 78.991 741 19 Kromengan 707 52.318 740 20 Donomulyo 704 51744 735 21
Poncokusumo 892 64.670 725 22 Singosari 1.921 137.352 715 23 Wonosari 517
36.190 700 24 Pakisaji 1.088 76.160 700 25 Pagak 5.256 365292 695 26 Wagir 983
57.997 590 27 Tajinan 912 60.192 660 28 Ngajum 1.386 91.476 660 29 Kepanjen 542
35.230 650 30 Karangploso 796 50.148 630 31 Kalipare 3.140 153860 490 32 Pujon
- - - 33 Ngantang - - - Sumber: Buku Badan Pusat Statistik Perkebunan Kabupaten
Malang tahun 2013 Dari tabel 1.2 di atas memperlihatkan bahwa produkstifitas
tertinggi dicapai oleh Kecamatan Gondanglegi yaitu sebesar 1.124 Ton dengan
luas lahan 2.612 Ha dengan hasil produksi sebesar 293.589. Hal ini menunjukkan
bahwa Kecamatan Gondanglegi memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan
tebu 5 karena didukung dengan kondisi iklim yang cocok, tanah yang subur,
perairan yang memadai serta ketinggian tanah yang pas untuk pembudidayaan
tananaman tebu sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang optimal. Namun,
terdapat beberapa petani yang sudah beralih tanaman. Mereka menganggap tanaman
tebu tidak menguntungkan lagi di masa yang akan datang.
Padahal jika melihat kondisi iklim
di Kecamatan Gondanglegi yang cocok untuk pengembangan tanaman tebu menjadikan
peluang bagi masyarakat sekitar maupun para investor agribisnis untuk
berinvestasi pada perkebunan tebu di Kecamatan Gondanglegi. Mengingat kebutuhan
gula tiap tahun semakin meningkat serta produksi tebu yang semakin menurun.
Dengan peluang inidiharapkan adanya peningkatan luas lahan ditiap tahunnya yang
akan membantu pemenuhan konsumsi gula masyarakat sehingga Indonesia tidak perlu
mendatangkan impor gula lagi bahkan dapat mewujudkan program pemerintah akan
swasembadaya gula di tahun 2019. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan
studi kelayakan usahatani tebu sebagai alat pengambilan keputusan apakah
mayarakat atau investor layak berinvestasi pada usahatanitebu di Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang. Karena dengan adanya studi kelayakan bisnis, akan
membantu untuk pengambilan keputusan apakah usaha itu layak untuk dijalankan
atau tidak. Semua pekerjaan yang baik mesti didahului dengan kelayakan, dan
harus dipastikan menghasilkan sesuatau yang memuaskan sebelum pekerjaan
tersebut di mulai.Karena itu, mesti ada perencanaan sebelum melakukannya,
perhitungan secara matematis, dan berbagai penelitian sebelum pekerjaan itu
dilakukan. 6 Sesungguhnya penelitian, perencanaan dan studi kelayakan sebelum
kerja dilaksanakan merupakan etos kerja yang telah ada dalam Islam. Rasulullah
saw adalah orang yang pertamakali melakukan perhitungan secara sistematik
terhadap orang-orang beriman yang berhijrah ke Madinah al-Munawarrah, dan kesan
dari perencanaan itu begitu terasa pada perjalanan Beliau dalam berbagai
bentuk. (Sucipto, 2011:4-5) Dalam studi kelayakan bisnis ada beberapa aspek
yang harus di analisis dalam studi kelayakan bisnis, diantaranya yaitu: aspek
hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan organisasi,
aspek sosial ekonomi dan budaya, dan aspek finansial. Beberapa penelitian yang
menggunakan analisis studi kelayakan bisnis untuk meneliti suatu kelayakan
usaha. Diantaranya adalah oleh Iskandar, Wahyu, dkk (2015) melakukukan Analisis
Kelayakan Usaha Steak Cafe di Kota Pekanbaru, menggunakan aspek pasar, aspek
teknis, aspek legal dan lingkungan, aspek sumber daya manusia, aspek finansial
dan analisis sensivitas. Berdasarkanhasil analisis kelayakan bisnis maka usaha
Steak Cafe dapat dinyatakan layak, karena semua aspek yang dianalisis
menyatakan layak. Dewi dan Farmayanti (2011)melakukan Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus : Peternakan Prima Fit,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor), menggunakan aspek pasar, aspek teknis,
aspek sosial, ekonomi dan budaya, manajemen dan hukum, aspek finansial dan
Analisis Sensitivitas, dari hasil penelitiannya menunjukkan pengembangan usaha
7 peternakan kambing perah di Peternakan Prima Fit telah layak pada aspek non
finansial maupun finansial. Dari paparan di atas peneliti ingin mengadakan
penelitian mengenai kelayakan usahatani tebu, karena sepengetahuan peneliti
masih belum ada sebuah penelitian yang meneliti mengenai kelayakan usahatani
tebu. Padahal hal ini sangat menarik untuk diteliti karena tebu merupakan bahan
baku gula yang sangat penting bagi kebutuhan masyarakat dunia. Atas dasar latar
belakang tersebut, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul
“Analisis Kelayakan Usahatani Tebu (Studi Kasus Pada Petani Tebu Rakyat Di
Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana kelayakan usahatani tebu di Kecamatan Gondanglagi Kabupaten Malang
jika ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan organisasi,
dan aspek finansial?
1.3 Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada rumusan masalah di atas
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui untuk mengetahui kelayakan
Usahatani Tebu di Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang berdasarkan aspek pasar
dan pemasaran dan, aspek teknis, dan aspek finansial.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis Sebagai
sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diterima dan dipelajari dari
bangku kuliah dalam dunia usaha
b. Bagi Lembaga/ Investor Sebagai bahan informasi bagi masyarakat
yang telah menjalankan usahanya maupun bagi pemula
c. Bagi Pihak Lain Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
pengetahuan, serta sebagai acuan referensi pada penelitian selanjutnya
1.5 Batasan Masalah
Dalam penelitian usahatani tebu di Kecamatan Gondanglegi ini
peneliti melakukan batasan masalah penelitian yaitu:
a. Petani yang tergabung atau bermitra dengan KUD .
b. Luas lahan yang dijadikan penelitian yaitu 0,5 ha.
c. Desa yang menjadi sampel adalah desa yang jumlah petani tebunya
>200.
d. Aspek yang digunakan untuk mengukur kelayakan usaha yaitu aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknik, aspek manajemen dan organnisasi, dan aspek
finansial.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisis kelayakan usahatani tebu: Studi kasus pada petani tebu rakyat di Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment