Abstract
INDONESIA:
Peran pasar modal salah satunya menjadi informasi untuk mengetahui perusahaan mana yang layak untuk melakukan investasi ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (KURS), Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), dan Price Book Value (PBV) terhadap harga saham perusahaan properti dan real estate.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dari 50 populasi diperoleh 10 sampel. Adapun metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS versi 16.
Hasil penelitianmenunjukkan bahwa secara simultan variabel inflasi, nilai tukar, Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) dan Price Book Value (PBV) berpengaruh terhadap harga saham. Dan secara parsial variabel Earning Per Share (EPS) dan Price Book Value (PBV) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel inflasi, nilai tukar, Current Ratio (CR) dan Debt Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Variabel Earning Per Share (EPS) adalah variabel yang paling dominan diantara variabel-variabel yang lainnya.
ENGLISH:
The role of the capital market is to become one of the means to make investments for investors, in other words the capital market is as a bridge between the owners of capital (investors) with the issuer. information which companies are eligible to invest in terms of factors affecting stock price movements. This study aimed to analyze the influence of Inflation, Exchange Rate (RATE), the Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) and Price Book Value (PBV) on stock prices in the property and real estate company.
This research used a quantitative method, with sampling was done by using purposive sampling of 50 the population that obtained 10 samples. The method of data collection was done by using the documentation. Data were analyzed using multiple linear regression analysis with SPSS version 16.
Results showed that variable inflation simultaneously, exchange rates, the Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) and Price Book Value (PBV) influenced on stock prices. And in partial Earning Per Share (EPS) and Price Book Value (PBV) significantly affects stock prices, while the variable of inflation, exchange rates, the Current Ratio (CR) and Debt to Equity Ratio (DER) had no significant effect on stock prices. Variables Earning Per Share (EPS) was the most dominant variable.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pasar modal di Indonesia
mengalami peningkatan yang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari perusahaan
go public semakin bertambah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta di
dunia pasar modal. Peran pasar modal adalah menjadi salah satu sarana untuk
melakukan investasi bagi investor dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dana bagi
perusahaan, dengan kata lain pasar modal sebagai jembatan penghubung antara
pemilik modal (investor) dengan emiten (Haryanto, 2003). Pasar modal memberikan
informasi laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan oleh investor sebagai
dasar pengambilan keputusan dalam menanamkan modal. Investor harus menyadari
bahwa di samping akan mendapatkan keuntungan dari berinvestasi, tidak menutup
kemungkinan jika mereka juga akan mengalami kerugian. Keuntungan dan kerugian
tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan atau keahlian investor dalam
menganalisis keadaan harga saham. Informasi tentang perusahaan mana yang akan membawakan
keuntungan atau kerugian bagi investor dapat ditinjau dari faktor-faktor yang
mempengaruhi pergerakan harga saham, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. 2 Faktor internal merupakan faktor yang berkaitan langsung dengan
kinerja atau kondisi suatu perusahaan yang dilihat dari data-data laporan
keuangan selama perusahaan melakukan kegiatan operasinya. Laporan keuangan
adalah data yang sangat ditunggu-tunggu para investor. Dengan adanya informasi
keuangan tersebut, maka dapat membantu mereka melihat pergerakan harga saham
dan menentukan apakah harus membeli atau menjual investasi tersebut. Pemegang
saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Faktor eksternal merupakan faktor
yang tidak berkaitan langsung dengan kondisi perusahaan tetapi dari faktor luar
perusahaan, seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs valuta asing dan
sebagainya. Secara garis besar terdapat dua macam analisis untuk menentukan
nilai saham, yaitu analisis sekuritas fundamental (fundamental security
analysis) dan analisis teknis (tehnical analysis) (Hartono, 1998). Menurut
Husnan (2005) dalam membuat model peramalan harga saham, langkah yang penting
adalah mengidentifikasikan factor-faktor fundamental (seperti penjualan,
pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan dividen, dan sebagainya) yang
diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Kasmir (2010) menyatakan terdapat
beberapa macam jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
suatu perusahaan. Rasio keuangan terbagi dalam lima kelompok yaitu: rasio
likuiditas, leverage, profitabilitas, aktivitas dan pasar. Dengan analisis
tersebut para investor mencoba memperkirakan besarnya keuntungan dan risiko
dari menanamkan modal pada saham 3 tertentu, memperkirakan harga saham dimasa
yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan,
kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat
mengenai perkembangan bursa, juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang
diperlukan tersebut adalah indeks harga saham sebagai cerminan dari pergerakan
harga saham. Indeks saham tersebut secara terus menerus disebarluaskan melalui
media cetak maupun elektronik sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk
berinvestasi di pasar modal. Bursa Efek Indonesia memiliki beberapa indeks
sektoral. Salah satu sektor tersebut adalah sektor properti dan real estate.
Sektor properti adalah salah satu sektor yang memberi sinyal jatuh atau sedang
bangunnya perekonomian sebuah negara. Meningkatnya pertumbuhan properti di
Indonesia berarti pula meningkatnya masyarakat yang menginvestasikan modalnya
di industri properti. Pertumbuhan sektor properti ditandai dengan adanya
pembangunan ruko, apartemen, mal dan pusat perbelanjaan yang signifikan, tak
hanya di Jakarta namun juga di beberapa kota besar lainnya. Berdasarkan survei
Bank Indonesia (BI), indeks harga saham properti pada kuartal pertama 2015
berada pada kisaran 180, lebih tinggi dari tahun 2009 yang hanya berada
dikisran 130. Walaupun masih meningkat, namun pertumbuhan harga properti
dikisaran 7% pertahun sudah lebih rendah dari pada tahun 2013 yang mencapai 15%
per tahun. 4 Grafik 1.1 Grafik: Perkembangan Indeks Harga Properti Sumber:
www.sahamok.com Semenjak krisis ekonomi mulai menghantam Indonesia pada
pertengahan tahun 1997, kinerja keuangan badan usahan menurun tajam bahkan
banyak diantaranya menderita kerugian. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi investor
untuk melakukan investasi di pasar modal khususnya saham, dan akan berdampak
terhadap harga pasar saham di bursa. Selain itu krisis ekonomi juga menyebabkan
variabelvariabel makro ekonomi seperti suku bunga, inflasi dan nilai tukar
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Bagi calon investor dalam melakukan
investasi dapat menggunakan harga saham sinyal investasi. Menurut Tandelilin,
(2010:343) peningkatan inflasi secara relative merupakan sinyal negative bagi
pemodal di pasar modal. Sedangkan menurut samsul (2006:201), tingkat inflasi
dapat berpengaruh positif maupun negative tergantung derajat inflasi itu
sendiri. Inflasi yang tinggi dapat menjatuhkan harga saham dipasar, sementara 5
inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi sangat lamban,
dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Perubahan nilai
tukar rupiah terhadap dolar berdampak terhadap setiap jenis saham, yaitu saham
dapat terkena dampak positif sedangkan saham yang lainnya terkena dampak
negative. Menurut Tandelilin (2010:344), menguatnya kurs rupiah terhadap mata
uang asing merupakan sinyal positif bagi ekonomi yang mengalami inflasi.
Maksudnya, jika inflasi menurun maka dapat memberikan sinyal positif bagi para
investor dipasar modal. Sinyal positif ini dapat mendorong pembelian sahamsaham
oleh investor, sehingga jika dilakukan secara bersamaan akan menigkatkan
nilai-nilai saham yang ada. Dalam penelitian ini harga saham menjadi variabel
dependen, sedangkan nilai tukar (kurs), inflasi, Current Ratio (CR), Earning
Per Share (EPS), price book value (PBV), Debt to Equity Ratio (DER) sebagai
variabel independen.
Menurut Husnan (2002), Current Ratio adalah
rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan aktiva lancar perusahaan dapat
dipergunakan untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Kemudian, rasio Debt to Equity
Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang)
terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan (Arifin, 2004).
Earnings per share (EPS) adalah salah satu rasio pasar yang merupakan hasil
atau pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham untuk setiap lembar
saham yang dimilikinya atas keikut sertaan dalam perusahaan. Price to Book
Value (PBV) merupakan rasio antara harga pasar saham terhadap nilai bukunya,
rasio ini 6 menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai
perusahaan relative terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Beberapa
penelitian mengenai harga saham yang dilakukan hasilnya pasti berbeda dan tidak
sependapat. Penelitian yang dilakukan oleh (Mardiyati et.all, 2013)
menghasilkan bahwa secara parsial nilai tukar memiliki pengaruh signifikan
terhadap indeks harga saham properti sedangkan secara simultan tingkat suku
bunga dan inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham
properti. Penelitian selanjutnya Indrawati et.all (2014) menunjukkan bahwa
hasil penelitian ini secara simultan CR, DER, ROE, ITO dan EPS terhadap harga
saham berpengaruh signifikan positif. DER dan ITO berpengaruh negative terhadap
harga saham. EPS berpengaruh paling dominan terhadap harga saham. Penelitian
selanjutnya dari Zaky (2016) menunjukkan bahwa variabel PER, PBV, ROA, NPM,
DER, berpengaruh positif terhadap harga saham sedangkan RPE berpengaruh
negatife terhadap Harga Saham. Namun variabel0variabel fundamental PER, PBV,
ROA,ROE, NPM, DER, terbukti secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. I
Gusti et.all (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh faktor
fundamental dan ekonomi makro pada return saham perusahaan consumer good”.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Total Asset Turn Over
(TATO), pertumbuhan asset, inflasi dan suku bunga. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah seluruh variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan pada
return saham.
Secara parsial ditemukan bahwa hanya
Total Asset Turn Over dan Inflasi yang berpengaruh signifikan pada return saham,
sedangkan variabel pertumbuhan aset, ukuran perusahaan, dan suku bunga
menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan pada return saham. Danika et.all
(2014) menunjukkan bahwa factor Book Value per Share (BVS), Price to Book Value
(PBV), Debt to Equity Ratio (DER), harga saham, BI rate, harga minyak dunia,
dan kurs rupiah memberikan pengaruh signifikan terhadap harga saham sector
pertanian pada level 1%. Penelitian Agustina et.all (2014) menunjukkan secara
simultan, Net Profit Margin (NPM), Dividen Per Share (DPS), tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat inflasi dan kurs berpengaruh terhadap
pergerakan harga saham. Namun secara parsial, hanya dividen per share yang
berpengaruh terhadap pergerakan harga saham, sedangkan net profit margin,
tingkat suku bunga SBI, tingkat inflasi dan kurs valuta asing tidak berpengaruh
terhadap pergerakan harga saham pada perusahaan pertambahan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Alwi et.all (2014) menunjukkan bahwa variabel EPS, DER,
ROA, PBV, PER, QAI dan ROI, secara parsial signifikan positif berpengaruh
terhadap harga saham perusahaan Manufaktur di BEI periode 2007-2010 pada level
of significance 5%. Sedangkan CR, NPM dan TATO tidak mempunyai pengaruh
singnifikan terhadap harga saham. Secara simultan terbukti signifikan
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan Manufaktur di BEI pada level
signifikansi 5%. 8 Najmiyah et.all (2014) menunjukkan bahwa PBV dan DER tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangakan PER berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Dari beberapa penelitian terdahulu diatas,
maka dapat disimpulkan beberapa perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnyan yaitu menggunakan analisis fundamental yang berupa rasio keuangan
dan analisis makro ekonomi yang berupa inflasi dan nilai tukar, selain itu
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya samasama menggunakan alat analisis
regresi linier berganda. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian sebelumnya
yaitu penelitian ini menggunakan periode tahun 2010- 2014 dan pada perusahaan
di sector properti. Dengan beberapa penelitian terdahulu peneliti ingin
meneliti dengan judul “ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR (KURS) DAN FAKTOR
FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PROPERTI YANG
TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014).”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
diuraikan diatas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah nilai tukar, inflasi dan
factor fundamental yang terdiri dari Current Ratio (CR), Earning Per Share
(EPS), price book value (PBV), dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
secara simultan terhadap harga saham?
2. Apakah nilai tukar, inflasi dan factor
fundamental yang terdiri dari Current Ratio (CR), Earning Per Share (EPS),
price book value (PBV), dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara
parsial terhadap harga saham?
3. Variabel apakah yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap harga saham?
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas
maka peneliti memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui nilai tukar, inflasi dan factor
fundamental yang terdiri dari Current Ratio (CR), Earning Per Share (EPS),
price book value (PBV), dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara
simultan terhadap harga saham?
2. Mengetahui nilai tukar, inflasi dan factor
fundamental yang terdiri dari Current Ratio (CR), Earning Per Share (EPS),
price book value (PBV), dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara
simultan terhadap harga saham?
3. Untuk mengetahui variabel yang
mempunyai pengaruh dominan terhadap harga saham. 1.4 Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memberikan
batasan sebagai berikut:
1. Variabel (X) yang digunakan
adalah nilai tukar (kurs), inflasi dan factor fundamental Current Ratio (CR),
Earning Per Share (EPS), price book value (PBV), dan Debt to Equity Ratio
(DER), serta variabel (Y) adalah harga saham
2. Periode pengamatan yang dipilih
adalah periode 2010-2014 3. Objek penelitian adalah perusahaan properti yang
terdapat pada indeks BEI
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, sebagai media pengembangan
dan aplikasi ilmu pengetahuan mengenai pasar modal yang didapat di bangku
kuliah.
2. Bagi perusahaan, sebagai sumber
informasi dalam pengambilan keputusan dibidang keuangan untuk memaksimalkan
pengembalian terhadap pemegang saham.
3. Bagi investor dan calon investor, sebagai
sumber informasi dan bahan pertimbangan untuk kegiatan investasi di pasar
modal.
4. Bagi akademis, penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen : Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar (kurs) dan faktor fundamental terhadap harga saham: Studi kasus pada perusahaan properti yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment