Abstract
INDONESIA:
Salah satu akibat dari masih sempitnya pemahaman masyarakat dalam memahami hak ijbar wali adalah masih mengakar kuatnya budaya kawin paksa. Hak ijbar yang seharusnya dimaknai sebagai bentuk perlindungan atau tanggung jawab seorang ayah terhadap anaknya Karena keadaan anaknya yang dianggap belum atau tidak memiliki kemampuan untuk bertindak sendiri dalam pernikahan, malah dipahami sebagai alat untuk melegitimasi tindakan orang tua untuk memaksa anaknya kawin atau menikahkan anaknya dengan pilihannya, bukan pilihan anaknya. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan mendasar dalam memahami makna ijbar yang diidentikkan dengan ikrah.
Berangkat dari adanya pergeseran pemaknaan ijbar yang diidentikkan dengan ikrah oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut Mazhab Syafi’i, mendorong peneliti untuk melakukan sebuah penelitian tentang bagaimana sebenarnya hak ijbar wali terhadap anak gadis dan janda dalam pandangan Imam Syafi’i? dan bagaimana hak ijbar wali terhadap anak gadis dan janda dalam pandangan Imam Syafi’i dilihat dari perspektif keadilan gender?
Untuk mencari jalan keluar dari problematika di atas, peneliti menggunakan jenis penelitian kepustakaan. Karena data yang diperoleh berasal dari berbagai macam buku yang diantaranya kitab al-Umm sebagai rujukan utamanya dan beberapa buku yang membicarakan tentang problematika kesetaraan dan keadilan gender dalam Islam sebagai rujukan sekundernya. Sedangkan pendekatan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif-kualitatif. Karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan hak ijbar wali dalam pandangan Imam Syafi’I yang dilihat dari perspektif gender.
Dengan menggunakan metode penelitian yang sudah dipaparkan di atas dihasilkanlah sebuah kesimpulan bahwa hak ijbar wali menurut pandangan Imam Syafi’i diberlakukan bagi anak gadis yang masih kecil, yang sudah dewasa dan juga janda. Dalam pemberlakuan hak ijbar wali bagi janda wajib dimusyawarahkan dengan cara meminta persetujuannya secara tegas dan bagi anak gadis, indikasi persetujuannya cukup dengan diamnya saja. Sedangkan menurut para aktifis gender hak ijbar wali dalam pandangan Imam Syafi’i tidak mencerminkan sebuah keadilan gender karena merampas kebebasan hak bagi anak perempuan untuk memilih pasangan hidup sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
ENGLISH:
One result of the still limited understanding of the community in understanding ijbar rights guardian is still strongly entrenched culture of forced marriages. Ijbar rights that should be understood as a form of protection or responsibility of a father to their children because their children is considered not or do not have the ability to act alone in the marriage, even understood as a tool to legitimize the actions of parents to force their children to marry, or marry off their children by choice, not the choice of his son. This is because the fundamental mistake in understanding the meaning ijbar rights who identified with ikrah.
Departing from the shift of meaning ijbar rights who identified with ikrah by most Indonesian people are majority adopt Mazhab Syafi’i, encourage researchers to conduct a study on how exactly ijbar rights guardian against girls and widows in the view of Imam Syafi’i? and how ijbar rights guardian against girls and widows in the view of Imam Syafi’i viewed from the perspective of gender justice?
To find a way out of problems above, researchers used a type of library research. Because the data obtained from different kinds of books that include the book al-Umm as the main reference and some books that talk about the problems of equality and gender justice in Islam as a secondary reference. While the approach of this research is descriptive-qualitative approach. Because this study intended to reveal and describe ijbar rights guardian in view of Imam Syafi’i as seen from a gender perspective.
By using the method of research that has been described above was obtained a conclusion that ijbar rights guardian in the view of Imam Syafi’i applied to young girls, who were grown and also a widow. In the application of ijbar rights trustee for the widow shall be discussed by way of request and expressly consent for girls, an indication of consent simply by silence alone. While according to gender rights activists ijbar rights guardian in the view of Imam Syafi’i does not reflect a gender equality since it usurps the rights of freedom for girls to choose a spouse according to what she wants.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi al-Ahwal al-Syakhshiyyah" : Hak ijbar wali dalam pandangan Imam Syafi'i perspektif gender" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment