Abstract
INDONESIA:
Setiap insan yang berkeluarga berharap keluarganya menjadi sakinah. Fenomena keluarga masyarakat biasa dengan masyarakat kalangan Tuan-Guru (Monogami) terdapat perbedaan yang signifikan. Banyak dijumpai perselisihan keluarga pada masyarakat biasa dengan ragam keadaan ekonomi dan pendidikan. Sedangkan di kalangan Tuan-Guru (Monogami), seperti apa pun keadaan ekonomi dan pendidikannya, jarang sekali dijumpai kegoncangan dalam keluarganya.
Berdasarkan fenomena tersebut, diadakan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pola relasi keluarga dan upaya-upaya yang dilakukan para Tuan-Guru (Monogami) dalam membentuk keluarga sakinah.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan jenis penelitian lapangan (field reaserch). Sesuai dengan jenis dan sifat penelitian ini, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitatif fenomenologis, dengan sumber data berupa data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian data-data diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Pola relasi keluarga dikalangan para Tuan-Guru yaitu, pola religius-modernis bagi keluarga yang ekonomi menengah ke atas dan pola religius-tradisionalis untuk keluarga yang ekonomi menengah ke bawah. Relasi keluarga lebih condong kepada agama, baik relasi antara suami dan istri maupun relasi antara anak dan kedua orang tua. Berdasarkan tipologi perkawinan dari aspek pembagian peran dan pengambilan keputusan keluarga, disebut modernis karena mengikuti pola perkawinan modern yang ditandai dengan suami sebagai pencari nafkah utama, istri sebagai pencari nafkah tambahan serta mengurus rumah, dan suami istri memiliki hak/wewenang yang seimbang dalam pengambilan keputusan keluarga. Selanjutnya, dikategorikan tradisionalis disebabkan masih dominannya budaya pertanian, kekerabatan masih sangat erat, suami sebagai pencari nafkah dan istri sebagai pelengkap suami yang mengurus rumah, kemudian pengambilan keputusan dalam keluarga masih didominasi oleh suami.
Upaya yang dilakukan para Tuan-Guru dalam mewujudkan keluarga sakinah ialah dengan cara niat, proses menuju dan menjalankan rumah tangga didasarkan kepada al-Qur’an dan sunnah rasulullah SAW. Motivasi utama pernikahan mereka ialah agama, sebagaimana stressing yang diberikan Nabi SAW dalam hadits beliau. Menjalankan sunah-sunah Nabi dalam mempersiapkan pernikahan. Begitu pula, dalam menghadapi dan menjalani rumah tangga dimaksimalkan agar sesuai dengan tuntunan dan tuntutan Allah dan Rasul-Nya.
ENGLISH:
Everybody who married into a Sakinah family wished. Family phenomenon among ordinary people with community of teachers (Monogamy) there are significant differences. Family disputes are often found in ordinary people with diverse economic circumstances and education. While in the techears (Monogamy), like any state of the economy and education, rarely encountered the tossing family.
Based on this phenomenon, conducted this study aimed to determine the pattern of family relations and the efforts done by the teachers (Monogamy) in forming a Sakinah family.
This research used descriptive research design with type of field research. According to the type and nature of this study, the approach used in this study was a qualitative phenomenological approach, with the data sources was in the form of primary and secondary data that collected by observation, interview, and documentation. Then the data was processed and analyzed descriptively qualitative.
Family relationship patterns among the Teachers namely, the religious-modernist pattern for middle class families up and patterns of religious-traditionalists for middle class families and soon. Family relationships are more inclined to religion, good relations between husband and wife as well as the relation between the child and parents. Based on the typology of aspects of the division of roles of marriage and family decision-making, called modernist because it follows the pattern of modern marriage which is marked with the husband as the main breadwinner, the wife was as additional breadwinners and care of the house, and the husband and wife have the same right/authority in family decision making, Furthermore, due to the dominance of traditionalist categorized of farming culture, kinship is still very tight, the husband was as breadwinner and the wife as a complement to the husband who takes care of the house, then decision-making in the family is still dominated by the husband.
The efforts which weremade by the Teachers in creating Sakinah,family by way of intentions, the process of leading and running the household based on the Qur'an and Sunnah of the prophet Muhammad. The main motivation of marriage was religious, as stressing that given the Prophet Muhammad in his hadith. Run sunnah of the Prophet in preparing for the wedding. Similarly, that face and undergoing households maximized to fit with the demands of God and His Messenger (Rasul).
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Keluarga sakinah merupakan dambaan setiap
insan yang bersuami istri. Keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang, damai,
tentram dan memuaskan hati. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an1
bahwa keluarga sakinah adalah suatu bangunan keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah, dan mengharapkan ridha dari yang maha pencipta, yaitu
Allah SWT dan mampu menumbuhkan rasa aman, tentram, damai, dan bahagia dalam
mengusahakan terwujudnya kehidupan yang sejahtera di dunia maupun di akhirat.
Setiap orang memiliki harapan yang sama dalam hal keluarga, yaitu berharap
keluarganya menjadi keluarga yang bahagia, aman, tentram, damai dan sejahtera
(sakinah). Akan tetapi, setiap orang mempunyai pemikiran dan memiliki hak untuk
memilih teori apa atau langkah-langkah apa yang digunakan untuk mewujudkan
harapan tersebut. Masyarakat yang sudah menikah melaksanakan beragam cara,
bermacam-macam upaya untuk mewujudkan keluarga yang diimpikan. Kemudian muncul
di masyarakat fenomena keluarga yang beraneka-ragam. Banyak dijumpai suatu
keluarga yang memiliki banyak harta, anggota keluarganya berpendidikan tinggi,
akan tetapi tidak mampu membentuk keluarga yang diimpikan, yaitu keluarga
sakinah2 . Di samping itu tidak sedikit keluarga yang berlatar-belakang ekonomi
tingkat bawah, tingkat pendidikan anggota 1Departemen Agama RI al-Qur’an
al-Karim dan Terjemahnya: juz 1-30, (Kudus: Menara Kudus, 2006). 2 Syarif
Fauzan, wawancara, (Dasan Baru, 29 Agustus 2014). keluarga rendah, justru
semakin banyak cek-cok dalam keluarganya. Harta yang mencukupi, bahkan melimpah
serta pendidikan yang tinggi bukan jaminan kesuksesan masyarakat dalam
membentuk keluarga yang aman, rukun, damai, dan tentram3 . Fenomena keluarga
masyarakat umum seperti itu, akan sangat berbeda halnya dengan fenomena
keluarga di kalangan para Tuan-Guru (Monogami) yang ada di masyarakat sasak
(Lombok). Tuan-Guru adalah sebutan atau gelar kehormatan yang diberikan oleh
masyarakat sasak untuk seseorang yang ahli dalam bidang agama Islam, sedangkan
di masyarakat jawa disebut dengan Kiyai. Tuan-Guru adalah tokoh masyarakat
sekaligus tokoh agama yang dijadikan panutan oleh masyarakat sasak (Lombok)4 .
Seorang Tuan-Guru menjadi panutan hampir dalam segala hal kehidupan bagi
masyarakat sasak. Sikap dan perilaku seorang Tuan-Guru akan dicontoh oleh
jama’ah/masyarakat, baik itu sikap dan perilaku dengan Allah (hablun minallah),
maupun perilaku Tuan-Guru terhadap sesama manusia (hablun minannaas). Akan
tetapi jarang sekali masyarakat yang bisa mencontoh pola relasi Tuan-Guru dalam
berkeluarga, karena hanya orang-orang tertentu yang dapat mencermati pola
relasi yang ada di dalam keluarga Tuan-Guru. Berdasarkan pengalaman dan
pengamatan ketika observasi pra-penelitian di Gedeng (rumah) Tuan-Guru
(Monogami), di dalam rumahnya terasa suasana yang sangat tenang, damai,
tentram, dan menyenangkan. Komunikasi antar sesama anggota keluarga yang ada
begitu hidup dan rukun. Komunikasi antara Tuan-Guru dan istrinya, ataupun
komunikasi dengan anak-anaknya penuh sopan-santun. 3Mahrip, wawancara, (Dasan
Baru, 29 Agustus 2014). 4Ayunan, wawancara, (Darmaji, 21 Juli 2014). Sikap yang
ditujukkan Tuan-Guru dan istrinya tampak saling melengkapi. Tidak terlihat ada
tanda-tanda kegoncangan dalam keluarga tersebut, meskipun sesederhana apa-pun
keadaan keluarga Tuan-Guru yang pernah dikunjungi ketika observasi
pra-penelitian. Semua itu nyata dan tanpa setting-an (pengaturan), karena
observasi pra penelitian dilakukan tanpa ada perjanjian dengan pihak Tuan-Guru
terlebih dahulu. Suasana dalam keluarga Tuan-Guru yang kehidupannya cukup mewah
dan yang hidup sederhana hampir sama suasananya. Berbeda dengan suasana
keluarga yang ada di masyarakat luas, terutama di masyarakat sasak yang sering
kali terjadi cek-cok dalam suatu keluarga. Tidak sedikit keluarga yang memiliki
harta cukup melimpah namun sering terjadi cekcok keluarga, begitu pula keluarga
yang hidup sederhana lebih banyak lagi terjadi cek-cok dalam keluarga.
Berdasarkan itu semua asumsi awal yang muncul ialah ternyata keluarga yang
tenang, tentram , dan damai bukan harta/materi yang menjadi faktor utama
terciptanya, melainkan pola relasi dalam keluarga yang baik dan benar. Pola
relasi yang baik dan benar dalam keluarga merupakan salah satu indikator yang
sangat penting agar terbentuk keluarga idaman setiap insan (keluarga sakinah).
Sebagaimana Allah SWT telah menerangkan di dalam alQur’an surat an-Nisa’ ayat
19, agar suami menggauli/memperlakukan istri dengan baik5 . Karena kesuksesan
manusia dalam kehidupannya tidak bisa luput dari cara, taktik, maupun strategi
mereka dalam membangun pola relasi, interaksi dan 5Departemen Agama RI
al-Qur’an al-Karim dan Terjemahnya: juz 1-30, (Kudus: Menara Kudus, 2006).
komunikasi.6 Termasuk kesuksesan manusia dalam membentuk keluarga yang
diimpikan, yakni keluarga sakinah. Pola relasi dalam hal ini erat kaitannya
dengan perilaku, adab dan akhlak berkeluarga. Pola relasi yang baik juga
merupakan bagian dari ukhuwah karena Allah, yang dapat mempersatukan hati dari
individuindividu yang berbeda, menimbulkan rasa saling mengasihi dalam menjalin
hubungan yang erat dan kuat, kemudian akan terbangun suatu ikatan yang kokoh7 .
Pola relasi yang baik sangat dibutuhkan dalam menjalin suatu hubungan karena
erat kaitannya dengan adab dan akhlak, baik menjalin hubungan dengan pasangan
(suami/istri), anggota keluarga yang lain, maupun dengan masyarakat.
Sebagaimana yang tampak ketika observasi pra-penelitian, yaitu pola relasi
keluarga Tuan-Guru yang mampu menciptakan suasana keluarga yang tenang,
tentram, dan damai. Fenomena semacam ini menarik untuk diketahui lebih jauh dan
mendalam, bagaimana pola relasi yang para Tuan-Guru (Monogami) sehingga
tercapai keluarga yang aman, tentram, rukun, dan damai. Selanjutnya,
upaya-upaya apa yang dilakukan seharusnya di dalam keluarga supaya tercapai
tujuan perkawinan, yang salah satunya ialah mendapatkan keluarga bahagia yang
penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang.8 Sebagaimana Firman Allah dalam
surat ar-Rum ayat 21: 6 Roibin, Relasi Agama & Budaya Masyarakat
Kontemporer, (Malang:Uin-Malang “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”9 . Merujuk kepada
semua pemaparan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini diambil tema “Pola
Relasi Keluarga di kalangan para Tuan-Guru Dalam Membentuk Keluarga Sakinah”.
Keberadaan kajian tentang pola relasi keluarga di kalangan para Tuan-Guru
(Monogami) ini diharapkan akan memudahkan masyarakat sasak khususnya,
masyarakat luas pada umumnya untuk mencontoh bagaimana pola relasi yang baik
dan benar dalam berkeluarga, sehingga akan dapat tercipta keluarga yang
sakinah. B. Rumusan Masalah Sesuai dengan yang telah dipaparkan dalam
latar-belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut : 1. Bagaimana pola relasi keluarga di kalangan para Tuan-Guru
dalam membentuk keluarga sakinah ? 9Departemen Agama RI al-Qur’an al-Karim dan
Terjemahnya: juz 1-30, (Kudus: Menara Kudus, 2006). 2. Apa upaya yang dilakukan
para Tuan-Guru untuk membentuk keluarga sakinah ? C. Tujuan Penelitian Tujuan
penelitian dalam sebuah penelitian, lazimnya sesuai dengan rumusan masalah
dalam penelitian itu. Begitu pula dalam penelitian ini, sesuai dengan rumusan
masalah di atas, maka tujuan penelitian ini ialah : 1. Untuk mengetahui
upaya-upaya yang dilakukan para Tuan-Guru untuk mewujudkan keluarga sakinah. 2.
Untuk mengetahui pola relasi keluarga dikalangan para Tuan-Guru dalam
mewujudkan keluarga sakinah. D. Manfaat Penelitian Keberadaan penelitian
tentang “Pola Relasi Keluarga di kalangan Para Tuan-Guru” ini akan dapat
memberikan manfaat, baik secara akademis maupun secara praktis. 1. Manfaat
Akademis Adanya penelitian ini akan semakin menambah khazanah ilmu pengetahuan
dalam bidang hukum perdata islam, yaitu tentang pola relasi keluarga untuk
mewujudkan keluarga sakinah. Hasil penelitian ini akan menjadi warna baru dalam
khazanah keilmuan tentang keluarga sakinah, karena hasil penelitian ini
merupakan pengalaman seorang tokoh agama dan masyarakat di suku Sasak.
Selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh teman-teman mahasiswa
atau siapa saja yang hendak memperkaya pengetahuan, atau melakukan penelitian
tentang keluarga sakinah. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini memberikan
manfaat secara praktis kepada penulis khususnya dan pembaca serta masyarakat
luas pada umumnya. Melalui hasil penelitian ini akan semakin memperkaya
pengetahuan kita tentang metode untuk mewujudkan keluarga sakinah, yaitu
keluarga yang diinginkan setiap insan yang berkeluarga. Lebih-lebih hasil
penelitian ini bersumber dari pengalaman orangorang yang ahli dalam ilmu agama
islam, sehingga metode yang digunakan untuk mewujudkan keluarga sakinah adalah
sangat dekat dengan metode yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam mewujudkan
keluarga sakinah. Selanjutnya hasil penelitian ini merupakan sebuah pengalaman
seseorang, dimana pengalaman adalah guru terbaik. Dalam hal ini belajar dari
pengalaman orang yang telah menjalani berumah tangga, jauh lebih efisien dari
pada harus belajar dari pengalaman pribadi. E. Definisi Operasional Definisi
operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan
penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul skripsi. Sesuai
dengan judul penelitian ini yaitu “pola relasi keluarga di kalangan para
Tuan-Guru dalam membentuk keluarga sakinah”, maka definisi operasional yang
perlu dijelaskan, yaitu : 1. Pola relasi keluarga Pola relasi yaitu, pola yang
berarti bentuk/model/atau struktur, relasi yang berarti hubungan/perhubungan,
dan keluarga yang berarti ibu dan bapak beserta anak-anaknya/seisi rumah
(batih/kecil/inti/)10. Pola relasi keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini
ialah, bentuk/model hubungan antara Tuan-Guru dan istrinya beserta
anak-anaknya. 2. Tuan-guru Tuan-Guru merupakan istilah atau sebutan yang di
berikan oleh masyarakat sasak, sebagai bentuk pengakuan terhadap seseorang yang
telah melaksanakan ibadah haji, yang mempunyai kemampuan dan keahlian dalam
bidang agama, serta memiliki akhlak yang dipandang mulia oleh agama dan
masyarakat dalam membimbing dan mengayomi masyarakat. Sehingga masyarakat
menambahkan di depan nama seorang Tuan-Guru dengan TGH (Tuan Guru Haji)11 . 3.
Sakinah Sakinah dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti kedamaian,
ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan. Sedangkan keluarga sakinah menurut
istilah ialah, keluarga yang dibentuk sesuai dengan tujuan pernikahan islami,
yaitu membentuk keluarga muslim yang kokoh, meraih kebahagiaan, kasih sayang,
rahmat dan keceriaan dibawah naungan islam12 . F. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan merupakan susunan kronologi pembahasan dalam skripsi ini.
Adapun gambaran umum pembahasan dalam skripsi ini sebagai berikut :
10Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakata:
Balai Pustaka, 1989). 11 Muhsin Effendi, “Tuan Guru Dalam Masyarakat Sasak”,
http:// ( akumassa ).htm, diakses tanggal 15 Juli 2013. 12 Syaikh Fuad Shalih,
Menjadi Pengantin Sepanjang Masa, (Solo: Aqwam, 2008), 123. 1. Bab I :
Merupakan Bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,
penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan. 2. Bab II : Merupakan Bab
tinjauan pustaka yang berfungsi sebagai landasan maneliti/menganalisa dalam
sebuah penelitian. Tinjauan pustaka berisi uraian mengenai teori dan konsep,
yang mendasari dan mengantarkan penulis menganalisi untuk menjawab rumusan
masalah yang ditetapkan. 3. Bab III : Merupakan Bab yang mempaparkan tentang
metode penelitian dalam skripsi ini. Adapun metode penelitian terdiri dari
Lokasi Penelitian, Jenis Penelitian, Pendekatan Penelitian, Sumber Data, Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data. 4. Bab IV :
Merupakan bab yang mendeskripsikan serta menguraikan secara detail tentang
hasil penelitian dan hasil analisis penulis. 5. Bab V : Merupakan Bab penutup
dari skripsi ini, yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran. Kemudian
dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang melengkapi
skripsi ini.
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment